Saat Ibu Tien Sedang Mengandung, Soeharto Berjuang Hidup & Mati Jadi Panglima Mandala Lawan Belanda

Bukan saja karena Soeharo pernah berkuasa di Indonesia selama 32 tahun, tapi Seoharto juga memiliki riwayat di dunia militer yang mengesankan.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Soeharto saat melakukan latihan menembak dengan sang istri 

Kisah Mayjen Soeharto dilantik menjadi Panglima Mandala pada bulan Februari 1962 dan bertepatan dengan kandungan Ibu Tien Soeharto yang memasuki usia tiga bulan

TRIBUNJAMBI.COM - Ada cerita yang banyak belum diketahui oleh masyarakat Indonesia soal Presiden Kedua RI, Soeharto.

Kisah Soeharto selalu menarik untuk diketahui.

Bukan saja karena Soeharo pernah berkuasa di Indonesia selama 32 tahun, tapi Seoharto juga memiliki riwayat di dunia militer yang mengesankan.

Sepenggal kisah Soeharto di TNI AD di antaranya adalah ketika dia menjadi Panglima Mandala.

Baca Juga:

Kejadian Janggal Sehari Jelang Bu Tien Wafat, Soeharto Ternyata Telah Merasakan Tanda-tandanya

Ketika Misi Soeharto Temui Istri Cantik Bung Karno Diketahui Ibu Tien, Hingga Soekarno Ikut Marah

Perubahan Soeharto yang Mencolok dari Pakaian Hingga Penolakan Hal ini saat Tak Lagi Jadi Presiden

Mengemban amanah menjadi Panglima Mandala tidaklah mudah bagi Soeharto.

Apalagi pada saat tugas itu dibebankan kepadanya oleh Presiden Soekarno, Ibu Tien Soeharto sedang mengandung anak kelima.

Leo (kanan) sebagai Wakil II Panglima Komando Mandala bersama Mayjen Soeharto, melihat peta Pulau Irian di dalam pesawat saat Operasi Trikora.
Leo (kanan) sebagai Wakil II Panglima Komando Mandala bersama Mayjen Soeharto, melihat peta Pulau Irian di dalam pesawat saat Operasi Trikora. (Mylesat.com)

Satu diantara tugas yang harus dijalankan Seoharto adalah memebaskan Irian Barat atau kini bernama Papua.

Nama Papua ini sedang diperbincangkan masyarakat karena ada penyerangan terhadap 31 pekerja pembangunan jalan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), Minggu (2/12/2018).

Mayjen Soeharto dilantik menjadi Panglima Mandala pada bulan Februari 1962 dan bertepatan dengan kandungan Ibu Tien Soeharto yang memasuki usia tiga bulan.

Sebulan sebelumnya Soeharto diangkat menjadi Deputi Wilayah Indonesia Timur menggantikan Mayjen Ahmad Yani.

Baca Juga:

Terlibat Kasus Chat P0rno, Oknum Polwan Dipecat Karena Berkirim Foto Seksi ke Napi Lapas Lampung

Berkirim Foto Seksi dengan Narapidana, Oknum Polwan Dipecat! Berikut 3 Kasus Sama di Tahun 2018

Surat Pribadi Peninggalan Sang Legenda Marylin Monroe, Begini Isi Suratnya

Sebagai Panglima Mandala, ia harus menjalankan mandat Trikora yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno.

Salah satu isi mandat itu adalah pengibaran Sang Merah Putih paling lambat 17 Agustus 1962 di tanah Irian Barat (Papua).

Berarti Sang Panglima hanya mempunyai waktu tujuh bulan untuk mengegolkan tujuan itu dan pada bulan ketujuh itu dipastikan Ibu Tien sudah melahirkan.

“Masya Allah,” begitu komentar Soeharto waktu itu.

Presiden RI ke I Soekarno dan Jenderal Soeharto
Presiden RI ke I Soekarno dan Jenderal Soeharto (Istimewa/Arsip Kompas)

Tapi memimpin operasi tempur sesungguhnya bukan merupakan hal yang baru bagi jenderal yang di masa mudanya sudah kenyang dengan dunia pertempuran ini.

Peta Irian Jaya yang dulu bernama Irian Barat dan kini bernama Papua.

Selain pernah menjadi anggota KNIL dan HEIHO selama revolusi kemerdekaan, Soeharto juga perah memimpin pertempuran dalam Palagan Ambarawa dan Serangan Oemoem 1 Maret di Yogyakarta.

Berkat pengalaman tempur itu, Soeharto pun segera menyusun rencara operasi militer ke Irian Barat.

Soeharto lalu menyusun tiga rencana sekaligus yang kemudian disatukan.

Baca Juga:

Piala AFF U-22 2019 - Bangun Timnas U-22 Indonesia, Indra Sjafri Panggil Asisten Pelatih Ini

Misteri Kematian Si Molek Superstar Marilyn Monroe, Ini Pengakuan Ahli Forensik

Tujuh Tipe Teman Palsu yang Perlu Kamu Waspadai, Mereka Nggak Tulus

Yaitu menyusun pasukan gabungan, membangun pangkalan, dan mempelajari medan yang akan digunakan untuk persiapan maupun untuk pertempuran.

Sebagai tambahan, ia juga mempelajari kekuatan Belanda.

Soeharto beranggapan perang akan berlangsung lama sehingga perlu dibentuk kawasan perang (battle field) untuk pembebasan Irian.

Sebagai mantan anggota KNIL dan pernah bertempur melawan pasukan Belanda selama Perang Kemerdekaan, Soeharto paham, kali ini kekuatan militer Belanda pasti jauh lebih kuat dan pintar.

Apalagi militer Belanda yang berada di Irian Barat sering melakukan latihan perang secara rutin dengan NATO.

Latihan perang bersama itu yang jelas telah menjadikan kekuatan laut dan udara yang dimiliki oleh Belanda jauh lebih tangguh.

Baca Juga:

Pimpim Upacara HAB Ke 73, Sekda Sungaipenuh Sampaikan 6 Sasaran Strategis Program Kemenag

Diminta Antarkan Buah, Hendri Malah Ditangkap dan Kini Jalani Persidangan, Ini Buah yang Diantarnya

Bulog Luncurkan Program Pasokan & Stabilitas Harga Beras Medium Tahun 2019, Ini Kata Fachrori Umar

Pengalaman tenggelamnya kapal perang RI Matjan Toetoel di laut Aru akibat serangan kapal perang dan pesawat tempur Belanda membuat operasi militer yang dipimpin oleh Soeharto menjadi bersiko tinggi (high risk).

Dalam benak Soeharto, taktik operasi ini harus didahului oleh serangan infiltrasi melalui laut dan udara.

Pasukan yang harus diterjunkan dalam infiltrasi dipilih oleh Soeharto dari kesatuann-kesatuan khusus yang selama ini telah berpegalaman dalam menumpas aksi pemberontakan di tanah air seperti PRRI/PERMESTA dan pemberontakan di kawasan Sumatera.

Taktik mendaratkan pasukan secara diam-diam dan kemudian melancarkan pegintaian dan perang gerilya itu bertujuan untuk menarik perhatian Belanda sehingga mengerahkan pasukan intinya untuk menyambut infiltran itu.

Soeharto saat Peristiwa G30S/PKI
Soeharto saat Peristiwa G30S/PKI (pijardaritimur)

Soeharto yakin berkat kemampuan pasukan khusus seperti RPKAD dan PGT (Pasukan Gerak Tjepat) AURI, Belanda akan mengerahkan ribuan pasukan untuk menghadapinya.

Ribuan pasukan yang berhasil diikat itu membuat konsentrasi kekuatan pasukan Belanda terpecah dalam waktu yang cukup lama.

Dengan demikian Belanda akan meninggalkan posisi lowong pertahanan di kota-kota, utamanya seperti Biak dan Holandia (Jayapura).

Soeharto sempat dicemooh ketika menggunakan pasukan terbaiknya dari RPKAD, PGT dan RAIDER PARA sebagai infiltrant.

Namun ia berkeras dan sekali lagi menegaskan bahwa pasukan khusus tersebut bisa bertempur dalam kondisi ektrem dan mengikat pasukan musuh untuk waktu lama di tempat-tempat yang terpisah.

Soeharto sebenarnya pernah diperintahkan utuk mengebom sebuah kapal Belanda demi sebuah misi politik oleh Mohammad Yamin dan Presiden Soekarno.

