HUT TNI ke 73
Belum Lulus & Gunakan Pesawat Tua, Para Kadet AURI yang Marah ini Berhasil Bombardir Markas Belanda
Akibat gagalnya perundingan Linggarjati, konflik bersenjata antara Belanda dan Indonesia tidak bisa dielakkan lagi.
TRIBUNJAMBI.COM - Akibat gagalnya perundingan Linggarjati, konflik bersenjata antara Belanda dan Indonesia tidak bisa dielakkan lagi.
Militer Belanda yang merasa lebih superior karena sudah didukung persenjataan modern seperti pesawat-pesawat tempur lalu melancarkan Agresi Militer I pada 21 Juli 1947.
Sejumlah serangan udara dilancarkan secara serentak ke sejumlah wilayah Indonesia baik yang berada di Jawa maupun Sumatera.
Serangan udara yang dilancarkan militer Belanda menggunakan pesawat-pesawat tempur yang tergolong canggih di tahun itu seperti P-51 Mustang, P-40 Kitty Hawk, dan pembom B-25/26.
Tujuan utama serangan Belanda yang dilancarkan dari sejumlah markas dan pangkalan udara di Semarang adalah memukul mundur kedudukan pasukan Indonesia hingga ke daerah pedalaman.
Gempura udara yang dilancarkan Belanda secara dadakan ke sejumlah lapangan udara TKR Udara Indonesia (AURI) yang masih dalam proses perintisan berhasil menghancurkan sebagian besar pesawat yang ada.
Atas serangan udara Belanda yang berhasil menghancurkan 24 pesawat AURI yang berada di berbagai Pangkalan Udara itu, pihak AURI belum melakukan serangan balasan.
Langkah yang dilakukan adalah berusaha menyelamatkan pesawat-pesawat yang siap operasional (serviceable) dengan cara menyembunyikannya.
Baca: Sidang Perdana Kasus Tewasnya Sujiati, Hakim: Kalian Berempat Didakwa Melakukan Pembunuhan
Baca: Kondisi di Lokasi Gempa, Listrik Putus, Telepon Sulit, Komunikasi Harus Ketemu Langsung
Serangan udara Belanda yang telah menghancurkan sebagian besar kekuatan udara AURI itu ternyata tidak membuat para personel AURI patah semangat.
Serangan udara Belanda bahkan membuat para kadet penerbang yang sedang belajar di Lapangan Udara (Lanud) Maguwo, Yogyakarta marah.
Sebagai kadet yang masih berjiwa muda tapi juga memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, membuat para kadet yang sudah bisa menerbangkan pesawat ingin melancarkan serangan balasan.
Para kadet penerbang itu antara lain Sutarjo Sigit, Mulyono, Suharnoko Harbani, dan Bambang Saptoaji.
Sebenarnya atas serangan udara Belanda, KSAU Suryadi Suryadarma yang saat itu bermarkas di Lanud Maguwo memang sengaja tidak melakukan serangan balasan karena bisa membuat militer Belanda makin waspada.
Menurut Suryadarma serangan udara yang akan dilancarkan oleh para kadet penerbang jika ditinjau dari segi militer tidak memiliki nilai yang tinggi.
Tapi jika dinilai dari semangat perjuangan bangsa, serangan udara para kadet bisa menggugah semangat perjuangan bangsa secara kesuluruhan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Baca: Ketika Pilot Jagoan TNI AU ini Marah Lihat Jenderal-jenderal Makan Daging, Namun Prajurit Cuma Tempe
Baca: Tingkatkan Mutu Pendidikan, Tanoto Foundation Akan Latih Guru di 12 Sekolah di Tanjabtim