Raih Penghargaan di Tingkat Nasional, Ini Sosok Ahmad Isro'i, Mantri Rawa, dari Tanjab Timur
"Wilayah kerja saya di daerah rawa Pamusiran di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Kecamatan Rantau Rasau, Desa Trimulya," kata dia,
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Deni Satria Budi
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Mareza Sutan A J
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Menjalankan keseharian sebagai mantri rawa, akhirnya membawa Ahmad Isro'i, mendapat penghargaan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di tingkat nasional.
Berkat keuletannya, dia berhasil menjadi Pemenang II sebagai Juru/Mantri Irigasi Rawa, pada Lomba/Pemilihan Petugas O&P Irigasi Permukaan dan Irigasi Rawa Teladan Tingkat Nasional Tahun 2018.
Kepada Tribunjambi.com, lelaki kelahiran Rantau Rasau, 13 Juni 1986 ini menceritakan tahapan-tahapannya hingga mendapat penghargaan bergengsi di tingkat nasional tersebut.
Diceritakannya, dia mulai bekerja di bidang operasi dan pemeliharaan (OP) sejak tahun 2017.
"Wilayah kerja saya di daerah rawa Pamusiran di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Kecamatan Rantau Rasau, Desa Trimulya," kata dia, memulai bercerita.
Menurutnya, menjadi seorang mantri rawa, memberikan kesan-kesan tersendiri buatnya. Misalnya, saat dia berintraksi langsung dengan masyarakat petani, juga saat melakukan tugasnya sebagai juru rawa.
Kata dia, penghargaan itu tidak lepas dari peran beberapa orang terdekatnya.
"Kepala BWS Sumatra VI, Bapak Nurfajri, Kasi OP BWS Sumatra VI, Bapak Rheinhart Maupa, PPK OP SDA II, Bapak Yuhdi Pratikno, pelaksana teknik, Bu Dewi Yoesoef, juga teman-teman juru dan pengamat OP lainnya," ujarnya.
Baca: Vokalis Grup Band Jamrud Ngaku Jadi Korban Tsunami Banten dan Mengungsi ke Teras Masjid di Carita
Baca: Pasukan Khusus TNI AL, Kopaska Dibekali Kondom Berperang di Papua, Misi Siap Gugur Buat Gentar Lawan
Baca: Chef Kerajaan Inggris Bocorkan Hidangan Khas Natal Ratu Elizabeth, Ternyata Ada yang Sama
Menurut Ahmad Isro'i, hal yang paling berkesan adalah saat dia dipercaya BWS Sumatra VI untuk ikut lomba pemilihan petugas OP yang dilaksanakan di Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa waktu lalu.
"Waktu di NTT ada 10 peserta, dan diambil lima peserta yang bisa masuk ke penilaian selanjutnya, yaitu penilaian lapangan untuk menentukan juara 1, 2, dan 3," ujarnya.
Diceritakannya, dalam kesempatan itu, masing-masing peserta harus memaparkan tugas dan tanggung jawab sebagai juru di daerah kerja masing-masing. Selanjutnya, ada sesi tanya jawab oleh juri dan peserta lainnya.
"Di sana saya memaparkan tentang wilayah kerja dan tugas saya sebagai juru yang sudah disusun dalam buku profil," terangnya.
"Yang dinilai juri di dalam pemaparan adalah penampilan, ketepatan waktu dalam menyampaikan paparan, terus dalam menjawab pertanyaan dari dewan juri. Selain itu, inovasi-inovasi yang saya lakukan di lapangan untuk memberi semangat petani supaya mau bertanam padi meski sudah banyak lahan alih fungsi," sambungnya.
Dalam persentasenya, lelaki yang hobi jalan-jalan ini menjelaskan kenapa masyarakat banyak mengalihfungsikan lahan pertanian menjadi lahan perkebunan. Menurutnya, alasan masyarakat beralih fungsi cukup simpel.