Baca Juga:

Tampilan Seperti New Avanza 2019, Ini Dua Jenis Mobil Keluaran Toyota yang Lalu

Rumah Dibongkar dan Diusir dari Kampung, Hukum Adat Pelaku Asusila di Daerah Ini

Harga SUV Wuling yang Bikin Penasaran, Diprediksi Tak Semahal CR-V atau X-Trail

Namun Soeharto menolak karena hal itu bisa meningkatkan kewaspadaan Belanda dan membuat siasat perangnya kocar-kacir.

Kemugkinan besar kapal perang yang menjadi target untuk ditenggelamkan adalah kapal induk HNLMS Karel Doorman.

Pesawat khusus untuk menghantam Karel Doorman, yakni enam Tu-16/KS memang telah disiapkan.

Tapi selama melaksanakan terbang patroli, pesawat-pesawat tempur pengintai AURI belum pernah menemukan Karel Doorman saat berlayar hingga konflik Irian Barat usai.

Akibatnya armada Tu-16/KS pun gagal menenggelamkan Karel Doorman.

Sebagai pukulan penutup, Soeharto menyiapkan operasi amfibi gabungan yang diberi nama Operasi Djajawidjaja.

Sasaran utama operasi ini adalah Biak yang merupakan jantung pertahanan Belanda.

Baca Juga:

Ahok Bebas Tinggal Menghitung Hari, Kondisi Putranya Kini, Beraksi Macho dengan Senjata di Tangan

Pasca Penetapan Tersangka Anggota DPRD Provinsi Jambi oleh KPK, Belum Ada Partai Ajukan PAW

Puas dengan Hasil 4 Laga Manchester United, Pelatih Sementara Ole Gunnar Solksjaer Ingin Permanen

Jika Operasi Djajawidjaja berhhasil digelar, ini akan merupakan operasi pendaratan amfibi besar-besaran dan sekaligus perang besar yag berlarut-larut.

Korban besar pun diperkirakan akan jatuh mengingat Pantai Biak dipertahankan oleh marinir Belanda yag sudah memiliki pengalaman tempur.

Pukulan terakhir ini harus benar-benar berhasil dan telak karena, ujar Soeharto, “Kita tidak punya pasukan cadagan lagi!”

Soeharto mengharapkan tanggal 12 Agustus 1962. Biak sudah harus bisa dikuasai.

Untuk itu ia menghitung mundur mulai H-8 demi menggerakkan seluruh pasukannya menuju tempat rendezvouz di Teluk Peleng, Kepulauan Banggai.

Soeharto sendiri ikut berlayar bersama kapal patroli milik Kepolisian RI.

Jika serangan itu jadi dilaksanakan, Soeharto berandai-andai akan seperti pertempuran saat Jepang menggempur Rusia di Wladiwostok tahun 1904.

Saat itu Jepang mendapat kemenangan gilang-gemilang dan menjadi bangsa Asia pertama yang berhasil mengalahkan bangsa Eropa dalam perang modern.

Baca Juga:

TKW Nurhidayati Tewas di Singapura, Terakhir Check In Sewa 3 Jam, Perpanjang 5 Jam, Ibu Sudah Curiga

Bantu Korban Tsumani Lampung Selatan, PMI Provinsi Jambi Kembali Kirim 12 Relawan

Dibantu Kepolisian, Bangunan Liar di Pasar Talang Banjar Lama, Mulai Di Bongkar Tim Gabungan Pemkot

Namun serangan itu tidak jadi dilaksanakan karena situasi politik yang semakin kondusif bagi Indonesia.

Akhirnya penyelesaian dengan jalan politik menjadi pilihan.

Bagi keluarga Soeharto, saat-saat persiapan mnggempur Belanda di Irian itu juga membawa berkah tersendiri karena usia kandung Ibu Tien yang makin tua.

Tanggal 15 Juli 1962, Ibu Tien Soeharto melahirkan anak kelima mereka yang kemudian diberi nama Hutomo Mandala Putra atau kini lebih dikenal dengan nama Tommy Soeharto.

Keberhasilan Soeharto sebagai Panglima Mandala juga berpengaruh besar pada karier militernya.

Tak lama kemudian Soeharto menjabat sebagai Pangkostrad dan berperan besar dalam penumpasan G-30-S-PKI. (Intisari-online/Agustinus Winardi)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kisah Soeharto Jadi Panglima Mandala, Strategi Tempurnya Bisa Bebaskan Papua

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved