Profil Mapala Gitasada Universitas Batanghari (Unbari) Dorong Perlindungan Kawasan Kars Sarolangun

Mahasiswa pecinta alam (Mapala) Gitasada dari Universitas Batanghari Jambi terbentuk sejak 8 Oktober 1992.

Penulis: Nurlailis | Editor: bandot
TRIBUNJAMBI/NURLAILIS
Mahasiswa pecinta alam (Mapala) Gitasada dari Universitas Batanghari Jambi 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Nurlailis

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Mahasiswa pecinta alam (Mapala) Gitasada dari Universitas Batanghari Jambi terbentuk sejak 8 Oktober 1992.

Bahkan jauh sebelumnya sudah ada cikal bakal mapala ini.

Terbentuknya mapala Gitasada ini berawal dari sekumpulan mahasiswa teknik yang memiliki hobi yang sama yaitu pecinta alam.

Dari situ terbentuknya mapala ini setelah sempat dua kali berganti nama.

Unbari dijadikan tempat kejuaran nasional panjat tebing yang diadakan dua tahun sekali oleh Mapala Gitasada ini.

Baca: 12 Perkara Dihentikan Penyidikannya Oleh Kejati Jambi Selama Tahun 2018, Wakajati Ungkap Alasannya

Baca: Bukan STNK, Kendaraannya yang Ditilang, Ancaman Untuk Pengendara yang Tak Bayar Pajak Setiap Tahun

Baca: Organ Tunggal Hanya Sampai Pukul 17.00 WIB, Imbauan Perayaan Tahun Baru Bupati Tanjabbar,

Ketua Mapala Gitasada, Stiby mengatakan ke depannya ada program untuk mendorong kebijakan perlindungan dan pengelolaan kawasan kars yaitu wisata penelusuran goa di Sarolangun.

Sampai saat ini ada 187 anggota yang teregistrasi sejak 1992 di Mapala Gitasada.

Adapun status keangotaan terbagi menjadi tiga yaitu anggota muda, anggota tetap dan anggota instimewa.

"Anggota muda itu yang sudah mengikuti diklat dan proses pembinaan enam bulan. Setelah memenuhi syarat mereka melakukan perjalanan expedisi. Setelahnya baru menjadi anggota tetap yang bertanggung jawab menjalankan roda organisasi. Sedangkan anggota kehormatan adalah anggota yang sudah lulus dari bangku kuliah," jelasnya.

Gitasada merupakan singkatan dari gema cipta persada. Gema berarti suara, cipta bermakna menciptakan hal yang positif dan baru, persada berarti ke alam raya secara keseluruhan.

"Jadi kami meyakini. Gema cipta persada tempat orang orang yg membuat suatu hal positif yang baru untuk disebarluaskan ke khalayak umum," ungkapnya.

Diklat untuk anggota baru selalu diadakan untuk kaderisasi anggota.

Biasanya kegiatan berlangsung di Gunung Kerinci dan Danau Kerinci.

Baca: Midnight Sale Ramayana Jambi 31 Desember, Diskon Hingga 80 Persen, Ada Live Music, Pesta Kembang Api

Baca: Mau Ungkap Kasus yang Geger Ini Malah Hoegeng Dipensiun Cepat, Presiden Soeharto Turun Tangan

Baca: Steve Emmanuel Ditangkap Bawa Narkoba di Apartemennya,Ini Pernyataan Dari Polres Metro Jakarta Barat

Anggota barupun diberikan materi tentang teknis bagaimana menyiapkan fisik dan mental di lapangan.

Ketika sudah paham kegiatan di alam bebas baru bidang materi selanjutnya advokasi.

"Mapala Gitasada ini diajarkan bagaimana menjaga alam, pengelolaan alam dan sebagainya," ungkapnya.

Mengenai kebijakan pemerintah Kota Jambi yang akan melarang penggunaan kantong plastik untuk belanja, menurutnya itu memang sesuatu hal yang positif.

"Yang saya perhatikan setiap hujan di Jambi selalu banjir. Salah satu penyebabnya adalah sampah plastik yang menyumbat drainase. Paraturan ini harus dijalankan karena plastik itu tidak gampang lebur dalam tanah untuk waktu yang cukup lama," paparnya. 

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved