TRIBUNNERS

Tingginya Pengangguran Lulusan SMK di Jambi, Perlukah Jurusan SMK Dievaluasi?

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk yang berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 7,75 persen

Editor: bandot
TRIBUNNEWS
Peserta mengisi form lamaran pekerjaan di salah satu stand pada Job For Career 2015 di Gelora Bung Karno, Senayan, Rabu (30/9/2015). Melambatnya pergerakan ekonomi membawa dampak bagi sektor ketenagakerjaan Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah pengangguran pada Februari 2015 mencapai 7,4 juta orang, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang mengalami kenaikan untuk tingkat pendidikan tinggi. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN) 

Berdasarkan data Sakernas Agustus 2017 diketahui bahwa TPAK SMK mencapai 76,05 persen berbanding SMA/MA yang sebesar 68,93 persen.

Tingginya angka TPAK SMK sangat wajar karena ketika seseorang memilih jalur pendidikan SMK sebetulnya dari awal mereka menargetkan ketika lulus untuk langsung mencari kerja, dengan kata lain mereka akan menjadi angkatan kerja.

Berbeda halnya dengan SMA/MA yang ketika lulus ada rencana untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

Apa yang terjadi dengan lulusan SMK.

Apabila melihat dari profil pengangguran SMK terlihat bahwa penganggur SMK didominasi berada pada usia muda dibawah 21 tahun.

Pada level ini tenaga kerja tersebut bisa ditaksir sebagai tenaga kerja yang belum ada pengalaman, padahal pada sisi permintaan tenaga kerja ternyata banyak yang mensyaratkan harus ada pengalaman kerja.

Sebetulnya apabila dibandingkan dengan SMA/MA, lulusan SMK lebih siap untuk bekerja dan punya keahlian khusus sekalipun belum mempunyai pengalaman kerja.

Dalam posisi inilah pentingnya sertifikasi lulusan SMK, sehingga meskipun belum pengalaman namun dengan dimilikinya sertifikat maka kompetensi lulusan SMK sudah teruji dan tidak perlu diragukan lagi keahliannya.

Jurusan SMK apa yang dibutuhkan pasar kerja?

Pertanyaan tersebut sebetulnya membutuhkan kajian lebih dalam, namun ada sedikit gambaran bahwa persoalan missmatch pekerjaan dengan pendidikan tidak hanya terjadi untuk yang berpendidikan SMK namun di semua jenjang pendidikan.

Pasar tenaga kerja (diluar pemerintahan) jaman sekarang sudah tidak kaku, artinya pemberi kerja sudah fleksibel dalam kriteria pendidikan calon tenaga kerjanya, persyaratan hanya bersifat umum menurut jenjang pendidikannya saja.

Melihat komposisi pasar kerja di Provinsi Jambi sebetulanya porsi tenaga kerja SMK memang masih sangat kecil, dalam 2 tahun terakhir saja hanya berkisar 6-8 persen.

Artinya jumlah lulusan SMK ini harus diarahkan membentuk lapangan kerja baru, karena memang tidak akan tertampung semua di pasar kerja.

Pemilihan jurusan SMK menjadi penting disini, keahlian yang didapat di SMK harus bisa langsung dipakai oleh para lulusan secara mandiri.

Mungkin yang masuk kriteria ini adalah jurusan yang sifatnya teknik dan teknologi, berbeda halnya jurusan yang sifatnya administrasi memang cenderung akan mencari kerja atau mennjadi karyawan/pegawai/buruh.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved