Kalah Pilkada Walikota Ngamuk dan Bongkar Taman Bermain yang Baru Dibangun

 Wali Kota Petahana Mengamuk setelah Keok dalam Pilkada, Bongkar Taman Bermain yang Baru Dibangun beberapa waktu lalu.

Editor:
Twitter
Karolina Pliskova, mengamuk di Italia Terbuka. 

TRIBUNJAMBI.COM - Walikota petahana mengamuk karena kalah dalam Pilkada.

Walikota di Turki, mengamuk karena keinginannya untuk kembali menjadi pemimpin harus berakhir.

Walikota petahana itu membongkar taman bermain anak-anak yang baru dibangun sebagai konsekwensi atas kekalahannya di Pilkada.

Media Media massa Turki mengabarkan sebuah efek tak terduga dari hasil pemilu lokal yang digelar pada akhir pekan lalu.

Seorang wali kota petahana dituduh menghancurkan sebuah taman bermain untuk anak-anak ketika dia kalah dalam pemilihan umum.

Dilansir Tribunmedan (Tribunjambi Network) dari Kompas.com, Warga kota Yenidonganlar di pesisir Laut Hitam amat terkejut ketika pada Senin (1/4/2019) mereka menemukan taman bermain sudah dibongkar.

Warga juga melihat berbagai benda yang dulu ada di taman bermain, dipindahkan ke sebuah mobil.

Sejumlah saksi mengatakan, mereka melihat Mehmet Aykol, sang wali kota, memotong ayunan dan perosotan karena dia marah dengan hasil pemilu.

Demikian dikabarkan situs berita T24.

Baca: Rp125 Ribu Perbulan, Tarif Belajar Tambahan Siswa di Sekolah SMPN 7 Kota Jambi

Baca: Penyidik Polsek Jelutung Lengkapi Berkas Tersangka Percobaan Pencurian

Baca: Dinas PUPR Muarojambi Tak Punya Data Kerusakan Jalan, Bupati Masnah Segera Pangil Kadis PU

Baca: Terdakwa Kirim 8 Kilo Gram Ganja Lewat Jasa Pengiriman, Tujuan Bekasi dan Cirebon

Baca: Prodi Pendidikan Biologi Universitas Jambi, Gelar Bio Expo 2019

Akyol sudah menjadi wali kota selama 20 tahun sebelum kalah dalam pemilu lokal yang digelar pada Minggu (31/3/2019).

Taman bermaian yang berantakan setelah dibongkar wali kota petahana yang kalah dalam pilkadaTaman bermaian yang berantakan setelah dibongkar wali kota petahana yang kalah dalam pilkada (dha/youtube)
Dan, taman bermain anak-anak yang dihancurkan itu baru dibangun dua pekan sebelum pemilihan lokal digelar.

"Dia membangun taman bermain untuk meraup suara. Dia membongkarnya saat dia kalah," ujar seorang warga kepada kantor berita DHA.

Sementara seorang ibu dikabarkan mempertanyakan mengapa mantan wali kota itu harus mengecewakan anak-anak.

"Dia seharusnya malu kepada dirinya sendiri.

Ini adalah properti pemerintah.

Dia merusak properti pemerintah," ujar perempuan itu.

Namun, Akyol membantah tuduhan dia tak menerima kekalahan dalam pemilihan lokal itu.

"Saya membangun taman itu dengan uang saya sendiri," kata Akyol kepada kantor berita DHA.

Dia menambahkan, terpaksa menghancurkan taman itu karena keluhan dari pemilik tanah.

Sebagian warga Turki kemudian memilih bertindak.

Baca: Mencuri Kotak Amal di Masjid, Terdakwa Divonis Hakim Pengadilan Bungo, 20 Bulan Penjara

Baca: SATGULTOR-81, Satuan Anti Teror Serba Rahasia dan Misterius: 4 Fakta Pasukan Siluman Kopassus

Baca: MKI Fest 2019 di Gramedia Jambi, Resmi Ditutup, Peserta dari Tanjab Barat Raih Juara Tahsin Alquran

Baca: Dua Sekawan yang Maling Motor di Bungo Ini Dapat Vonis Dobel, Ini Penyebabnya

Baca: TERKUAK Misteri Jatuhnya Lion Air JT610, Bos Boeing Minta Maaf: Ternyata 737 MAX Bermasalah

Salah satunya adalah musisi Cenk Eren yang menghubungi wali kota baru.

Eren mengatakan, dia bersedia membantu biaya pembangunan kembali taman bermain itu.

Sementara, penyanyi Isin Karaca menawarkan membayar separuh biaya pembangunan.

Pemerintah setempat menerima tawaran mereka dan kini anak-anak kota Yenidonganlar sudah memiliki ayunan dan perosotan baru untuk bermain.

JALAN DESA DITEMBOK

Soim Pamuji, warga Desa Rejosari, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, belakangan menjadi perbincangan hangat di media sosial lantaran menutup jalan antar-desa setelah kalah bertarung pada Pemilihan Kepala Desa ( Pilkades) setempat.

Warga tidak bisa lagi melewati jalan alternatif penghubung Desa Rejosari, Kecamatan Kalikajar dengan Desa Sindupaten, Kecamatan Kertek itu karena Soim membangun tembok kira-kira setinggi 2 meter. Bahkan, di atas tembok dipasang pecahan kaca sehingga tidak bisa dipanjat.

Saat dikonfirmasi Kompas.com, Soim membenarkan penutupan jalan itu adalah inisiatifnya.

Namun, ia menjelaskan, tembok itu dibangun di atas tanah pribadinya yang sebelumnya memang digunakan untuk jalan pintas warga.

Soim mengakui pembangunan tembok itu sebagai bentuk kekecewaannya pada proses pilkades yang diikutinya beberapa waktu lalu.

Mantan Sekretaris Desa (Sekdes) Rejosari itu menilai pilkades sudah dinodai banyak kecurangan.

"Persoalannya bukan menang atau kalah, tapi supremasi hukum yang sebenarnya, bagaimana kalau ada kesepakatan (para calon kades) yang telah disetujui bersama Muspika tapi kok ada salah satu calon yang mengingkari kesepakatan itu," ungkap Soim, Jumat (4/1/2019).

Soim membeberkan sejumlah temuan kejanggalan menjelang pemungutan suara, seperti ada calon kades lain yang memberikan dan menjanjikan sesuatu kepada warga pada masa tenang.

Hal itu bisa mempengaruhi keputusan warga untuk memilih.

"Pada hari tenang, masing-masing calon kades tidak boleh memberi atau menjanjikan sesuatu yang tujuannya untuk memenangkan atau menguntungkan satu pihak. Ini sudah kesepakatan tapi dilanggar," katanya.

Kemudian, ada tim sukses calon kades lain yang ikut penjemputan warga dari rumah menuju tempat pemungutan suara.

"Angkutan penjemputan pengguna hak pilih dikawal anggota linmas, semua tim sukses tidak boleh ikut. Tapi semua dilanggar," tandas Soim.

Soim mengaku aksinya itu sebagai pembelajaran kepada masyarakat supaya menjalankan dan menghormati segala sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan bersama.

"Mestinya yang jadi perhatian itu yang melanggar saat pilkades, bukan tembok ini karena ini kan tanah ayah saya," tuturnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Polres Wonosobo AKBP Abdul Waras menerangkan, sebetulnya penutupan jalan oleh warga tersebut bukan merupakan pelanggaran karena merupakan tanah pribadi.

Pihaknya telah bertemu dan meminta penjelasan Soim Pamuji terkait persoalan ini.

"Sebenarnya bukan pelanggaran karena masih tanah pribadi yang bersangkutan, bukan milik negara, ada sertifikatnya juga, tapi memang karena kalah (Pilkades) jadi ditutup," terang Abdul.

Dari keterangan yang berhasil dihimpun, lanjutnya, sejumlah bidang tanah itu merupakan milik beberapa orang, diantaranya milik Soim Pamuji dan calon kades petahana bernama Edi.

Sekitar 2 tahun lalu, mereka sepakat meminjamkan tanah tersebut untuk jalan pintas warga dengan kesepakatan tertentu dan akan diminta lagi jika dibutuhkan.

"Dulu mereka mempersilakan warga untuk memakai tanah ini sebagai jalan pintas, tapi kalau dibutuhkan mau diminta lagi. Nah kebetulan berkaitan dengan pilkades ini mereka (Soim dan Edi) kalah semua dan warga yang dikasih jalan itu tidak menempati janjinya," paparnya.

Abdul memaparkan, hasil pantauan di lokasi, sebetulnya warga masih bisa melewati dengan jalan kaki meski sebelumnya bisa dilewati mobil dan sepeda motor.

Pihaknya juga sudah mencoba melobi yang bersangkutan agar bisa membuka lagi jalan tersebut.

"Tapi karena itu hak yang bersangkutan ya warga tidak bisa menuntut. Yang jelas, sejauh ini kondisi di lapangan masyarakat tetap kondusif, tidak ada keributan, masih aman," tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kalah dalam Pilkada, Wali Kota di Turki Bongkar Taman Bermain"

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved