Sejarah Indonesia

Kegalauan Soeharto Saat Dipaksa Mundur dari Kursi Presiden oleh Orang-orang Terdekatnya

Setelah mahasiswa menguasai DPR/MPR, pimpinan DPR/MPR yang diketuai Harmoko kemudian meminta Soeharto untuk mundur.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Soeharto 

Para menko itu heran karena Soeharto sudah tahu, hingga tidak ada yang berani membicarakan wacana itu. Kemudian esok harinya, 19 Mei 1998, Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat di kediamannya, Jalan Cendana, Jakarta Pusat.

Usai pertemuan yang juga dihadiri tokoh seperti Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid itu, Soeharto menyatakan bahwa dia akan melakukan reshuffle kabinet dan membentuk Komite Reformasi.

Baca: Ibu Tien Marah Besar saat Tahu Soeharto Temui Istri Soekarno, Peristiwa 1965

Menurut Nurcholish, ide itu murni datang dari Soeharto. Tidak ada tokoh yang menyampaikannya kepada Bapak Pembangunan tersebut.

Tokoh seperti Nurcholis dan Gus Dur pun menolak terlibat dalam Komite Reformasi.

Di luar Cendana, penolakan juga disuarakan sejumlah tokoh.

Amien Rais misalnya, yang mempermasalahkan kapan pemilu itu akan dilaksanakan.

Menurut Amien, hal terpenting saat itu adalah mundurnya Soeharto. sehingga usulan Komite Reformasi dianggap hanya cara Soeharto mengulur waktu.

Sore harinya, Soeharto mendapat laporan bahwa sejumlah ekonom senior seperti Emil Salim dan Frans Seda bereaksi negatif atas usulan Komite Reformasi itu.

Penolakan ini yang membuat Soeharto semakin resah dan galau.

Puncak kebimbangan Soeharto

Kegalauan Soeharto semakin bertambah pada 20 Mei 1998.

Saat itu, 14 menteri bidang ekonomi, keuangan, dan industri di bawah koordinasi Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita menolak masuk ke dalam kabinet baru hasil reshuffle atau Komite Reformasi.

Tidak hanya itu, ke-14 menteri itu juga membuat pernyataan sikap melalui tulisan yang ditandatangani di Gedung Bappenas.

Dalam pernyataan tertulis itu, mereka bahkan secara implisit meminta Soeharto untuk mundur. Adapun 14 menteri yang menandatangani, sebut saja Deklarasi Bappenas itu, secara berurutan adalah Akbar Tandjung, AM Hendropriyono, Ginandjar Kartasasmita, Giri Suseno Hadihardjono, Haryanto Dhanutirto, Justika S Baharsjah. Kemudian, Kuntoro Mangkusubroto, Rachmadi Bambang Sumadhijo, Rahardi Ramelan, Subiakto Tjakrawerdaya, Sanyoto Sastrowardoyo, Sumahadi MBA, Theo L Sambuaga, dan Tanri Abeng.

Baca: Kwik Kian Gie Nyebrang ke Kubu Lain, Gerindra Beri Tanggapan

Presiden Soeharto saat mengumumkan pengunduran diri di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Mei 1998.
Presiden Soeharto saat mengumumkan pengunduran diri di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Mei 1998. (WIkimedia/Creative Commons)

Kompas menulis bahwa Soeharto baru membaca surat itu sekitar pukul 20.00 WIB. Sontak, pernyataan itu membuat Soeharto merasa terpukul.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved