Pasukan Elit Polri yang Satu ini Suka 'Bermain' dengan Bom Akibat Ulah Para Terorisme
Pasukan Elit Polri yang Satu ini Suka 'Bermain' dengan Bom Akibat Ulah Para Terorisme
Harus tahu dulu jenisnya
Di sinilah masuk peran besar para "jagoan" dalam kesatuan elite Gegana. Bagaimana tidak jagoan? Bak peran aktor ganteng Keanu Reeves dalam film Speed yang ngetop beberapa tahun silam, taruhan mereka tak kurang dari nyawa.
Dalam setiap tugas penjinakan, biasanya diterjunkan satu unit pasukan Gegana yang terdiri atas sepuluh personel yang biasa disebut Bintara Operator.
Meski pada dasarnya semua berkemampuan sama, di dalamnya selalu ada yang memiliki keahlian khusus. Ada ahli penjinak bahan peledak, penyelamatan (SAR), dan antiteror yang memiliki kemampuan menembak jitu.
Baca: Gara-gara Kasus Baiq Nuril, Hotman Paris Ngaku Pusing dengan Jawaban Kajari Mataram
Hingga saat ini Gegana memiliki tiga kendaraan taktis explosive ordinance disposal (EOD) yang dilengkapi peralatan penjinak bahan peledak.
Sementara tugas menjinakkan bahan peledak dilakukan oleh satu tim petugas Gegana yang terdiri atas lima atau enam orang. Ada tiga keadaan yang harus dipertimbangkan oleh anggota Gegana sebelum memutuskan teknik penjinakan yang akan dipakai.
Pertama, apakah bahan peledak itu mengancam jiwa manusia? Jika ya, body armor malah tidak boleh dikenakan. Pada kondisi ini ada kemungkinan bom terpasang di tubuh sandera.
Melihat tampilan petugas ber-body armor dikhawatirkan sandera akan kaget dan membuat gerakan tertentu. Masalahnya, dunia terorisme mengenal bom dengan detonator peka guncangan.
Gerakan yang betapa pun kecilnya sudah cukup untuk memicu detonator sehingga bomnya meledak.
Baca: Deretan Foto Hari-hari Terakhir 7 Artis Dunia yang Meninggal di Usia Muda, No 4 Sangat Mengejutkan
Pada kondisi bom yang dipasang hanya mengancam properti, petugas Gegana bisa menggunakan body armor untuk mengambil bom dan membawanya ke tempat aman untuk dijinakkan.
Sedangkan pada kondisi ketiga, ketika bom tidak membahayakan manusia maupun bangunan, semisal di hutan, anggota Gegana bisa meledakkannya jika dinilai lebih menguntungkan.
Selama ini bahan peledak yang kerap ditemukan di Jakarta lebih banyak berupa bom rakitan. "Untuk menjinakkannya tidak terlalu sukar. Yang lebih sukar kalau bom buatan pabrik," ujar AKBP Robby Kaligis, Komandan Resimen IV Brimob.
Baca: Setahun Lebih Chester Bennington Meninggal Bunuh Diri, Video ini Ungkap Fakta Mencengangkannya
Bom buatan pabrik ini bom yang sudah siap pakai. Jenis ini biasa digunakan kalangan militer untuk bertempur. Namun, jenis yang sama juga ditemukan di Gedung Bundar Kejaksaan Agung, Rabu, 5 Juli 2000.
Untuk menceraiberaikan bahan peledak yang diduga ada di dalam tas atau bungkusan itu, anggota Gegana menembaknya dengan peluru air.
"Tas, bungkusan, atau kotak itu diceraiberaikan atau istilahnya di-disruptor menggunakan tembakan air yang kecepatannya sama dengan peluru yang ditembakkan dari senjata," kata AKP Wahyu Widodo, salah seorang instruktur di Resimen IV Korps Brimob Polri di Kelapadua, Depok.