BJ Habibie Dapat Telepon 14 Menteri Tak Mau Lanjut, Detik-detik Soeharto Terpukul Jelang Lengser

"Terserah nanti. Bisa hari Sabtu, hari Senin, atau sebulan kemudian, Habibie akan melanjutkan tugas sebagai presiden," ucap Soeharto.

Editor: Duanto AS
Wikimedia/Creative Commons
Soeharto mengumumkan pengunduran diri dari jabatan Presiden RI, di sampingnya ada BJ Habibie. Peristiwa ini terjadi di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Mei 1998. 

Pada 20 Mei 1998 sekira pukul 17.00 WIB, Menko Ekonomi Keuangan dan Perindustrian, Ginandjar Kartasasmita, menelepon BJ Habibie. Dia menyampaikan 14 menteri menyatakan tak bersedia untuk duduk dalam Kabinet Reformasi.

TRIBUNJAMBI.COM - Sekira 21 tahun lalu peristiwa ini terjadi, setelah krisis multidimensi melanda Indonesia.

Detik-detik jelang turunnya Soeharto setelah 32 tahun menjadi Presiden RI, diceritakan BJ Habibie.

Saat itu, BJ Habibie menjabat Wakil Presiden, yang kemudian dilantik jadi presiden menggantikan Soeharto.

Soeharto menyatakan mundur dari jabatan Presiden RI pada 21 Mei 1998.

Baca Juga

 Pilot Pesawat Soeharto sudah Teken Surat Kontrak Siap Mati, Disergap Jet Musuh di Irian Barat

 Ramalan Soeharto Terbukti, Namun Beberapa Tahun Sebelumnya The Smilling General Lengser

 Setelah Ratusan Tahun Jadi Misteri, Akhinya Sosok Raja Hayam Wuruk dan Gajah Mada Bisa Dilukis

 Siapa Sebenarnya Grace Natalie? Terungkap Suaminya Ahli Aplikasi-Inovasi dan CEO Perusahaan

 Akhirnya Terungkap Alasan Ranty Maria Putus Cinta Ammar Zoni, Ini Cara Irish Bella Masuk

Itu juga menjadi penanda berakhirnya kekuasaan Orde Baru.

Mundurnya Soeharto dilakukan setelah desakan masyarakat yang membesar.

Desakan itu terutama setelah Tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998.

Kerusuhan besar pada 13-14 Mei 1998 juga menjadikan situasi politik Tanah Air semakin tidak stabil.

Setelah menyatakan mundur, Soeharto menyerahkan jabatan presiden kepada Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie.

Transisi kekuasaan itu ternyata berjalan dinamis, bahkan tanpa sepengetahuan Habibie hingga beberapa jam sebelumnya.

Dinamika pada Rabu malam, 20 Mei 1998, itu diceritakan Habibie dalam buku Detik-detik yang Menegangkan, Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006).

Habibie menilai krisis ekonomi menjadi faktor utama berakhirnya kekuasaan Soeharto.

BJ Habibie
BJ Habibie (Tribunnews/Jeprima)

Krisis itu mulai terasa sejak Agustus 1997, dan berkembang menjadi krisis multidimensional, termasuk di bidang politik.

Semakin besarnya aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa juga menjadikan krisis kepemimpinan semakin terlihat.

Saat itu, mahasiswa sudah menduduki Gedung DPR/MPR sejak 18 Mei 1998.

Tidak hanya itu, krisis politik semakin berkembang saat Ketua DPR/MPR Harmoko yang disertai pimpinan DPR/MPR meminta Presiden Soeharto untuk mundur pada 18 Mei 1998.

Kegelisahan di internal kabinet

Krisis kepemimpinan pada Mei 1998 berdampak terhadap internal kabinet.

Apalagi, pada 17 Mei 1998 Menteri Pariwisawata, Seni, dan Budaya Abdul Latief sudah menyatakan diri mundur dari kabinet.

Habibie kemudian mengungkap ada kegelisahan yang dirasakan sejumlah menteri.

 Didatangi Caleg, Kisah Penjaga Makam Soeharto Alami Hal Tak Biasa, Peziarah Pun Harus Taat 10 Aturan

 Ibu Tien Marah Besar saat Soeharto Temui Istri Soekarno, Pertemuan Rahasia yang Diatur Jenderal

 Benarkah Pria di Video Panas 1 Menit 44 Detik Memuaskan Diri Itu Richard Kyle, Jojo, Kris Hatta?

Kegelisahan itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Ginandjar Kartasasmita pada 20 Mei 1998.

Sekitar pukul 17.00 WIB, Ginandjar menelepon BJ Habibie.

Dia menyampaikan bahwa 14 menteri menyatakan tak bersedia untuk duduk dalam Kabinet Reformasi.

Namun, 14 menteri itu tetap akan melanjutkan tugasnya di Kabinet Pembangunan VII.

Mengutip arsip Harian Kompas, 14 menteri yang menandatangani "Deklarasi Bappenas" itu secara berurutan adalah Akbar Tandjung, AM Hendropriyono, Ginandjar Kartasasmita, Giri Suseno Hadihardjono, Haryanto Dhanutirto, Justika S Baharsjah, Kuntoro Mangkusubroto, Rachmadi Bambang Sumadhijo, Rahardi Ramelan, Subiakto Tjakrawerdaya, Sanyoto Sastrowardoyo, Sumahadi, Theo L Sambuaga, dan Tanri Abeng.

Pernyataan Ginandjar itu membuat Soeharto terpukul.

Repro foto BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari yang dipamerkan di acara Habibie Festival di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (11/8/2016).(Kompas/Wisnu Nugroho)
Repro foto BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari yang dipamerkan di acara Habibie Festival di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (11/8/2016).(Kompas/Wisnu Nugroho) ()

Soeharto sendiri menerima surat pernyataan itu, menurut Harian Kompas, pukul 20.00 WIB pada 20 Mei 1998.

Soeharto benar-benar terpukul.

Ia merasa ditinggalkan.

Habibie kemudian bercerita bahwa informasi di internal kabinet memang simpang-siur.

Dalam bukunya, Habibie menyatakan bahwa pada pukul 17.45 WIB Menteri Keuangan Fuad Bawazier menelpon.

Fuad bertanya seputar isu mundurnya Habibie sebagai wapres.

"Saya jawab, 'Isu tersebut tidak benar. Presiden yang sedang menghadapi masalah yang multikompleks, tidak mungkin saya tinggalkan. Saya bukan pengecut!'," jawab Habibie kepada Fuad.

Habibie kemudian bertanya balik kepada Fuad mengenai rapat 14 menteri di Bappenas.

Namun, Fuad saat itu tidak hadir.

Sehingga BJ Habibie meminta Fuad bertanya kepada Ginandjar Kartasasmita.

Berdiskusi dengan Soeharto

Malam harinya, BJ Habibie kemudian bertemu Presiden Soeharto sekitar pukul 19.30 WIB di Jalan Cendana, Jakarta Pusat.

Habibie baru bertemu Soeharto beberapa saat kemudian, sebab sebelumnya Soeharto bertemu dengan Soedharmono.

Menurut Habibie, pembicaraan dengan Soeharto saat itu terkait nama-nama yang akan ditempatkan dalam Kabinet Reformasi.

"Karena ada perbedaan pandangan menyangkut beberapa nama, maka terjadilah perdebatan yang cukup hangat," tulis Habibie.

Ketika sakit bahkan hingga jelang tutup usia, Presiden RI ke-2 Soeharto tak mau lagi bertemu BJ Habibie.
Ketika sakit bahkan hingga jelang tutup usia, Presiden RI ke-2 Soeharto tak mau lagi bertemu BJ Habibie. (ist)

Karena tidak ada titik temu, BJ Habibie menyerahkannya kepada Soeharto.

Setelah itu, Soeharto segera meminta Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursyid untuk membuat keputusan presiden terkait pembentukan kabinet yang diharapkan jadi solusi terhadap krisis politik saat itu.

Rencananya, pada 21 Mei 1998 Soeharto mengumumkan kabinet itu dan melantiknya pada 22 Mei 1998.

Pembicaraan dengan pimpinan DPR/MPR yang meminta Soeharto mundur akan dilakukan pada 23 Mei 1998.

Habibie berpikir bahwa Soeharto akan mundur setelah Kabinet Reformasi terbentuk.

Dia ingin bertanya kepada Soeharto, tapi enggan.

Habibie kemudian bertanya mengenai posisinya sebagai wakil presiden.

Jawaban Soeharto cukup mengejutkan.

"Terserah nanti. Bisa hari Sabtu, hari Senin, atau sebulan kemudian, Habibie akan melanjutkan tugas sebagai presiden," ucap Soeharto, seperti disampaikan Habibie.

Habibie juga bertanya masalah terkait 14 menteri.

Ketika itu, Soeharto meminta Habibie berbicara dengan Ginandjar secara baik-baik.

Habibie memanggil menteri

Setelah bertemu Soeharto, Habibie pun memanggil sejumlah menteri ke kediamannya di Kuningan, Jakarta Selatan.

Ada 4 menko dan 14 menteri saat itu.

Kepada para menteri, Habibie menceritakan hasil pertemuannya dengan Soeharto.

Selain itu, dia juga meminta sejumlah menteri yang menyatakan mundur untuk membatalkan niatnya.

Ada sejumlah kesepakatan dalam pertemuan yang berakhir pada 22.45 WIB itu.

Pertama, mereka memahami Kabinet Reformasi sebagai kenyatan.

Selain itu, pertemuan juga menyepakati keppres tentang pembentukan kabinet ditandatangani Soeharto.

Adapun pelantikan kabinet akan dilakukan oleh Habibie.

Setelah pertemuan, Habibie berusaha menelpon Soeharto.

Presiden Ketiga BJ Habibie
Presiden Ketiga BJ Habibie (FACEBOOK THE HABIBIE CENTER)

Akan tetapi Soeharto tidak berkenan menerima.

Ketika itu, Soeharto menugaskan Mensesneg Saadilah Mursyid untuk menyampaikan bahwa Soeharto akan mundur pada pukul 10.00 WIB.

Habibie menceritakan itu kepada para menteri yang masih berkumpul di pendopo.

"Semua terkejut mendengar berita tersebut," ungkap Habibie.

Dikutip dari Harian Kompas, pada pukul 23.00 WIB Soeharto memerintahkan ajudan untuk memanggil Yusril Ihza Mahendra, Mensesneg Saadillah Mursjid, dan Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto.

Soeharto sudah berbulat hati menyerahkan kekuasaan kepada Wapres BJ Habibie.

Wiranto sampai tiga kali bolak-balik Cendana-Kantor Menhankam untuk menyikapi keputusan Soeharto.

Wiranto perlu berbicara dengan para Kepala Staf Angkatan mengenai sikap yang akan diputuskan ABRI dalam menanggapi keputusan Soeharto untuk mundur.

Setelah mencapai kesepakatan dengan Wiranto, Soeharto kemudian memanggil Habibie.

Pukul 23.20 WIB, Yusril Ihza Mahendra bertemu dengan Amien Rais.

Dalam pertemuan itu, Yusril menyampaikan bahwa Soeharto bersedia mundur dari jabatannya.

Yusril juga menginformasikan bahwa pengumumannya akan dilakukan Soeharto 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB.

Dalam bahasa Amien, kata-kata yang disampaikan oleh Yusril itu, "The old man most probably has resigned".

Biodata BJ Habibie:

  • Nama lengkap: Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng
  • Lahir: Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936
  • Jabatan: Menristek, Wapres RI, Presiden RI
  • Profesi: Insinyur
  • Keluarga: Hasri Ainun Besari (istri), Ilham Akbar (anak), Thareq Kemal (anak), Alwi Abdul Jalil Habibie (orang tua), Tuti Marini Puspowardojo (orang tua)
  • Almamater: Universitas Indonesia Bandung, Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule Aachen

Baca kisah sejarah tokoh-tokoh Indonesia di Tribunjambi.com.

Subscribe Youtube

Pilot Pesawat Soeharto sudah Teken Surat Kontrak Siap Mati, Disergap Jet Musuh di Irian Barat

 UPDATE 310 Orang Tewas, Jumlah Korban Bom Sri Lanka di Delapan Tempat

 Rilis Besok! Ini Spesifikasi Oppo F11 Pro Edisi Khusus Avengers: Endgame Perbedaan Dengan yang Biasa

 Ini 54 Artis Caleg dan 9 Artis yang Pasti Tak Lolos, Olla Ramlan, Rachel Maryam, Manohara, Dkk

 Siapa Sebenarnya Ismael Dully? Kakak Kandung Luna Maya Selama Ini Disembunyikan dari Media

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved