VIRAL - Dua Bule Selamatkan Kucing yang Akan Dipanggang di Pasar Tomohon Manado
Dua bule menyelamatkan kucing-kucing yang hendak dipanggang hidup-hidup di Pasar Tomohon, Manado, Sulawesi Utara.
Reputasi itu berasal dari kebiasaan mereka menyajikan hidangan yang disebut 'daging unik' untuk memeriahkan suasana saat merayakan hari-hari besar atau acara khusus, seperti ulang tahun atau pernikahan.
Istilah 'daging unik' mencakup beragam daging yang diperoleh dari hewan liar atau tidak terdomestikasi.
Kelelawar, tikus ekor putih, dan ular piton merupakan hewan liar yang paling sering diperdagangkan di pasar tradisional. Ketersedian ketiga satwa liar itu yang melimpah membuat harganya paling murah dibanding 'daging unik' lainnya.
Berkilo-kilogram daging kelelawar diperdagangkan di Pasar Beriman setiap hari dan jumlah itu melonjak drastis menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru, kata Michael, seorang pedagang daging kelelawar di Pasar Beriman.
Dengan menjual satu ekor paniki seharga Rp35.000 sampai 50.000, tergantung ukurannya, rata-rata pendapatan Michael mencapai Rp200-300.000 per hari namun menjelang Natal atau Tahun Baru bisa melonjak sampai Rp10 juta.
"Kalau saya jual 500 kilo, dikali Rp50.000 itu bisa Rp25 juta. Itu modalnya. Dia bisa laku di kisaran Rp35 juta," kata Michael.
Dari luar daerah
Meski 'daging unik' hanya bisa ditemukan di Sulawesi Utara, ternyata hampir semuanya berasal dari luar daerah. Menurut Michael, umumnya daging-daging itu dibawa dari Makassar, Kendari, Palu, Gorontalo, bahkan Kalimantan.
"Di Tomohon sudah habis," kata Atox, pedagang daging babi di Pasar Beriman ketika diwawancarai BBC Indonesia.
Survei terhadap perdagangan paniki pada 2015, menemukan bahwa terdapat tujuh pasar besar di Sulawesi Utara yang menawarkan daging satwa liar selain Pasar Beriman di Kota Tomohon.
Sebanyak 38% daging kelelawar hitam di pasar-pasar tersebut berasal dari Sulawesi Selatan sedangkan 56% berasal dari provinsi lainnya di Sulawesi dan 6% dari Kalimantan.

Frank Delano Manus, bersama AFMI, menyelamatkan beberapa hewan dari Pasar Tomohon.
Kasusnya serupa untuk ular piton, menurut Frank Delano Manus, warga Tomohon sekaligus pegiat Animal Friends Manado Indonesia (AFMI).
Frank mengungkap bahwa berdasarkan keterangan dari pedagang di pasar, setiap dua pekan orang-orang yang disebut transporter membawa satu ton ular piton -dalam keadaan hidup atau mati- dari pengepul di luar daerah. Ular-ular tersebut diangkut dengan mobil pikap, dan kemudian disalurkan kepada para pedagang di pasar.
Kendati AFMI berfokus pada penyelamatan dan perawatan satwa domestik, sesekali mereka juga menyelamatkan satwa liar, termasuk ular. Frank mengatakan beberapa pedagang memberikan ular-ular yang kebetulan masih hidup kepada AFMI untuk direhabilitasi dan dilepas kembali ke alam.
Saat kedatangan BBC Indonesia pada pertengahan November, AFMI tengah merehabilitasi 10 ekor ular piton dan tiga diantaranya merupakan spesies endemik di Kalimantan.
"Karena bukan endemik Sulawesi jadi kita tidak bisa release atau lepas liar kembali di sini. Kita lihat caranya bagaimana, mungkin memang mau dikirim kembali ke sana (Kalimantan) tapi sulit sekali... masih bisa dikategorikan tidak mungkin untuk kita kirim kembali ke sana," kata Frank.