Sejarah Indonesia
Soekarno Nyaris Picu Perang Dunia 3, Inggris, Australia, AS Siap Berperang, Untung Diredam Soeharto
Tahun 1964/1965, Bung Karno kembali menggelorakan semangat revolusioner bangsa Indonesia ke dalam konfrontasi
AS bahkan menggambarkan Bung Karno sebagai pemimpin negara yang sombong dan secara terang-terangan memusuhi AS.
Kekhawatiran atau ketakutan AS terhadap Indonesia makin meningkat ketika Bung Karno yang di dalam negeri makin dekat dengan PKI.
Sebaliknya dalam hubungan internasionalnya Bung Karno juga membangun poros Jakarta-Peking-Moskow, kekuatan komunis yang sangat berpotensi melemahkan pengaruh Barat.
Jika Indonesia berhasil dikuasai oleh PKI dipastikan akan meminta jaminan keamanan kepada Moskow dan Peking.
Pasalnya pada tahun itu Indonesia sedang memiliki hubungan dekat dengan Uni Soviet (Rusia) dan jika terjadi peperangan antara Sekutu melawan Indonesia, Rusia pasti membantu.
Rusia mengincar Indonesia karena akan dijadikan sebagai pangkalan kapal selam, penimbunan logistik, dan mungkin saja tempat menaruh senjata nuklir.
Baca: Ternyata Mudah, Khatam Alquran di Ramadhan 1440 H,Ini Keutamaan & Pahala Tamat Ngaji Selama Ramadhan
Baca: Menu Buka Puasa dan Sahur, Resep Rahasia Bikin Kentang Goreng Renyah Ala KFC Resto Cepat Saji
Dalam tahap seperti itu hubungan antara Bung Karno dan AS betul-betul memburuk apalagi di dalam negeri demo anti AS makin gencar dan diwarnai perusakan terhadap properti AS di Jakarta.
Melihat kondisi yang makin tak menguntungkan itu pimpinan AS, Presiden Johnson tetap memiliki harapan positif.

Ia memberikan komentar, "Tujuan utama kita masih tetap mengendarai badai yang panjang dengan pengurangan staf diplomatik di dalam suatu upaya bertaruh untuk jangka panjang pasca Soekarno."
Pada 30 September 1965 PKI melancarkan kudeta yang mengakibatkan gugurnya enam jenderal Angkatan Darat.
Pangkostrad Mayor Jenderal Soeharto kemudian mengambil alih tongkat komando AD mengingat Jenderal Ahmad Yani diyakini telah diculik.
Soeharto segera mengambil tindakan cepat. Dalam sehari situasi telah dipulihkan.
Pada tanggal 2 Oktober Bung Karno menyiarkan ke seluruh negeri bahwa dia sendiri yang memegang komando AD.
Bung Karno juga telah mengangkat Jenderal Pranoto sebagai kepala administratif AD serta mengangkat Jenderal Soeharto untuk melakukan restorasi keamanan.
Lewat Surat Perintah 11 Maret, ia mengangkat Soeharto sebagai Panglima Kopkamtib yang bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban.