Kisah Militer
5 Danjen Kopassus yang Jadi Legenda, Misi Tumpas PKI, Tanggulangi Teroris Hingga Pembebasan Sandera
Selama terbentuk telah mengalami 31 pergantian pucuk kepemimpinan mulai dari dipimpin seorang Mayor hingga kini dipimpin oleh Mayor Jenderal
Dalam pertemuan itu Idjon Djanbi diminta sebagai pelatih tunggal untuk melatih komando di pendidikan CIC II (Combat Inteligen Course) Cilendek, Bogor.
Baca: Tonton ILC tvOne Malam Ini, Live Streaming Lewat HP, Ada Wapres JK, Mahfud MD & BJ Habibie
Baca: Daftar 40 Lembaga Survei yang Bakal Sampaikan Hasil Quick Count Setelah Pukul 15.00 WIB
Baca: Prediksi Juventus vs Ajax di Leg Kedua Perempat Final Liga Champions, Malam ini, Kick Off 02.00 WIB
Baca: Prediksi Barcelona vs Manchester United di Leg Kedua Perempat Final Liga Champions Dini Hari Nanti
Usaha yang tak sia-sia karena akhirnya Idjon Djanbi bersedia sebagai pengajar sipil selama masa pendidikan tiga bulan.
Usai pendidikan CIC II, Idjon Djanbi kembali menekuni profesi sebelumnya.
2. Letkol Inf Moeng Parahadimulyo

Kolonel Moeng Pahardimulyo terkenal keras.
Dia sudah menjadi anggota pasukan khusus TNI sejak 1960-an, saat Komando Pasukan Khusus masih bernama RPKAD ( Resimen Para Komando Angkatan Darat).
Banyak cerita tentang Kolonel Moeng yang tak diketahui orang.
Di antara cerita yang terkenal tentang Moeng, saat dia menelan mentah-mentah telur ular piton.
Padahal sebenarnya, ada banyak keteladanan darinya.
Moeng komandan yang keras dan disiplin, selain itu menerapkan hidup sederhana.
Saat itu, Moeng terjun ke medan operasi memimpin RTP 1 untuk Merebut Kota Tondano.
Pada era itu, terjadi perubahan baret prajurit dari warna cokelat (seperti baret artileri) menjadi warna merah.
Moeng Parahadimulyo pensiun dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal, lahir di Yogyakarta, 11 Januari 1925 dan meninggal di Jakarta, 28 Desember 2012 pada umur 87 tahun.
Dalam masa kepemimpinan itu terjadi perubahan baret prajurit dari warna coklat (seperti baret Artileri) menjadi warna merah.
Pada masanya juga, diciptakan pakaian pakaian dinas lapangan (PDL) loreng khusus "darah mengalir", mengantikan seragam PDL loreng lama yang digunakan prajurit para komando.