TRIBUNNERS
Potret 'Kondisi' Perempuan Milenial di Provinsi Jambi dalam Data, Ternyata Kerja Lebih Berat
Syaeful Muslih, Statistisi Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, memaparkan kondisi perempuan milenial di Jambi, lengkap dengan data.
TRIBUNJAMBI.COM - Bagaimana potret kondisi perempuan di Provinsi Jambi? Bagaimana jika dibandingkan dengan kondisi laki-laki?
Tulisan yang dikirim Syaeful Muslih, Statistisi Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, mencoba memaparkan kondisi perempuan milenial, lengkap dengan data-datanya.
Syaeful mencoba memaparkan awal mula istilah perempuan milenial muncul, kemudian 'menyeberang' melakukan tugas-tugas lelaki, tanpa meninggalkan 'tanggung jawab' perempuan.
Berikut ini tulisannya:
Perempuan Indonesia dan di negara manapun mempunyai persoalan yang sama terkait dengan dunia kerja.
Kebanyakan budaya Indonesia yang paternalistik membuat posisi perempuan dalam hal pendapatan rumah tangga menjadi bukan prioritas.
Pembagian beban mengurus rumah tangga banyak berdasarkan pendapatan siapa yang lebih besar, sehingga pekerjaan mengurus rumahtangga lebih dibebankan kepada perempuan.
Persoalan perempuan tersebut berkelanjutan hingga lintas generasi, munculnya istilah generasi milenial pun tidak lantas membuat persoalan itu selesai.
Perempuan pada masa kini memang sudah lebih siap untuk menghadapi tantangan terutama dalam hal membagi waktu antara pekerjaan dan rumah tangga, sehingga muncul juga istilah perempuan milenial.
Baca Juga:
Hotman Paris Blak-blakan 10 Tahun Tidur Tak Seranjang dengan Istri, Mengapa Akhirnya Sadar?
Tablig Akbar Malam Tahun Baru Geger, Parwono Ngaku Titisan Nabi Muhammad
Siapa Saja Direktur Perusahaan yang Rumahnya Digeledah? KPK Temukan Deposito Rp 1 Miliar
Istri Sendiri Tak Tahu Suaminya Anggota Satuan Rahasia Kopassus, Membedah Isi Sat-81
Perubahan Perilaku Si Kopi Maut Bikin Heran, Kondisi Jessica Kumala Wongso di Dalam Sel Tahanan
Isi Skripsi Dian Sastro tentang Kecantikan Bikin Pusing, Lulus S-1 Filsafat UI Berkat Rocky Gerung
Istilah perempuan milenial yaitu perempuan yang terlahir pada rentang tahun 1982-1996 atau berusia antara 22-37 tahun (kriteria Pew Research Center (AS).
Perempuan milenial yang bekerja memang mempunyai keunikan tersendiri, dimana perempuan tersebut harus bisa berperan ganda, yaitu sebagai perempuan pekerja ataupun melakukan kegiatan mengurus rumah tangga atau membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji.
Bekerja namun tetap 'ngurus' rumah tangga
Perempuan milenial di Provinsi Jambi bekerja lebih lama atau panjang dibandingkan laki-laki. Karena di samping bekerja untuk mendapatkan upah ataupun membantu untuk mendapatkan upah (pekerja keluarga), ternyata perempuan milenial melaksanakan kodratnya untuk mengurus atau membantu mengurus rumahtangga.
Data perempuan milenial
Data Sakernas Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi pada Februari 2018 menunjukan bahwa hampir semua (96,17 persen) perempuan milenial yang bekerja tetap melakukan pekerjaan rumah tangga.
Mereka melakukan pekerjaan seperti mencuci, memasak, beres-beres rumah,dan semua kegiatan rumah tangga lainnya.
Bandingkan dengan laki-laki yang hanya 53,68 persen yang bekerja dan tetap melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga tersebut.
Mengerjakan pekerjaan rumah tangga ternyata tidak hanya dilakukan perempuna milenial yang sudah menikah, yang belum menikah pun ternyata hampir selalu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Masih dari sumber data yang sama, diperoleh gambaran dimana 82,22 persen perempuan milenial yang bekerja dan berstatus belum menikah tetap melakukan kegiatan atau pekerjaan rumahtangga, sementara yang sudah menikah hampir semuanya (98,92 persen) melaksanakan dua pekerjaan tersebut.
Jam kerja
Secara umum memang jam kerja perempuan milenial lebih rendah daripada laki-laki, dimana perempuan milenial rata-rata bekerja selama 31 jam per minggu, sedangkan untuk laki-laki selama 37 jam per minggu.
Ketimpangan jam kerja ini bisa disebabkan oleh besarnya proporsi pekerja perempuan yang statusnya sebagai pekerja keluarga atau tidak dibayar, biasanya pekerja keluarga ini mempunyai jam kerja yang rendah karena sifatnya hanya membantu pekerja utama.
Data Sakernas Februari 2018 menunjukan hal menarik dimana rata-rata jam kerja perempuan milenial yang tidak melakukan pekerjaan rumah tangga ternyata lebih tinggi daripada rata-rata jam kerja laki-laki.
