Saat Soekarno sedang Shalat & Diincar Sniper Suruhan Sahabatnya Sendiri Hingga Momen Memilukan ini

Percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno dilakukan di berbagai kesempatan.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Net/ TribunJateng
Soekarno dan Kartosewiryo 

Cerita Kesedihan Presiden Soekarno yang Menangisi Hukuman Mati Sahabatnya yang pernah akan membunuhnya

TRIBUNJAMBI.COM - Sebagai seorang presiden, Soekarno memang berulang kali menjadi sasaran pembunuhan.

Percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno dilakukan di berbagai kesempatan.

Satu di antara percobaan pembunuhan terjadi saat Soekarno sedang salat Idul Adha.

Itu seperti yang dikisahkan dalam buku "Soekarno Poenja Tjerita" terbitan Bentang pada tahun 2016.

Baca Juga:

Masih Muda & Punya Pacar saat Dinikahi Soekarno, Yurike Sanger Sedih Tak Ada Kata Putus ke Kekasih

Hampir Menikah dengan Cucu Soekarno, Ini 5 Fakta Vanessa Angel yang Terjerat Prostitusi Online

Cucu Presiden Soekarno Komentar Ini Tahu Vanessa Angel Digerebek Bersama Pria di Kamar Hotel

Dalam buku terbitan tahun 2016 itu disebutkan, peristiwa itu terjadi pada 14 Mei 1962.

Saat itu, Sanusi yang merupakan suruhan dari Mardjuk, yaitu anak buah Kartosoewiryo untuk membunuh Soekarno.

Kartosoewiryo sendiri merupakan pimpinan Negara Islam Indonesia atau NII.

Selain itu, Kartosoewiryo sebenarnya juga merupakan teman Soekarno saat masih kos di Gang Peneleh, Surabaya.

Rumah itu merupakan milik HOS Cokroaminoto.

Mendapatkan perintah itu, Sanusi berusaha menjalankannya.

Dia pun menunggu momentum saat Soekarno salat Idul Adha di Istana.

Sanusi kemudian menembakkan pistolnya ke arah Soekarno, tepatnya ketika sang presiden sedang salat.

Presiden Soekarno
Presiden Soekarno ((Dok. Kompas/Song))

Beruntung, percobaan pembunuhan itu gagal.

Meski demikian, ada beberapa jamaah yang terluka, tertembak di bahu dan punggung.

"Penembakan yang dilakukan dari jarak sekitar 7 meter (penembak berada di saf ketujuh), meleset," tulis buku itu.

Baca Juga:

Menguak di Mana Keberadaan Soeharto di Saat Para Jenderal Dibunuh Dalam Tragedi Mengerikan G30S PKI

Hidup Bergelimang Harta dan Nyaris Miliki Segalanya, Ini yang Diinginkan Nia Ramadhani Tahun 2019

Ditanya Soal Wakilnya, Fachrori : Belum Saya Pikirkan Itu

Padahal, Sanusi merupakan penembak jitu atau sniper andalan DI/NII.

"Jalan kematian memang bukan kuasa manusia," tulis buku itu lagi.

Berdasarkan pengakuan sang penembak, pandangannya tiba-tiba menjadi samar.

Yang dilihatnya adalah bayang-bayang sosok Soekarno yang bergeser-geser, dari satu posisi ke posisi lain.

"Karena itulah, tembakannya pun menjadi ngawur," tambah buku tersebut.

Dalam sidang, Sanusi Firkat alias Usfik, Kamil alias Harun, Djajapermana alias Hidajat, Napdi alias Hamdan, Abudin alias Hambali, dan Mardjuk bin Ahmad Dijatuhi hukuman mati.

Selain menangkap mereka, pemerintah saat itu juga berhasil menangkap Kartosoewiryo.

Kartosoewiryo ditangkap tentara Siliwangi saat bersembunyi di dalam gubuk yang ada di Gunung Rakutak, Jawa Bara,4 Juni 1962.

Vonis mati dijatuhkan kepada Kartosoewiryo

Tentara membawa SM Kartosoewirjo, imam DI/TII ke tempat eksekusi di Pulau Ubi. Foto: Koleksi Fadli Zon.
Tentara membawa SM Kartosoewirjo, imam DI/TII ke tempat eksekusi di Pulau Ubi. Foto: Koleksi Fadli Zon. 

Soekarno menolak grasi mantan sahabatnya itu, sehingga Kartosoewiryo pun tetap dieksekusi mati.

Meski demikian, Soekarno bertanya kepada regu tembak pasca eksekusi itu dilakukan.

"Bagaimana sorot matanya? Bagaimana sorot mata Kartosoewiryo? Bagaimana sorot matanya?" tanya Soekarno.

Mendapatkan pertanyaan itu mereka pun menjadi bingung.

Meski demikian, seorang ajudan spontan menjawabnya.

"Sorot mata Kartosoewiryo tajam. Setajam tatapan harimau pak," jawabnya.

Baca Juga:

Pembelaan, PH Sebut Kerugian Negara DD Desa Batang Aburan Tebo, Harusnya Dikurangi Rp112,4 Juta

Walikota Sungaipenuh Lantik Puluhan Pejabat, AJB: Jabatan Itu Mahal dan Tidak Mudah

Pemkot Gelar Upacara HUT Pemprov Jambi Ke 62, Sy Fasha Minta Pemprov Perhatikan Aset

Mendapatkan jawaban semacam itu, Soekarno pun bernafas lega, dan melempar tubuh ke sandaran kursi.

Tak lama setelah itu, Soekarno pun mendoakan keselamatan arwah Kartosoewiryo.

Detik-detik wafatnya Soekarno

Menjadi seorang proklamator, bukan berarti membuat Soekarno mendapatkan perlakuan istimewa di akhir jabatannya.

Soekarno justru harus mengalami pengasingan di Wisma Yaso saat kekuasaannya mulai berkurang.

Bahkan, saat sudah sakit-sakitan Soekarnojuga masih harus mendapatkan pengawasan ketat.

Tidak hanya itu, menurut buku "Soekarno Poenja Tjerita" yang diterbitkan tahun 2016, pihak keluarga juga dipersulit saat akan menjenguk Soekarno.

Sejumlah alat penyadap pun dipasang di setiap sudut rumah.

"Rupanya singa tua yang sakit-sakitan dalam sangkar berlapis ini masih menakutkan bagi Jenderal Soeharto," tulis buku itu.

Puncaknya, saat Soekarno dilarikan dari Wisma Yaso pada 16 Juni 1970.

Saat itu Soekarno sudah dalam kondisi sekarat.

Saat-saat terakhir Bung Karno
Saat-saat terakhir Bung Karno 

Soekarno ditempatkan dalam sepetak kamar yang berpenjagaan berlapis di lorong rumah sakit.

Kondisi Soekarno kala itu terus memburuk.

Bahkan, pada 20 Juni 1970, tepatnya pukul 20.30 WIB, kesadaran Soekarno menurun.

Selanjutnya, Soekarno pun mengalami koma.

Mahar Mardjono, dokter yang menangani Soekarno tampaknya sudah mahfum apa yang sedang terjadi.

Mahar kemudian menghubungi anak-anak Soekarno.

Mereka pun berkumpul di RSPAD Gatot Soebroto tempat Soekarno dirawat pada Minggu, 21 Juni 1970, pukul 06.30 WIB.

Mereka yang datang saat itu adalah Guntur, Megawati, Sukmawati, Guruh dan Rachmawati.

Pukul 07.00 WIB, dokter Mahar membuka pintu kamar.

Anak-anak Soekarno masuk ke kamar perawatan, dan mengajukan sejumlah pertanyaan ke dokter Mahar.

Meski demikian, dokter Mahar tak menjawabnya.

Baca Juga:

Malam Apresiasi Seni Budaya Jambi, 3 Tokoh Seni Terima Apresiasi

Status Siaga Banjir Tidak Diperpanjang, BPBD Bungo Koordinasi dengan BMKG

Mega Sebut Dirinya dan Prabowo Berteman Baik, Kok Anak Buahnya Gitu Ya?

Ia hanya menggelengkan kepala.

Beberapa saat kemudian, suster mencabut selang makanan, dan alat bantu pernapasan.

Anak-anak Soekarno kemudian mengucapkan takbir.

Megawati membisikkan kalimat syahadat ke telinga Soekarno.

Soekarno yang masih bisa mendengar ucapan Megawati, berusaha mengikutinya.

Namun, kalimat yang diucapkan Soekarnotak selesai.

Soekarno hanya mampu mengucapkan "Allah".

"Allaaah...," ucap Soekarno lirih seiring napasnya yang terakhir.

Tangis keluarga pun pecah.

Soekarno meninggal pada pukul 07.07 WIB.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved