BANYAK yang Tertipu dengan Wajah Cantiknya, Ternyata dia Sniper Brutal Bunuh 59 Tentara

TRIBUNJAMBI.COM - Semua orang tahu, kalau Uni Soviet sebagai salah satu negara dengan kekuatan perang

Editor: ridwan
Angkasa
Ilustrasi--sniper wanita 

TRIBUNJAMBI.COM - Semua orang tahu, kalau Uni Soviet sebagai salah satu negara dengan kekuatan perang terhebat terkenal memiliki banyak angkatan bersenjata.

Uni Soviet punya pasukan sniper atau penembak jitu yang cukup hebat dan di antara para sniper itu ada regu sniper wanita.

Salah satu sniper terhebat yang dimiliki oleh Uni Soviet pada masa Perang Dunia II dulu bernama Roza Georgiyevna Shanina.

Baca: Hasanah Bingung Tersangkut Kasus Korupsi SMK Bagimu Negeri di Tanjab Timur, Padahal Kerja di Lampung

Roza Shanina seorang sniper andalan Uni Soviet ini baru berusia 19 tahun dan sudah membunuh 59 lawannya selama periode PD II.

Shanina sepertinya memang terlahir dengan kemampuan militer yang baik.

Remaja ini baru bergabung dengan militer pada tahun 1941 setelah kematian kakaknya dalam perang.

Awalnya Shanina menjadi relawan di bagian pelayanan umum saat perang dan tidak terjun langsung dalam perlawanan.

Baca: Dua Anggota DPRD Tanjab Barat Terancam Tak Bisa Dilantik Meski Menang di Pemilu 2019, Gara-gara Ini

Kala itu, wanita yang berperang, apalagi menjadi penembak jitu adalah hal yang dianggap tabu.

Namun Shanina ingin menjadi penembak jitu di garis depan dan akhirnya dia mendapat izin untuk beraksi.

Shanina selalu bisa mengenai personel musuh dan membunuhnya dengan sekali tarikan senapan.

Baca: Kakanwil Kemenag Provinsi Jambi Monitoring Hari Pertama UNBK di MAN 1 Muarabulian, Ini Pesannya

Dia juga mendapat pujian karena mampu berulang kali melakukan double hit (menembak dua lawan dengan dua peluru yang ditembakkan secara berurutan).

Pujian tak hanya datang dari Uni Soviet, tapi juga dari Kanada. Tahun 1944 sebuah surat kabar Kanada menggambarkan Shanina sebagai "teror gaib dari Prusia Timur".

Berkat kemampuan menembaknya, Shanina menjadi sniper wanita Soviet pertama yang mendapat penghargaan Order of Glory.

Baca: Ramaikan Festival Kopi Nusantara, Bungo Akan Kenalkan Kopi Robusta dari Limbur dan Bathin III Ulu

Shanina terus meningkatkan kemampuan menembak jarak auhnya dan pada 9 Juni 1944, potret manisnya ditampilkan di halaman depan surat kabar Soviet Unichtozhim Vrage.

Sayangnya, saat Operasi Bagration dimulai pada 22 Juni 1944, seluruh unit penembak jitu perempuan Soviet ditarik kembali ke pangkalan.

Shanina mengajukan permohonan agar bisa tetap hadir di garis depan, tapi ditolak mentah-mentah oleh komandannya.

Baca: Hakim Pengadilan Negeri Muara Bungo Tolak Permohonan Praperadilan Ratna Juwita, Ini Alasannya

Remaja ini nekat pergi ke garis depan untuk membantu negaranya berperang, tapi malah dibawa ke pengadilan karena nekat melanggar aturan.

Nahas, pasukan batalion Shanina nyaris semuanya terbunuh pada tanggal 16 Januari 1945.

Kala itu peperangan melawan Jerman dan anggota batalion Shanina yang hanya berjumlah 78 orang hanya tinggal tersisa 6 orang termasuk Shanina.

Baca: Quick Count Pilpres 2019 33 Lembaga Survei yang Daftar, Begini Aturan Baru Publikasi Hitung Cepat

Shanina terluka parah pada 27 Januari 1945 saat melindungi perwira lain yang terluka.

Bagian dada Shanina tertusuk dan terluka lebar, dan dia tak bisa diselamatkan.

Sniper muda ini benar-benar pergi untuk selamanya dan dimakamkan di bawah pohon pir di tepi Sungai Alle.

Kehidupan asmara Shanina

Baca: VIDEO: Terungkap Neil ArmStrong Mendarat di Bulan Ternyata Ada Peran Mahasiswa Indonesia

Sebagai seorang remaja yang beranjak dewasa, Shanina jelas mengalami masa jatuh cinta.

Dan dia jatuh cinta pada seorang pria bernama Nikolai, pria biasa yang menurut Shanina tidak bersinar dalam hal apa pun tapi dia menyukainya.