Hal ini bisa saja terjadi karena perempuan milenial yang mempunyai jam kerja lebih panjang maka perempuan tersebut tidak sempat mengerjakan pekerjaan rumahtangga, atau bisa juga karena mempunyai jam kerja lebih banyak akan sejalan dengan pendapatan yang diterima menjadi lebih tinggi sehingga akan mengeluaran biaya untuk memperkerjakan orang lain untuk mengerjakan pekerjaan rumahtangga.
Peran ganda perempuan tersebut, ternyata hanya dicatat dalam suatu statistik saja, para ekonom belum sampai pada menghitung nilai ekonomi dari mengerjakan pekerjaan rumahtangga. Hanya karena mereka tidak mendapatkan upah atau gaji dari apa yang mereka kerjakan didalam rumahnya. Berbeda halnya ketika yang mengerjakan pekerjaan rumahtangga tersebut adalah seorang asisten rumahtangga (pembantu) maka kegiatan tersebut dihitung nilai ekonominya.
Jisoo BLACKPINK Hari Ini Ulang Tahun, Berikut 10 Fakta Dirinya, Bisa Tiga Bahasa Hingga Bisa Basket
Baru 11 Jam Dibuat, Akun Instagram Kang Daniel Eks WANNA ONE Langsung Miliki Satu Juta Follower
Bisa dibayangkan ketika perempuan milenial melakukan pekerjaan rumahtangga selama 3 jam per hari, maka angka itu setara dengan 9 ribu orang perempuan milenial bekerja sebulan tanpa gaji.
Kesempatan Kerja
Ironi muncul ketika perempuan milenial telah bekerja dengan berperan ganda, ternyata tingkat kesempatan kerjanya pun lebih kecil dibandingkan laki-laki.
Data Sakernas Februari 2018 menunjukan bahwa tingkat kesempatan kerja perempuan milenial sebesar 95,68 persen, sedangkan laki-laki sebesar 96,58 persen.
Tingkat kesempatan kerja untuk laki-laki dan perempuan milenial tersebut seolah-seolah memang tidak ada perbedaan jauh.
Namun, apabila ditelaah lebih dalam menurut pendidikan akan sangat terlihat jelas perbedaannya, tingkat kesempatan kerja perempuan milenial yang berpendidikan tinggi ternyata juga lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 91,11 persen berbanding dengan 94,86 persen.
Dilema perempuan milenial dalam menentukan apakah bekerja atau mengurus rumahtangga juga terkihat dari angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang begitu timpang dibandingkan dengan laki-laki, TPAK ini Mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah.
Data Sakernas Februari 2018 menunjukkan bahwa TPAK perempuan milenial hanya sebesar 58,8 persen sedangkan laki-laki mencapai 97,4 persen atau bisa dikatakan bahwa hanya sekitar enam dari sepuluh orang perempauan milenial yang aktif secara ekonomi.
Bandingkan dengan laki-laki milenial yang mengindikasikan hampir semuanya aktif secara ekonomi.
Tantangan ke depan
Perempuan selalu erat kaitannya dengan rumah, banyak perempuan yang sukses tanpa harus bekerja di luar rumah.

Kondisi ini sebenarnya sudah bisa dijembatani oleh adanya teknologi khususnya internet.
Dengan adanya internet, maka perempuam bisa terkoneksi ke dunia luar tanpa harus keluar rumah, artinya perempuan milenial bisa bekerja atau berusaha dengan memanfaatkan internet.
Namun ternyata, berdasarkan data Susenas Periode Maret 2018, hanya 47,9 pesen perempuan milenial yang biasa mengakses internet, bahkan perempuan milenial di daerah perdesaan yang biasa akses internet hanya sebanyak 38,8 persen.
Bandingkankan dengan literasi internet laki-laki yang sudah mencapai 57,77 persen, bahkan untuk di daerah perkotaan telah mencapai 69,01 persen.
Kesenjangan digital ini bisa diantisipasi dengan adanya jaringan internet yang luas dan terjangkau.
Tantangan ke depan akan semakin terasa berat ketika masuknya teknologi dalam sistem produksi suatu perusahaan, dimana nantinya ada beberapa posisi pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh perempuan akang hilang karena masuknya teknologi.
Kondisi ini harus diantisipasi dengan melakukan peningkatan kapasitas dan keahlian perempuan milenial melalui investasi pada pendidikan agar perempuan milenial bisa menguasi teknologi tersebut. (*)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
Perbandingan Dana Kampanye Jokowi-Maruf Amin dan Prabowo-Sandiaga, Kok Mencolok Bedanya?
Maia Estianty Naik Jet Pribadi Keliling Indonesia, Ini Isi Jerohan Pesawatnya
Mengapa Soeharto Selalu Mencari Kopassus Berkaki Satu Ini? Pertempuran Habis-habisan di Papua
Hubungan Khusus Dian Sastro dan Rocky Gerung saat Kuliah, hingga Bikin Skripsi tentang Kecantikan