Ukurannya Hanya 3 cm Tapi Bisa Bunuh Manusia, Ini 5 Fakta di Balik Serangan Tawon Ndas
TRIBUNJAMBI.COM - Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, tujuh warga meninggal dunia akibat sengatan tawon
Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Klaten tahun 2017, sedikitnya ada 24 kecamatan sebagai tempat persebaran sarang tawon beracun ini.
Adapun 24 kecamatan itu antara lain, Ceper, Trucuk, Pedan, Cawas, Wedi, Kebonarum, Klaten Utara, Gantiwarno, Karangnongko, Juwiring, Karangdowo, Klaten, Jogonalan, Ngawen. Kemudian Tulung, Klaten Tengah, Jatinom, Bayat, Karanganom, Delanggu, Wonosari, Manisrenggo, Prambanan, Kalikotes dan Polanharjo.
Pada 2018, sarang tawon paling banyak ditemukan di Kecamatan Klaten Utara.
Baca: Masih Ingat Penggemar Berat Angelina Jolie Lakukan 50 Operasi Plastik? Ini Kabar Barunya Mengejutkan
4. Sosialisasi bahaya serangan tawon ndas
Saat mencari sarang tawon, petugas menyisir di lokasi-lokasi kumuh. Tempat kumuh menjadi favorit bagi tawon, khususnya tawon ndas.
Tawon Vespa lebih memilih bersarang di tempat yang banyak sumber makanan, terutama tempat kumuh.
Selain itu, biasanya juga memilih sarang di pohon-pohon, tanaman hias, batu, dan atap rumah.
Baca: Kisah Ibu Paling Produktif Dalam Sejarah, Hamil 27 Kali dan Lahirkan 69 Anak
Pihak Damkar Klaten bersama LIPI akan mengadakan sosialsiasi tentang pencegahan dan tata laksana penanganan terhadap tawon Vespa Affinis di Pendapa Pemkab Klaten pada Senin (14/1/2019).
Sosialisasi tersebut mengundang seluruh kepala desa, SKPD, para camat se-Kabupaten Klaten ditambah dengan kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di wilayah Solo Raya.
5. Penjelasan ahli tentang tawon ndas
Pakar toksinologi, Dr dr Tri Maharani MSi SPEM mengatakan, tawon Vespa Affinis merupakan jenis tawon predator.
Baca: Bos PT. Sari Nur di Tanjab Barat, Masuk DPO, Ini yang Dilakukannya Hingga Jadi Atensi Kepolisian
Tawon jenis ini memiliki kemampuan untuk memasukkan racunnya ke tubuh manusia. Dosis racun kecil jika hanya satu atau dua tawon yang menyengat.
Namun, bila jumlah tawon yang menyengat banyak, maka mampu menyebabkan hiperalergi.
Sementara itu, pakar ilmu serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hari Nugroho menjelaskan, tawon ndas telah tersebar di Asia tropis.
Baca: Kadis PUPR Muarojambi Tanggapi Jembatan Sambiyo yang Retak, Yultasmi: Sudah Seharusnya Retak
Tawon ini bukan jenis baru.
Tawon ndas memiliki ciri tubuh yang mudah dikenali, yakni ukuran badan agak besar dan panjang sekitar tiga sentimeter, tubuh berwarna hitam dan belang berwarna kuning atau oranye di bagian perut, katanya. (Michael Hangga Wismabrata)
