Tsunami Banteng dan Lampung
Terjadi Longsoran Bawah Laut Anak Krakatau Menguat, Area seluas 64 Hektare Menghilang
Tsunami yang melanda Anyer, Banten, Pandeglang dan Lampung diduga disebabkan oleh longsoran Gunung Anak Krakatau.
Terjadi Longsoran Bawah Laut Anak Krakatau Menguat, Area seluas 64 Hektare Menghilang
Laporan Wartawan GridHot.ID, Chandra Wulan
TRIBUNJAMBI.COM - Tsunami yang melanda Anyer, Banten, Pandeglang dan Lampung diduga disebabkan oleh longsoran Gunung Anak Krakatau.
Gunung Anak Krakatau berada di tengah perairan Selat Sunda.
Sejak Juni 2018, Gunung Anak Krakatau erupsi hampir setiap hari.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan bahwa erupsinya tidak besar.
Baca: Raih Penghargaan di Tingkat Nasional, Ini Sosok Ahmad Isroi, Mantri Rawa, dari Tanjab Timur
Baca: Kopassus Bikin Pasukan Elite AS Klenger dan Kaget, Mengapa Bisa Menembak dalam Gelap?
Baca: Diduga Kuat, Ini yang Menjadi Penyebab Gitaris Band Seventeen Meninggal Dunia, karena Jarak
Status aktivitasnya ada di Waspada (level 2).
Zona bahaya ada di dalam radius 2 km.
Jalur pelayaran disebut-sebut masih aman.
Pasca tsunami 22 Desember 2018, Gunung Anak Krakatau juga masih erupsi.
Berikut videonya yang diunggah Humas BNPB:
Sementara itu dilansir dari Kompas.com, Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi merilis citra radar yang menunjukkan perbedaan permukaan Anak Krakatau dilihat dari udara.
Baca: Vokalis Grup Band Jamrud Ngaku Jadi Korban Tsunami Banten dan Mengungsi ke Teras Masjid di Carita
Baca: Pasukan Khusus TNI AL, Kopaska Dibekali Kondom Berperang di Papua, Misi Siap Gugur Buat Gentar Lawan
Baca: Chef Kerajaan Inggris Bocorkan Hidangan Khas Natal Ratu Elizabeth, Ternyata Ada yang Sama
Dua citra yang membandingkan kondisi pada 11 Desember dan 23 Desember 2018 itu jelas menunjukkan adanya perubahan permukaan sekitar 357 meter dan 1.800 meter.
Tampak pada citra tersebut bahwa bagian selatan atau kiri bawah pada gambar sudah hilang.
BPPT
Perbandingan wajah Anak Krakatau dari udara pada 11 Desember dan 23 Desember 2018.
"Ini bukti bahwa ada area yang hilang atau longsor ke laut, sekitar 64 hektar," kata Widjo Kongko kepada Kompas.com, Senin (24/12/2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli geologi Perancis Christine Deplus dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hery Harjono, longsornya bagian selatan - barat daya Anak Krakatau bisa picu tsunami.
Dalam pesannya pada Minggu, Hery mengatakan bahwa Anak Krakatau cenderung tumbuh ke arah barat daya dan sisi tersebut juga lebih curam dari lainnya.
"Tentu ini merupakan bagian yang labil dan jika melorot atau longsor tentu dapat memicu tsunami," demikian kata Hery.
Publikasi penelitian Deplus dan Hery di Journal of Vulvanology and Geothermal Research pada 1995 juga mengungkap bahwa tsunami akibat longsoran Anak Krakatau pernah terjadi pada tahun 1981.
Baca: Viral di Media Malaysia, Kodam XXI Tanjungura Bantah Satgas Pamtas RI-Malaysia Culik 5 WN Malaysia
Baca: Psy War Rhenald Kasali Bilang AS sempat Rapatkan Pasukan ke Australia saat Freeport Jatuh
Pakar vulkanologi Surono mengungkapkan, berdasarkan citra BPPT tersebut.
"Longsorannya besar. energinya juga pasti besar."
Widjo mengungkapkan, untuk bisa lebih pasti, perlu dilakukan perkiraan volume longsoran yang jatuh ke lautan.
(*)
BERITA SUDAH DIMUAT DI GRIDHOT.ID
TONTON VIDEO TERBARU KAMI DETIK-DETIK TSUNAMI SAPU HABIS PANTAI BANTEN DAN LAMPUNG
IKUTI INSTAGRAM KAMI:
