Kisah Kopassus Mencari Putra Raja Minyak Hilang di Papua, yang "Dihantui" Suku Pemakan Manusia

TRIBUNJAMBI.COM -- Dalam sejarah panjangnya, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Dara

Editor: ridwan
Kolase/Ist
Ilustrasi 

Lalu sesuai rencana tim akan diterjunkan pada lokasi padang ilalang yang berdekatan dengan perkampungan yang diduga masih dihuni oleh suku terasing pemakan manusia.

Pada 2 Oktober 1969, semua tim bersama keperluan logistik diterjunkan sesuai rencana meski dengan perasaan tak karuan.

Baca: Pendiri PKS Yusuf Supendi Kaget, Ternyata Kantor PDIP Punya Masjid, Di Kantor Partai Lain Tak Ada

Pasalnya, mereka harus mendarat di daerah sangat terpencil yang konon didiami suku terasing yang masih suka memakan manusia.

Dengan perhitungan seperti itu maka aksi penerjunan termasuk misi nekat.

Apalagi meski bersenjata lengkap para personel RPKAD dan Kodam Cenderawasih dilarang melepaskan tembakan kecuali dalam kondisi sangat terpaksa.

Itu pun harus tembakan yang dilepaskan ke atas untuk tujuan menakut-nakuti.

Semua tim akhirnya bisa melakukan penerjunan dengan selamat.

Tapi Lettu Sintong yang seharusnya mendarat di padang ilalang yang jauh dari perkampungan suku terasing, justru mendarat di tengah kampung.

Ia langsung dikepung oleh warga yang hanya mengenakan koteka sambil mengacungkan tombak, panah, dan kapak batu.

Baca: Pulihkan Fisik Pasca Melahirkan, Ada Layanan Home Care dari Rumah Spa Jambi

Sadar sedang menghadapi bahaya dan masih terbayang oleh suku ganas pemakan manusia, secara reflek Sintong meraih senapan AK-47 miliknya serta mengokangnya.

Tapi Sintong terkejut ketika melihat senapan miliknya ternyata tanpa magasen.

Dengan kondisi senapan AK-47-nya tanpa peluru, jelas sama sekali tidak berguna jika harus menghadapi warga suku terasing yang terus memandanginya secara curiga sambil mengacungkan semua senjata tradisional itu.

Tiba-tiba Sintong melihat magasennya yang jatuh berada di antara warga suku dan bahkan sedang ditendang-tendang oleh seorang pemuda yang merasa bingung dengan benda asing itu.

Di luar dugaan pemuda itu justru mengambil magasen dan memberikannya kepada Sintong.

Sebuah pertanda bahwa warga suku itu ingin bersahabat.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved