Kisah Dibalik Nama Tommy, Terjadi saat Soeharto Berjibaku Menumpas Belanda Saat Ibu Tien Hamil Tua
Berawal dari Soeharto dilantik menjadi Panglima Mandala pada bulan Februari 1962 dan bertepatan dengan kandungan Ibu Tien Soeharto yang memasuki usia
Namun ia berkeras dan sekali lagi menegaskan bahwa pasukan khusus tersebut bisa bertempur dalam kondisi ektrem dan mengikat pasukan musuh untuk waktu lama di tempat-tempat yang terpisah.
Soeharto sebenarnya pernah diperintahkan utuk mengebom sebuah kapal Belanda demi sebuah misi politik oleh Mohammad Yamin dan Presiden Soekarno.
Namun Soeharto menolak karena hal itu bisa meningkatkan kewaspadaan Belanda dan membuat siasat perangnya kocar-kacir.
Kemugkinan besar kapal perang yang menjadi target untuk ditenggelamkan adalah kapal induk HNLMS Karel Doorman.
Pesawat khusus untuk menghantam Karel Doorman, yakni enam Tu-16/KS memang telah disiapkan.
Tapi selama melaksanakan terbang patroli, pesawat-pesawat tempur pengintai AURI belum pernah menemukan Karel Doorman saat berlayar hingga konflik Irian Barat usai.
Akibatnya armada Tu-16/KS pun gagal menenggelamkan Karel Doorman.
Sebagai pukulan penutup, Soeharto menyiapkan operasi amfibi gabungan yang diberi nama Operasi Djajawidjaja.
Baca Juga:
Imlek 2019 - Selama Imlek tak Boleh Keramas dan Menyapu. 6 Pantangan Harus Dihindari Saat Imle
Penampakan Veronica Tan Rayakan Imlek dengan Jadi Tukang Cukur Rambut & Memasak Sendiri
IMLEK 2019 - Ikan Bandeng Ternyata Menyimpan Sejuta Manfaat. Sajian Wajib Saat Imlek
Imlek 2019 - Pakar Shio Ramalkan Donald Trump Bakal Lengser di Tahun Babi Tanah, Shio Anjing Waspada
30 Ribu Ha Lahan Kelapa Sawit di Muarojambi Tidak Produktif, Pemkab Usulkan Replanting 1000 Ha
Sasaran utama operasi ini adalah Biak yang merupakan jantung pertahanan Belanda.
Jika Operasi Djajawidjaja berhhasil digelar, ini akan merupakan operasi pendaratan amfibi besar-besaran dan sekaligus perang besar yag berlarut-larut.
Korban besar pun diperkirakan akan jatuh mengingat Pantai Biak dipertahankan oleh marinir Belanda yag sudah memiliki pengalaman tempur.
Pukulan terakhir ini harus benar-benar berhasil dan telak karena, ujar Soeharto, “Kita tidak punya pasukan cadagan lagi!”
Soeharto mengharapkan tanggal 12 Agustus 1962. Biak sudah harus bisa dikuasai.
Untuk itu ia menghitung mundur mulai H-8 demi menggerakkan seluruh pasukannya menuju tempat rendezvouz di Teluk Peleng, Kepulauan Banggai.
Soeharto sendiri ikut berlayar bersama kapal patroli milik Kepolisian RI.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/tommy-mandala-putra-anak-kelima-soeharto-kiri.jpg)