Mencuat 'Tweet War' Ahmad Dhani Setelah Dipenjara, Ari Wibowo: Jantan Seperti BTP Gak Ya?
Ari Wibowo, sebagai salah satu pendukung Ahok, kala itu memberikan komentarnya soal postingan Ahmad Dhani.
Ari Wibowo pun menuliskan sindirian untuk pentolan grup Dewa 19 itu.
"Adaaaa aja ya yg iseng ngirim karangan bunga begini..
Biarlah ini jadi pembelajaran buat kita semua, mulut kudu dijaga, berbicara dgn sopan sama orang lain, kan sama2 ciptaan yang Maha Kuasa. .
Walau begitu, mari kita janganlah bersenang atas penderitaan orang lain...
Tapi pada akhirnya, "you reap what you sow..". Gal. 6:7
("Kamu menuai apa yg kamu tabur").
Kira2 jantan seperti BTP ngga ya, hormat sama Hakim yg menjatuhkan hukuman
dan terima hukuman dgn lapang dada?
.
(Semoga kasus utang para pedagang antik juga sudah dilunaskan... Udah belum ya? Bukan kepo, kasian aja sama pedagang2nya..)," tulis Ari Wibowo di unggahannya, Selasa (29/1/2019).
Baca Juga:
Melihat Aktifitas Illegal Drilling di Hadapannya, Bupati: Yang Bersenjata Saja Dilawan
Terungkap, Ahmad Dani Ternyata Menderita Penyakit Khusus, Kabarnya akan Dipindah ke Sel Terpisah
Ahok Telah Bebas! Ramalan Gus Dur Sebut BTP Jadi Presiden Bakal Kenyataan? Tahun Berapa. . .
Illegal Drilling di Depan Mata Bupati Syahirsah, Bawahan Dinilai Lamban, Dinas Sebut Miskomunikasi
Alasan Ari Wibowo Pilih Jokowi bukan Prabowo
Ke mana-mana pergi, aktor Ari Wibowo mengaku sering ditanya-tanya siapa calon presiden / Capres pilihan dia pada gelaran pesta pemilu Pemilihan Presiden 2019 mendatang.
Daripada capek ditanya-tanya terus, Ari Wibowo membeberkan jawabannya lewat media sosial.
Berikut TribunStyle.com (grup Surya.co.id) kutip penjelasan Ari Wibowo dari Instagramnya soal pilihan politik dia di Pilpres 17 April 2019.
Yang pasti, Ari Wibowo mengaku sangat menghormati calon presiden yang tidak akan dia pilih maupun yang dia pilih.
Berikut penjelasan Ari Wibowo :
Banyak yg nanya apa pilihanku.. Ya pasti laaaah....
2 periode maksudnya...
Kita semua kan bebas memilih, itulah demokrasi.
Pertanyaannya kita demokrasi dewasa atau demokrasi kekanak-kanakan?