"Aku tidak berpikir lebih, tidak pula menginginkan pernikahan. Ini bukan waktunya dan aku masih harus berada di medan perang," begitu bunyi tulisan tangan Shanina.

Baca: Posting Video dan Foto Pacar Tanpa Busana di Facebook dan Instagram, Karyawati Bank Lapor ke Polisi

Kisah cintanya kandas begitu saja karena Nikolai tidak mau menerima Shanina yang seorang penembak jitu.

Shanina begitu patah hati. Dia merasa tidak lagi berguna bagi siapa pun saat itu.

Kumpulan catatan harian Shanina pernah diterbitkan menjadi buku untuk mengenang tentara muda berbakat dari Soviet ini.

Baca: Ramaikan Festival Kopi Nusantara, Bungo Akan Kenalkan Kopi Robusta dari Limbur dan Bathin III Ulu

Tim satuan khusus militer Inggris, SAS (Special Air Service) dilaporkan telah berhasil melumpuhkan seorang petinggi ISIS dari jarak satu kilometer lebih dalam sebuah misi rahasia di Afghanistan.

Target yang masuk dalam daftar buronan profil tinggi AS dan Inggris itu, tewas seketika akibat tembakan yang tepat mengenai bagian dada.

Dilaporkan Daily Star, penembak jitu dari tim SAS tersebut berpangkat sersan dan merupakan veteran dalam peperangan di Irak dan Suriah.

Baca: Posting Video dan Foto Pacar Tanpa Busana di Facebook dan Instagram, Karyawati Bank Lapor ke Polisi

Tembakan itu dilakukan menggunakan sebuah senapan mesin kaliber 50 dari jarak 1,1 mil atau sekitar 1.600 meter.

Tembakan itu sekaligus tercatat sebagai tembakan dari jarak terjauh oleh satuan elit itu yang berhasil menewaskan sasaran.

Bahkan, senapan mesin yang digunakan penembak jitu itu langsung dikirim kembali ke markas SAS di Hereford, Inggris untuk dinonaktifkan dan disimpan sebagai tanda mata.

Baca: Belasan Ribu Surat Suara Robek dan KPU Batanghari Akui Kekurangan 14 Ribu Lebih Surat Suara

Diberitakan Daily Star, misi yang dilakukan tim itu merupakan misi rahasia ke daerah yang dikuasai ISIS di Afghanistan utara pada Juni lalu.

Menurut sumber, saat itu tim SAS yang sedang berada di atas kendaraan bersenjata tengah memantau markas ISIS dari kejauhan.

Saat itu muncul target yang diketahui kemudian merupakan buronan berprofil tinggi dalam daftar AS dan Inggris.

Setelah mendapat izin dari pejabat senior di Markas Komando Operasi Khusus Gabungan di Kabul, tim mulai mempersiapkan eksekusi.

Baca: Jadwal MotoGP Amerika 2019 Siaran Langsung dan Live Streaming Trans7 - Mulai 12 April 2019

Meskipun tim telah dilengkapi senapan sniper, namun mereka meyakini pada jarak saat itu hanya senapan mesin kaliber 50 yang terpasang di kendaraan yang mampu mencapai target.

Senapan mesin kaliber 50 jenis Cal Browning dikenal memiliki jarak dan ketepatan tembak yang luar biasa meski telah berusia puluhan tahun.

Senapan mesin itu telah digunakan sejak Perang Korea pada 1950-an. Namun diyakini baru pertama kali ini senapan itu digunakan untuk penembak jitu oleh satuan elit Inggris.

Baca: Dinas Kesehatan Batanghari Akui Kekurangan Tenaga Kesehatan, Hanya Satu Puskemas yang Penuhi Standar

"Senapan mesin itu dapat melepaskan tembakan tunggal. Penembak jitu memasang alat teropong khusus pada senapan mesin dan dibantu personil pengintai untuk memastikan jarak dan kecepatan angin."

"Juga diperhitungkan suhu dan cahaya pada saat itu karena udara panas dari permukaan tanah membuat tampilan target pada teropong sedikit bergoyang," kata sumber.

Saat diintai, kata sumber, target tampaknya tengah memberi arahan kepada anggota lainnya. Target terlihat berdiri dan tak berpindah tempat selama hampir 20 menit.

Baca: AKP Sulman Aziz Cabut Keterangan Adanya Arahan Menangkan 01, Saya Sedang Emosi

"Penembak jitu menyadari hanya punya satu kali kesempatan. Butuh beberapa detik sebelum peluru yang ditembakkan akhirnya mengenai target," ujar dia.

Tidak diungkapkan rincian dari misi rahasia tersebut, termasuk nama penembak jitu maupun petinggi ISIS yang tewas.

Juru bicara dari Kementerian Pertahanan Inggris menolak memberi komentar berkenaan dengan operasi pasukan khusus. (Agni Vidya Perdana)

(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Pakai Senapan Mesin, "Sniper" SAS Bunuh Petinggi ISIS dari Jarak 1.600 Meter")

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved