Sindiran Jusuf Kalla 'Kalau Pak Jokowi Menang Tak Usah Khawatir, Kalau yang Sebelah Saya Tidak Tahu'
Pengusaha Tertawa Dengar Sindiran Jusuf Kalla, 'Kalau Pak Jokowi Menang Tak Usah Khawatir, Kalau yang Sebelah Saya Tidak Tahu'
Pengusaha Tertawa Dengar Sindiran Jusuf Kalla, 'Kalau Pak Jokowi Menang Tak Usah Khawatir, Kalau yang Sebelah Saya Tidak Tahu'
TRIBUNJAMBI.COM - Politisi senior Partai Golkar yang juga Wakil Presiden Jusuf Kalla mengeluarkan sindiran kepada kubu Prabowo-Sandi dihadapan para pengusaha saat membuka CNBC Indonesia Economic Outlook di The Westin, Kuningan, Jakarta, Kamis (28/2/2019).
Dihadapan para pengusaha tersebut Jusuf Kalla meminta para pengusaha untuk tetap tenang dan tak perlu khawatir jelang pemilu 2019, yakni pemilihan presiden maupun pemilihan legislatif.
Jusuf Kalla dihadapan para pengusaha memastikan perekonomian Indonesia bakal tetap stabil dan tak terpengaruh situasi politik jelang Pilpres.
Kalla mengatakan, perekonomian Indonesia tak akan mengalami kejatuhan seperti Venezuela. Sebab, kata Kalla, Indonesia tidak dipimpin oleh orang yang otoriter dan nepotis.
"Apakah ini (kejatuhan ekonomi) akan terjadi di Indonesia? Saya bilang, bisa saja. Tapi saya jamin pengalaman 4 tahun lebih dengan Pak Jokowi, Beliau tidak pernah ada pikiran otoriternya. Berpikiran pun enggak," kata Kalla.
Baca: Heboh Putra Jokowi, Kaesang Pakai Kaos Lambang PKI. Ini Fakta Sebenarnya
Baca: Misteri Supersemar - Surat Sakti yang Antarkan Soeharto Jadi Presiden RI Pemaksaan atau Penugasan?
Baca: Lirik Lagunya Dianggap Cabul dan Kena Sensor di Jabar, Bruno Mars Malah Salahkan Ed Sheeran
"Saya tidak bicara karena saya ini anggota Tim Kampanye Pak Jokowi. Saya tidak kampanye. Ini kan diundang bicara ini. Bicara ilmiah sedikit, bukan kampanye," lanjut Kalla.
Ia mengungkapkan, Jokowi merupakan Presiden yang kerap merapatkan semua kebijakan sebelum diputuskan.
Kalla lantas membandingkannya dengan era kepresidenan Soeharto yang hanya menggelar rapat sebulan sekali.
Kalla menyebutkan, di era Jokowi, Kabinet Kerja bisa menggelar rapat sebanyak 5 kali.

Oleh karena itu, ia memastikan Jokowi bukan sosok yang otoriter.
"Artinya, Beliau tidak akan pernah berpikir mau otoriter. Semua keputusan dirapatkan, gimana caranya. Kalau otoriter mana ada rapat. Pokoknya ambil aja ini keputusan. Pukul meja, jalankan. Jual minyak murah di Venezuela, jual. Di sini (Kabinet Kerja) tidak," kata Kalla.
Selain itu, Kalla memastikan Jokowi bukan sosok nepotis.
Menurut dia, hal itu bisa dibuktikan dengan tidak terlibatnya keluarga Presiden dalam bisnis yang terkait dengan perekonomian negara.
"Apalagi anak Pak Jokowi. Yang satu catering, jual martabak, yang satu jual pisang goreng. Jadi mana mungkin dia terlibat dalam ekonomi pemerintahan," kata Kalla.
"Saya jamin sama Anda di sini. Apabila Pak Jokowi yang menang tentu akan begini akibatnya, akan terus aja begini (perekonomian stabil). Tak usah khawatir. Tak usah ke Singapura lah. Kalau yang sebelah saya tidak tahu. Kita tidak bisa bicara apa yang kita tidak tahu. Kan bahaya," lanjut Kalla lantas disambut tawa para pengusaha dan pejabat yang hadir.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kalla: Kalau Pak Jokowi Menang Tak Usah Khawatir, kalau yang Sebelah Saya Tidak Tahu"
Lebih Enak Jadi Wakil Jokowi Atau SBY, Ini Jawaban Jusuf Kalla
Jusuf Kalla ungkap perbedaan antara saat menjadi Wakil Presiden Susilo bambang Yudhoyono atau Joko Widodo.
Jusuf Kalla tercatat sudah menjadi wakil presiden Indonesia sebanyak dua kali yakni pada masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dan Jokowi.
Pertama, ia menjadi wakil presiden tahun 2004 hingga 2009 mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono SBY, kedua, Jusuf Kalla menduduki kembali jabatan tersebut di era kepemimpinan presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk periode 2014-2019.
Dengan kata lain, Jusuf Kalla adalah orang pertama yang menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia sebanyak dua kali secara tidak berturut-turut.
Dalam pidatonya di Istana Wakil Presiden pada 2017 lalu, Jusuf Kalla sempat mengungkapkan bahwa ia adalah juara Indonesia.
"Saya itu juara Indonesia, tidak ada orang seperti saya!" kata Jusuf Kalla, Jumat (26/10/2017) silam.
Jusuf Kalla menjelaskan, ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang mengikuti tiga kali pemilihan presiden dan wakil presiden (sebelum Prabowo resmi maju di Pilpres 2019).
Jusuf Kalla maju di Pilpres 2004, 2009, dan 2014. Hasilnya, dua kali menang dan satu kali kalah.
Kekalahan Jusuf Kalla terjadi pada Pilpres 2009.
Kala itu, JK maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Wiranto.
Namun sayang, ia kalah suara.
Berbicara soal pengalaman Jusuf Kalla menjadi wakil presiden dengan pasangan berbeda, tentu ada kesan-kesan tersendiri dari pria asal Makassar tersebut.
Dalam acara Satu Meja The Forum Kompas TV, Rabu (19/12/2018), Jusuf Kalla ditanya terkait pengalamannya sebagai wakil presiden Indonesia.

Ia ditanya lebih nyaman jadi wakil presiden SBY atau Jokowi.
Jusuf Kalla menjelaskan, bahwa menjadi wakil presiden SBY atau Jokowi itu sama saja secara umum.
Namun ada perbedaan mencolok antara era kepempimpinan SBY dan Jokowi.
Menurut Jusuf Kalla, perbedaan tersebut terletak pada kegiatan rapat.
"Sama saja. Walaupun pada zaman Pak SBY saya lebih banyak berbicara atau menangani masalah-masalah ekonomi. Rapatnya tidak terlalu banyak. Sekarang masalah politik, ekonomi, sosial itu dirapatkan. Sehingga saya ingin sekali lagi katakan itu keputusan bersama," kata Kalla.
Baca: Lirik Lagunya Dianggap Cabul dan Kena Sensor di Jabar, Bruno Mars Malah Salahkan Ed Sheeran
Baca: Sudah Tiga hari Belum Ditemukan, Bocah SD Asal Kerinci Tenggelam di Sungai Batang Merao
JK mengungkapkan, hampir semua keputusan di era kepemimpinan Jokowi diambil dalam rapat bersama sehingga menjadi keputusan bersama.
Di era kepresidenan Jokowi, tambahnya, ia juga selalu ikut dalam rapat kabinet dan memutuskan persoalan bersama-sama.
Meski ia juga menggelar rapat bersama sejumlah menteri, hasilnya selalu ia sampaikan kepada Presiden Jokowi lalu diputuskan bersama dalam rapat besar.
"Saya dengan Pak Jokowi selalu iku rapat itu. Rapat di tempat saya juga ada. Tapi hasilnya juga saya sampaikan kepada Presiden. Nah, itu lah sehingga kami tidak beda pandangan pada suatu soal karena sudah diputuskan secara kebersamaan," lanjutnya.
Lihat Videonya di Bawah Ini
Pertanyaan serupa sebenarnya pernah ditujukan kepada Jusuf Kalla beberapa waktu lalu.
Dalam acara Mata Najwa Trans 7, Rabu (10/1/2018), Jusuf Kalla sempat ditanya soal kesannya menjadi wakil dari dua presiden di dua periode berbeda.
Pertanyaan tersebut berasal dari seorang warganet yang kemudian disampaikan ulang oleh host acara Mata Najwa, Najwa Shihab.
"@Pak JK: enakan mana pak, jadi wapresnya pak Jokowi atau wapresnya pak SBY? Dan apa kelebihan dan kekurangan dari kedua presiden tersebut?" tulis warganet bernama Agus Susanto.
Sontak, JK langsung tertawa mendengar pertanyaan tersebut.
"Tidak etis untuk menilai atasan. Kalau saya menilai tentu tidak enak, tidak bagus, dan jangan begitu, " ujar Jusuf Kalla.
Najwa Shihab kemudian menimpali Jusuf Kalla yang enggan menjawab pertanyaan warganet tersebut.
"Kalau begitu memuji dua-duanya deh, Pak. Pujiannya harus beda tapi pak," potong Najwa Shihab.
Akhirnya Jusuf Kalla pun mau melontarkan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Menurutnya, pada era Presiden Joko Widodo, lebih banyak agenda rapat ketimbang era SBY.
"Rapat itu boleh 2 sampai 3 kali seminggu. Waktu Pak SBY paling tidak sekali seminggu," ungkap Jusuf Kalla.
"Semua dirapatkan, semua hal-hal dimusyawarahkan," tambahnya.
Baca: UPDATE Banjir di Merangin, Lima Kecamatan Tergenang, Pantauan Kondisi Siang Ini
Baca: Sejak Kemarin Genangan Air di Jalan Panglima Camat Tak Surut, Warga Memohon Pemkab Atasi
Baca: Puluhan Tahun Pakai Air Hujan untuk Sumber Utama, Potret Kondisi Masyarakat Tanjab Timur
Jusuf Kalla menjelaskan, sering atau tidaknya rapat, punya kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya, semua hal bisa dimusyawarahkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
Sedangkan kekurangannya, ia menjadi tidak bisa pergi ke mana-mana.

"Kalau sekarang, saya pergi, tiba-tiba dipanggil pulang (untuk rapat)," katanya sembari terkekeh.
Najwa Shihab sebagai host acara tersebut sempat heran.
"Loh, saya ngiranya malah sebaliknya tuh pak? (maksudnya justru zaman Pak SBY yang lebih banyak rapat kabinet dibanding era Jokowi)," sela Najwa.
"Tapi zaman waktu SBY kurang rapat bagus juga, jadi bebas untuk ke mana-mana," kata Jusuf Kalla.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Ditanya Lebih Nyaman Jadi Wakil Presiden SBY atau Jokowi, Jusuf Kalla Beberkan Perbedaan Mencoloknya