Kisah Militer RI
Kala Perompak Paling Ditakuti di Filipina Cari Masalah dengan Kopassus & Denjaka Karena Sandera WNI
Kala Perompak Paling Ditakuti di Filipina Cari Masalah dengan Kopassus & Denjaka Karena Sandera WNI
Kala Perompak Paling Ditakuti di Filipina Cari Masalah dengan Kopassus & Denjaka Karena Sandera WNI
TRIBUNJAMBI.COM - Kekuatan militer Indonesia pernah diuji dengan beberapa serangan terorisme hingga percobaan penyanderaan Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri.
Sehingga, pemerintah mau tak mau harus menurunkan pasukan khususnya untuk menanggulangi permasalahan itu.
Kisah perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di beberapa wilayah yang dimasuki para musuh selalu menuai hail baik yang membanggakan negara.
Seperti kisah pasukan khusus TNI AL dan AD saat menyelamatkan Warga Negara Indoneisa (WNI) yang disekap oleh perompak di perairan Indonesia dan negara tetangga.
Pasukan Khusus TNI siap dikerahkan untuk membantu membebaskan 10 WNI yang disandera oleh perompak kelompok Abu Sayyaf yang bermarkas di Filipina.
Baca Juga:
Jika Terpilih, Prabowo Sandi Berkomitmen Tak Ambil Gaji Sepeser pun, Akan Dikemanakan Gaji Mereka?
Dua Hari Masa Tenang, Bawaslu Batanghari Cabut 1.000 APK Jelang Pemilu 2019
VIDEO: Empat Hari Hanyut di Sungai Batang Tebo Zahra Ditemukan Tak Bernyawa, Begini Kondisi Jasadnya
Jokowi Miliki 1 Juta Subscriber, Jadi Presiden Pertama di Dunia yang Dapat Golden Play Button
"Kami siapkan saja personelnya. Setiap waktu diminta kami sudah siap," kata Kapten Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Letkol Inf Joko Tri Hadimantoyo kepada wartawan di Jakarta, Selasa.
Ia mengaku belum ada perintah agar Kopassus melakukan operasi pembebasan sandera karena hal itu merupakan kewenangan pemerintah.
"Itu kan kewenangan pemerintah. Kalau ada peristiwa seperti itu, memang biasanya sudah ditunjuk orang-orangnya. Kami pun bersiap," kata Joko.
Tak hanya Kopassus, melainkan TNI Angkatan Laut mengaku siap diterjunkan manakala diminta untuk membantu agar proses pembebasan penyanderaan bisa dilakukan.

"Saat ini kami menunggu jalur diplomatik dulu. Tapi yang jelas TNI, khususnya TNI AL, kalau diminta bantu kami sudah siap. TNI AL selalu menggelar patroli di wilyah yuridiksi, meskipun tidak ada masalah," kata Kadispenal Kolonel Laut (P) Edi Sucipto.
TNI AL masih menunggu perintah dari Panglima TNI yang saat itu masih dijabat oleh Jenderal Gatot Nurmantyo, termasuk apakah Denjaka yang akan diturunkan jika memang diperlukan.
"Itu kita serahkan kepada ahlinya, biar Panglima TNI yang menentukan, karena beliau yang memiliki otoritas. Yang pasti beliau tidak akan salah pilih," kata mantan prajurit Denjaka ini.
Baca Juga:
Bermula dari Pasukan yang Dihina di Thailand, Tercetus Pasukan Ganas Sat 81 Kopassus oleh Sosok Ini
Bensin Eceran Tumpah, Rumah dan Warung Sarinin di Sarolangun Habis Terbakar, Rugi Ratusan Juta
Ketika Prabowo Subianto Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Mantan Istri, Lihat Respon Titiek Soeharto
Ia menambahkan, ada atau tidak ada peristiwa, pihaknya selalu melakukan operasi dalam rangka penegakkan kedaulatan.
Seperti diketahui, Kopassus dan Denjaka adalah dua dari beberapa pasukan elit yang dimiliki TNI.
Anggota dari dua pasukan tersebut memiliki kemampuan tempur dan bertahan di atas rata-rata berkat gemblengan yang luar biasa.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan pasukan TNI sudah siap apabila tentara Filipina meminta bantuan Indonesia menangani perompak yang membajak dua kapal Indonesia dan menyandera 10 WNI.
"Saya rasa tentara sudah siap semua tinggal tergantung sana, karena rumah orang. Kalau dia (Filipina) bilang siap kita 'nonton saja', kalau dia minta bantuan kita tangani," kata Ryamizard di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan saat ini kapal-kapal patroli TNI sudah disiapkan untuk mengantisipasi berbagai macam kemungkinan kejadian.
Namun Ryamizard menekankan bahwa pasukan militer Indonesia tidak bisa seenaknya melakukan operasi di wilayah Filipina, sehingga perlu izin dari otoritas negara tersebut.
Berdasarkan informasi dari Kementerian Luar Negeri, pembajakan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang berbendera Indonesia itu terjadi saat dalam perjalanan dari Sungai Puting Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan.
"Tidak diketahui persis kapan kapal dibajak. Pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada tanggal 26 Maret 2016, pada saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf," ujar Jubir Kemlu Arrmanatha Nasir.
Saat ini, Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan dan sudah di tangan otoritas Filipina.
Baca Juga:
Bocah SD Hamili Siswi SMA Hingga Melahirkan, Ternyata Masih Sepupu, Gara-gara Video di HP
Kronologi Siswi SMA Disetubuhi oleh Sepupu yang Masih Bocah SD dan Temannya Hingga Lahir Prematur
Ini Sosok Kader Demokrat yang Teriak & Emosi di Debat Capres ke-5, hingga AHY Beri Pernyataan Sikap
Sementara kapal Anand 12 dan 10 awak kapal masih berada di tangan pembajak, namun belum diketahui persis posisinya.
Dalam komunikasi pihak Kemlu melalui telepon kepada perusahaan pemilik kapal, pembajak dan penyandera menyampaikan tuntutan sejumlah uang tebusan.
Diketahui sejak 26 Maret, pihak pembajak sudah dua kali menghubungi pemilik kapal.
SUMBER: Militer Indonesia
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: