Karina Hidup Sendirian di Semak-semak, Operasi Penyelamatan Gajah Sumatera di Jambi Dimulai

Tiga Gajah Sumatera akan akan dipindahkan dari Taman Nasional Bukit Tigapuluh ke ke areal restorasi Hutan Harapan...

Editor: Duanto AS
TRIBUNJAMBI/TEGUH SUPRAYITNO
Ilustrasi: Gajah di Kabupaten Tebo, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJAMBI.COM - Karina berbobot sekira empat ton. Dia hidup sendirian di semak-semak di Pintas Tuo, Kecamatan Muara Tabir, Kabupaten Tebo. Karina merupakan satu-satunya gajah masih hidup di kelompoknya.

Operasi penyelamatan Gajah Sumatera ( Elephas maximus sumatranus ) korban fragmentasi habitat di Jambi, dimulai pada Rabu (26/9/2018).

Sekira 40 personel gabungan dari unsur pemerintah, TNI/Polri, NGO, akademisi, perusahaan dan masyarakat, dilibatkan dalam kegiatan yang yang bakal berlangsung 10 hari.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indra Exploitasia, turut hadir mendampingi kegiatan penyelamatan satwa terancam punah itu.

"Kegiatan penyelamatan diwujudkan dengan pemindahan tiga ekor gajah yang berada di dua lokasi berbeda," tuturnya, dalam rilis yang diterima tribunjambi.com.

Ketiganya direncanakan akan dipindahkan ke areal restorasi Hutan Harapan yang dikelola PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI).

Baca: Supaya Tidak Inses, 3 Ekor Gajah Taman Nasional Bukit Tigapuluh Dipindahkan

Baca: Dua Orang Wanita Nekat Terobos Rombongan Mobil Presiden Jokowi, Seorang Polisi Terluka

Baca: Ini Sikap Politik Keluarga Gusdur, Yenny Wahid Dukung Jokowi-Amin, Ibunya Tak Nyatakan Sikap

Baca: 7 Rencana Ahok Setelah Keluar dari Penjara, Pergi Dari Rumah dan Ngalah dari Veronica Tan

Baca: Tiga Ekor Gajah Sumatera Akan Dipindahkan ke Hutan Harapan, 28 Instansi Dilibatkan

Gajah pertama yang akan dipindahkan, yang diberi nama Karina, merupakan seekor gajah betina dewasa dengan bobot sekira 4 ton.

Karina berada di Pintas Tuo, Kecamatan Muara Tabir, Kabupaten Tebo.

Karina merupakan gajah satu-satunya yang masih hidup di kelompoknya. Dia berada di wilayah yang didominasi semak-semak dan hidup terisolir terkepung areal perkebunan.

Karina juga berada dekat dengan permukiman masyarakat.

“Karina harus dipindahkan ke habitat yang lebih baik dan masih ada kelompok gajahnya. Hanya dengan cara itu, maka Karina dapat diselamatkan. Bila dapat bertemu dengan kelompok gajah lain masih ada harapan untuk berkembang biak," ujar Rahmad Saleh, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi.

Pancing pakai 3 ekor gajah jinak

Untuk memindahkan Karina, didatangkan 3 ekor gajah jinak dari Pusat Konservasi Gajah (PKG) Minas, Provinsi Riau. Sembilan pawang gajah (mahout) termasuk mahout senior Nazaruddin dilibatkan dalam kegiatan ini.

“Karena aksesnya lebih mudah maka Karina yang akan dipindahkan pertama kali. Gajah jinak digunakan untuk mengarahkan dan menjaga gajah liar selama proses pemindahan. Di areal pelepasan, Karina akan dipantau dengan menggunakan gajah jinak untuk memastikan dapat bertemu dengan kawanan gajah di PT REKI,” ujar Nazaruddin.

gajah
gajah (tribun jambi)

Dua gajah yang akan dipindahkan berikutnya, berlokasi di Desa Muaro Sekalo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo.

Gajah jantan muda ini sejak pertengahan 2018 mencoba keluar dari habitatnya (dispersal), yakni kelompok gajah Taman Nasional Bukit Tigapuluh.

