Insiden Viaduk
Kronologi Erikawati Tewas saat Nonton Drama Kolosal 'Surabaya Membara', Terseret Kereta Api
Awalnya, dia bersama istrinya Liana (37) dan Erikawati menonton Surabaya Membara dari atas viaduk. Tiba-tiba kereta api dari arah ...
Sahluki mengatakan, ia melihat istri dan anaknya terbaring di samping rel perlintasan kereta api.
Anaknya, Erikawati mendapat luka yang parah dan meninggal dunia, sedangkan istrinya Liana menderita patah kaki, dan saat ini dirawat di Rumah Sakit PHC Surabaya.
"Saya tidak luka, istri terluka tapi selamat, putri saya meninggal," ungkapnya.
Sang pembawa acara berteriak
Sedangkan menurut penuturan wartawan TribunJatim.com dari lokasi, di tengah pembacaan pembukaan doa, sang pembawa acara berteriak bahwa kereta akan melewati jalur jembatan atas yang penuh dengan warga.
Pembawa acara berteriak histeris bahwa seorang warga telah jatuh dan meminta bantuan paramedis.
Acara ditunda sementara sambil pembawa acara berteriak melalui mikrofon meminta bantuan paramedis untuk menolong korban.
Paramedis datang dan mengangkat dua kantong jenazah, satu dari atas jembatan rel, dan satu korban dari bawah jembatan bertutupan koran dan kardus coklat.
Kemudian semakin banyak mobil ambulans datang ke lokasi jembatan.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Komunitas 'Surabaya Membara' Taufik Monyonk alias M Taufik Hidayat menjelaskan, kejadian kecelakaan penonton di atas viaduk yang tertabrak kereta api di luar kendali pihaknya, dilasnir dari TribunJatim.com, Jumat (9/11/2018).
Taufik mengaku bahkan sudah mengingatkan berulang kali para penonton di atas viaduk.
Viaduk itu bertepatan dengan di atas bangunan kantor gubernur Pemprov Jatim dan Taman Tugu Pahlawan untuk turun.
"Kami sudah mengimbau berulang kali, mereka hanya acungkan jempol. Di luar kendali kita karena lokasi yang kita siapkan di Jalan Pahlawan. Lepas rel di luar pengawasan kita, bahkan penontom sampai Pasar Turi," katanya seusai acara selesai.
Taufik mengaku jarak pandangnya tidak sampai ke arah viaduk.
Menurutnya, dua tiga tahun lalu pada acara yang sama tidak pernah ada kereta yang melintas.

"Memang dua, tiga tahun lalu tidak ada kereta lewat, sampai selesai acara. Saya juga tidak tahu jadwal kereta lewat, kok tadi ada kereta lewat," tambahnya.
Taufik menjelaskan, ini karena antusias masyarakat yang luar biasa besarnya, sehingga mereka memaksa bisa menyaksikan drama kolosal, dari tempat yang memungkinkan meski berbahaya.
Taufik menuturkan memiliki alasan kenapa pertunjukan itu tetap diteruskan meski pihak panitia sudah tahu adanya kecelakaan.
Menurut Taufik, teman-teman panitia telah bekerja keras untuk acara Surabaya Membara ini.
"Teman-teman ini sudah bekerja keras, banyak teman dari daerah juga sudah latihan 1 bulan, banyak yang syok juga. Kasihan kalau tidak jadi tampil. Meski begitu pertunjukan yang asalnya 60 menit nggak sampai, jadi 40 menit," kata Taufik.

Sebagai Ketua Komunitas Surabaya Membara, Taufik menyampaikan turut berduka, dan merasa khawatir beberapa korban di antaranya adalah adik-adiknya yang pernah mengikuti Surabaya Membara.
Taufik masih terlihat di lokasi acara, hingga usai dan meninggalkan tempat segera meski ada beberapa properti yang belum selesai dibersihkan.
Pada insiden ini diketahui 3 orang meninggal dan belasan terluka dirawat di tiga rumah sakit yang berbeda, aitu RS Soetomo, RS Soewandhi dan Rumah Sakit PHC Surabaya. (Dikompilasi dari tribunwow.com dan tribunvideo.com)
Baca: Politik Genderuwo Masih Berbuntut, Fadli Zon Bilang Tak Tersindir, Malah Komentari Presiden Jokowi
Baca: Lagi Populer Istilah Politik Genderuwo, Ini Asal Usul Mitos Genderuwo yang Suka Iseng dan Jorok
Baca: Asa 2 Perwakilan Pebulutangkis Indonesia di Fuzhou China Open 2018, Sama-sama Berebut Tiket Final