Bung Karno Pernah Tempeleng 8 Pengawalnya, Setelah Itu Dia Menyesal dan Minta Maaf
TRIBUNJAMBI.COM -- Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Mangil Martowidjojo adalah pengawal Presiden Soekarno.
Mereka malah bersikap sempurna dengan berdiri tegap, juga tidak berani bergerak sedikit pun, kecuali matanya yang kedap-kedip, sehingga Bung Karno tertawa melihatnya.
Baca: Dijual Hingga Belasan Juta, Tas Gucci Ternayta Cuma Gunakan Bahan Seharga Ratusan Ribu
Biasanya, kalau BK sedang marah, tidak ada yang berani menghadap, kecuali Prihatin, salah seorang anggota Polisi Pengawal Pribadi Presiden.
Ketika makan bersama di Istana Tampaksiring di Bali, Bung Karno mengatakan kepada pengawalnya.
"Kamu orang itu terlalu. Kalau saya sedang marah, selalu Prihatin yang kau suruh menghadap. Dia sering saya semprot dan saya tahu dia tidak salah. Saya merasa kasihan sama Prihatin. Besok kalau saya ke luar negeri, Prihatin akan saya ajak."
"Lha mbok kalau saya sedang marah, yang disuruh menghadap saya seorang wanita cantik dengan membawa map surat-surat yang harus saya tanda tangani, 'kan saya tidak jadi marah. Lagi-lagi Prihatin yang datang!"
Betul saja, waktu Bung Karno pergi ke Kanada, Prihatin diajak.
Bung Karno juga pernah marah sekali dan berkata, "Godverdomme. Saya tidak akan berangkat kalau kacamata Bapak tidak ada."
Baca: Cucu Jokowi Terbawa-bawa Dalam Pusaran Pilpres, Sudjiwo Tedjo dan Gus Nadir Tak Tahan Komentar
Saat itu, ia hendak membaca surat dalam perjalanan dari istana ke lapangan terbang Kemayoran. Ternyata kacamatanya tertinggal di istana.
Suatu pagi Bung Karno jalan kaki mengelilingi istana. Dari arah kamar ajudan presiden, ia mendengar suara radio diputar keras. Ia bertanya kepada seorang pengawalnya, "Siapa itu yang nyetel radio keras-keras?" Polisi pengawal menjawab, bahwa radio itu ada di dalam kamar ajudan.
Sang presiden masuk ke ruang ajudan itu, dan berkata, "Kunnen jullie niet leven zonder radio?" (Tidak dapatkah kalian hidup tanpa radio keras-keras). Kebetulan yang ada di ruang itu Kapten Andi Jusuf, yang dijadikan umpan oleh Gandhi dan Mangil.