Sifat tersebut merupakan sifat alami gajah jantan muda guna mencari habitat baru dan gajah betina yang berbeda dari kelompok asalnya.

Namun, dalam pergerakannya, gajah jantan muda tersebut menimbulkan konflik dengan masyarakat. Itu disebabkan karena seluruh habitat gajah ekosistem Taman Nasional Bukit Tigapuluh telah dikelilingi perkebunan yang dikelola masyarakat dan perusahaan yang kebanyakan ditanami pohon karet dan kelapa sawit.

Kedua jenis tanaman itu termasuk jenis tanaman yang disukai gajah sehingga warga merasa dirugikan akan keberadaan gajah jantan tersebut.

Baca: Sampaikan Visi Misi, Al Haris Minta Dukungan Semua Kalangan

Sifat alami gajah jantan muda berdampak positif bagi kualitas genetika populasi karena menghindari terjadinya perkawinan sekerabat (in breeding).

Dengan kondisi habitat gajah yang terfragmentasi dan tidak terhubung satu sama lain, perkawinan sekerabat juga menjadi ancaman tersendiri bagi upaya konservasi Gajah Sumatera.

Areal restorasi PT REKI dipilih menjadi tujuan translokasi karena kondisi tutupan hutannya yang lebih baik dan memiliki cukup ketersediaan pakan alami.

Lanskap Hutan Harapan ini juga menjadi habitat bagi delapan gajah betina dan satu gajah jantan hasil translokasi dari Lanskap Taman Nasional Bukit Tigapuluh pada 2014.

Laju regenerasi Gajah Sumatera
Dengan penambahan gajah jantan baru, diharapkan laju regenerasi Gajah Sumatera di Lanskap Hutan Harapan dapat berkembang.

Ketiga gajah yang akan dipindahkan akan dipasang GPS Collar yang dapat memberikan koordinat lokasi secara langsung dan berkala.

Dengan demikian hingga saat ini telah 13 ekor Gajah Sumatera di Provinsi Jambi yang telah dipasang GPS Collar. Dari jumlah tersebut 10 GPS Collar diantaranya masih aktif.

Gajah di Kabupaten Tebo
Gajah di Kabupaten Tebo. Foto diambil beberapa waktu lalu. (TRIBUNJAMBI/TEGUH SUPRAYITNO)

Pemindahan gajah dan pemasangan GPS Collar merupakan bagian dari upaya pemerintah bersama mitra dalam melakukan perlindungan Gajah Sumatera di Provinsi Jambi.

Dengan kondisi 85 persen Gajah Sumatera hidup di luar wilayah konservasi maka diperlukan upaya kolaborasi multipihak dalam melakukan pengelolaan habitat dan populasi di tingkat lanskap.

Yang terlibat

Operasi penyelamatan Gajah Sumatera di Provinsi Jambi merupakan kegiatan gabungan yang melibatkan unsur pemerintah, yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, BKSDA Jambi, Balai Besar KSDA Riau, Pemkab Tebo, Pemkab Batanghari, Pemkab Sarolangun, KPHP Tebo Timur, KPHP Tebo Barat, KPHP Sarolangun, KPHP Batanghari Kepolisian Daerah Jambi, unsur TNI, dan PKG Minas.

NGO konservasi satwa liar yang terlibat, yaitu Frankfurt Zoological Zociety (FZS), Yayasan Konservasi Satwa Liar Indonesia (YKSLI), Flora Fauna International (FFI), Zoological Society of London (ZSL), Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (Vesswic).

Unsur akademisi yang terlibat, yaitu Universitas Syah Kuala dan Universitas Jambi. PT REKI, PT Alam Lestari Nusantara, PT Agronusa Alam Sejahtera, mewakili perusahaan juga ikut ambil bagian. Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA – Sumatera) dan Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI). (*)

Baca: Ini Sikap Politik Keluarga Gusdur, Yenny Wahid Dukung Jokowi-Amin, Ibunya Tak Nyatakan Sikap

Baca: Syahrini akan Menikah Pada 2018, Aisyahrani Beberkan tentang Calon Pria sudah Salat di Rumah

Baca: Supaya Tidak Inses, 3 Ekor Gajah Taman Nasional Bukit Tigapuluh Dipindahkan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved