Tragedi Bhopal 3 Desember 1984, 5.000 Orang Tewas Akibat Gas Mematikan dari Tangki
Dilaporkan, akibat kecelakaan tersebut langsung menewaskan ribuan jiwa dan melukai antara 150.000-600.000 lainnya.
Penulis: Dodi Sarjana | Editor: Duanto AS
Selain itu, ada kemungkinan langkah-langkah keselamatan tersebut dibiarkan sebagai bagian dari "prosedur penghematan" yang dilakukan perusahaan tersebut di pabrik itu.
Membilas pipa
Rangkuman dari beberapa sumber, menggambarkan saat para pekerja di pabrik kimia Union Carbide, Bhopal sedang membilas pipa dengan air bersih, air memasuki tangki berisi MIC, gas yang digunakan dalam produksi pestisida.

Air memicu reaksi kimia yang menyebabkan peningkatan tekanan di dalam tangki, memaksa pekerja membuka tangki agar tidak meledak. Akibatnya, pembukaan tangki malah membuat gas mematikan bervolume 40 metrik ton terlepas ke Bhopal diikuti gas lainnya seperti fosgen dan hidrogen sianida.
Gas tersebut yang membuat sekitar 5 ribu orang tewas seketika karena sesak napas, kemudian disusul puluhan ribu orang bertahun-tahun pasca peristiwa nahas itu.
Bahkan, setengah juta penduduknya mengalami penyakit kronis jangka panjang akibat keracunan, hingga bayi-bayi yang terlahir cacat setelahnya.
Ratusan orang berunjuk rasa
Dilaporakan CNN, ratusan pengunjuk rasa berkumpul pada Rabu (3/12) di luar pabrik kosong yang menyebabkan bencana industri paling mematikan di dunia di kota Bhopal, India.
Pengunjuk rasa membakar patung dan menuntut keadilan bagi korban yang menderita 30 tahun setelah bencana itu terjadi.
Korban perempuan dan laki-laki yang saat ini sudah berusia tua, beberapa di antaranya terluka akibat kebocoran gas beracun sianida, bersama dengan aktivis dan anak-anak. Beberapa yang lahir dengan cacat fisik dan mental, mengangkat spanduk dan berteriak, "Kami ingin keadilan!"
Peristiwa ini terjadi pada dinihari 3 Desember 1984.
Sekira 40 ton gas methyl isocyanate tanpa sengaja bocor dari sebuah pabrik pestisida yang dimiliki oleh perisahaan multinasional Amerika Serikat Union Carbide Corp dan terbawa angin ke daerah kumuh yang berada di sekitar pabrik.
Pemerintah mencatat terjadi 5.295 orang tewas.
Data itu berbeda dengan catatan aktivis yang memperkirakan 25 ribu orang tewas akibat penyakit sejak kebocoran terjadi.
Menurut aktivis, banyak orang masih menderita kanker, kebutaan, gangguan pernafasan dan gangguan kekebalan tubuh dan neurologis menerima dukungan yang sangat sedikit.