Tiga Langkah Sintong Panjaitan saat Pencopotan Prabowo Subianto, Kisah Pengepungan Rumah Habibie

Pada 22 Mei 1998, ketika kediaman Habibie dan Istana Kepresidenan "dikepung" pasukan bersenjata. Habibie mencurigai ...

Editor: Duanto AS
Tribunnews/Jeprima
BJ Habibie 

Sementara itu, penasihat militer Presiden Habibie, Letjen Sintong Panjaitan, mengatakan bahwa Habibie sempat memintanya untuk mengecek apakah ada penentangan terhadap pencopotan Prabowo itu.

Sintong kemudian melakukan tiga langkah.

Pertama, Sintong bertanya kepada Jenderal Feisal Tanjung yang ketika itu baru dilantik menjadi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.

"Kau saja bisa diganti. Apa susahnya mengganti jabatan tentara," jawab Feisal, seperti dikutip dari buku biografi Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009).

Setelah itu, Sintong bertanya kepada Pangab Wiranto.

 Minat Jadi Prajurit TNI? Catat Jadwal Lengkap Rekrutmen TNI AD 2019, Selengkapnya di-tni.mil.id

 Pramugari Garuda Indonesia Pacaran dengan Anggota Kopassus, Sang Suami Akhirnya Jadi Jenderal TNI

 Misi 16 Prajurit Kopassus di Lembah X, Bongkar Fakta Tentang Suku Kanibal di Papua

Menurut Sintong, Wiranto yang agak tersinggung dengan pertanyaan itu menyanggupi, "Kenapa tidak?"

Ketiga, Sintong kemudian bertanya kepada Kepala Staf Angkatan Darat Subagyo HS.

Jawaban senada diucapkan oleh KSAD. Tiga jawaban ini pun meyakinkan Habibie bahwa tidak ada pergolakan berarti setelah Prabowo dicopot dari Pangkostrad.

Siapakah Sintong Panjaitan?

Letnan Jenderal TNI (Purn) Sintong Hamonangan Panjaitan atau biasa dirujuk Sintong Panjaitan lahir di Sumatera Utara, 4 September 1940.

Dia lulusan Akademi Militer Nasional (sekaran Akademi Militer) tahun 1963.

Kariernya ada di beragam jabatan.

  • Penasihat Militer Presiden BJ Habibie
  • Sesdalopbang (Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan)
  • Pangdam IX/Udayana
  • Danjen Kopassus

Dia juga pernah menerima 20 perintah operasi/penugasan di dalam dan luar negeri selama karier militernya.

Pencopotan jabatannya sebagai pangdam akibat Insiden Dili di pemakaman Santa Cruz, 11 November 1991 banyak dianggap sebagai awal dari kemunduran kariernya di bidang militer, sebelum menjadi purnawirawan dengan pangkat letnan jenderal.

Letnan Dua Inf :

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved