Lulusan Akmil Beraksi, Lempar Pistol Lalu Pilot Menembak, Pembajakan MZ-171

Di ketinggian 14.000 kaki, Hermawan memaksa masuk ke kokpit. Seorang awak kabin mencoba melarang, namun ...

Editor: Duanto AS
Pesawat Vicker Viscount MZ-171 Merauke yang dibajak di Bandara Adisucipto Yogyakarta, pada 15 April 1972. Di jendela cockpit, Ipda Bambang Widodo Umar sedang melongok ke dalam untuk membantu pilot Captain Hindiarto. (http://strategi-militer.blogspot.com) 

Belum juga menjawab pertanyaan yang mengejutkan itu, jendela ditutup kembali, Bambang langsung melorotkan tubuhnya menghindari penglihatan pembajak yang memasuki kokpit. Bersembunyi di leher pesawat.

Bambang sempat melihat ke sekeliling dan melihat aparat yang mengepung di kanan kiri pesawat, tetap bersiaga pada posisinya masing-masing, tanpa ada upaya apa pun.

Setelah jendela kokpit kembali terbuka, sebagai tanda pembajak berada di belakang, kembali Bambang menaiki tangga.

Kali ini, dia menjulurkan tangannya dengan mengangkat pistol tujuannya menunggu pembajak masuk ke kocpit. Dia akan menembak.

Namun posisi untuk menembak itu buat Bambang cukup sulit, karena tinggi dirinya tidak sampai menjangkau jendela secara penuh.

Melihat kondisi tersebut sang pilot setengah berteriak,

“Saya AURI, saya AURI, saya bisa menembak.”

Mendengar teriakan lirih pilot yang meminta pistol, Bambang secara reflek memberikan pistolnya kepada sang pilot.

Suasana tegang itu berlangsung lima menit lamanya.

Mendadak co-pilot dan pilot turun dari pesawat tergesa-gesa.
Ternyata tembakan telah dilepaskan dan pembajak Hermawan telah mati.

Captain Hindiarto menuturkan kepada Kompas, bahwa tembakan pertama yang dilepaskan, tepat mengenai leher si pembajak.

“Saya yakin satu tembakan itu sudah mematikannya,” kata Hindiarto.

Tapi karena Co-pilot Soleh berteriak, “Tembak lagi Cap,” maka dua peluru menyusul menembus tubuh si pembajak, yang terguling menutup api yang sudah menyala, sehingga api padam (api ini sulutkan Hermawan pada serbuk TNT yang ditaburkan di lantai pesawat).

“Sungguh miracle (mukjizat), saya masih hidup,” kata penerbang Merpati asal Solo ini.

Tiga peluru yang dimuntahkan bekas penerbang DAUM (Djawatan Angkutan Udara Militer) tersebut menyarang di kepala Hermawan.

Peluru menamatkan riwayat pembajak dan drama pembajakan pertama di Indonesia.

TRIBUN JAMBI DI INSTAGRAM:

Baca: Layaknya Neraka Latihan Kopassus Disebut Sangat Keras dan Sungguh Menyeramkan

Baca: Ban Pesawat Dikempis sampai Kejar Perompak ke Pantai, Aksi Nekat Kopassus, Kopaska dan Marinir

Baca: Kisah Mistis Anggota Paskhas TNI AU yang Hilang Seminggu, Masuk Alam Gaib Saat Jalani Latihan

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved