Petaka di Lubang Jarum

'Lubang Jarum Maut' PETI Kemungkinan Ditutup, 7 Orang Masih Terjebak 42 Meter di Bawah Tanah

“Jika seandainya tidak bisa dievakuasi, lubang jarum tersebut akan ditutup dan menjadi kuburan massal," kata Apani

Editor: Duanto AS
Tribun Jambi/Muzakkir
Tim gabungan dan warga di lokasi "lubang jarum" di Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin. Ada 7 orang terjebak di kedalaman 42 meter di bawah tanah saat melakukan penambangan emas tanpa izin (PETI), Selasa (4/8/2018). 

Berdasarkan informasi, para korban terjebak di dalam lubang jarum terjadi sekitar pukul 14.00. Satu di antara warga menyebutkan, ke tujuh orang yang diduga masih berada di dalam lubang jarum tersebut nama panggilannya adalah Ali, Andri, Mamat, Opong, Pak Kumis dan satu lagi yang belum diketahui namanya.

Sebelumnya, sumber Tribun Jambi menyampaikan pada saat kejadian, ada belasan orang pekerja yang ikut menambang emas tersebut. Mereka terdiri dari pekerja yang siaga di atas (di luar lubang), dan yang turun ke bawah.

Lubang jarum tersebut memiliki kedalaman sekitar 42 meter dan bercabang dua. Ada yang ke arah darat dan ada yang mengarah ke Sungai Batang Merangin. Yang terjebak adalah pekerja yang berada di lubang ke arah sungai. Pekerja yang di jalur darat selamat seketika mengetahui jika lubang jalur ke sungai mengalami kebocoran.

Proses evakuasi di lubang jarum di Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Selasa (4/8/2018) siang.
Proses evakuasi di lubang jarum di Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Selasa (4/8/2018) siang. (Tribun Jambi/Muzakkir)

Keluarga diminta ikhlas

Apani Saharuddin turut berduka cita atas musibah terjebaknya penambang emas tersebut. Apani ketika ditemui di ruang kerjanya berharap kejadian ini adalah kejadian terakhir. Terlebih, ini bukan persitiwa pertama.

"Kita minta juga supaya keluarga korban menerima musibah ini. Dan mengikhlaskan kepergian korban," kata Apani.

Apani mengatakan tak habis pikir kenapa warga sangat berani dan nekat mencari nafkah dengan resiko yang sangat tinggi. Jika alasannya mencari makan, Apani kurang percaya, sebab rata-rata korbannya bukan warga sekitar namun warga pendatang.

"Jadi warga pendatang yang mencari makan, bukan warga di sana," katanya.

Dia meminta kepada masyarakat Merangin untuk menghentikan kegiatan berbahaya ini, sebab masih banyak lapangan pekerjaan yang tak begitu membahayakan.

"Camat, kepala desa harus memberikan pemahaman kepada masyarakat. Masyarakat juga harus mengerti hal itu," sebut Apani.

Baca: Ketika Hidup dan Mati Hanya Sekedar Transaksi oleh Mafia Rusia

Tim Evakuasi Kekurangan Logistik

Lokasi lubang tambang emas yang jauh dari permukiman menjadi kendala bagi personel gabungan yang melakukan evakuasi. Dari kota Bangko untuk ke lokasi harus ke pelabuhan sekitar tiga jam perjalanan. Artinya, hanya jalur sungai. Kemudian dari pelabuhan ke lokasi waktu tempuhnya sekitar 40 menit.

Kondisi itu membuat tim evakuasi kekurangan logistik. Mulai dari air bersih hingga pangan. "Yang jelas sekarang mereka kekurangan air bersih," kata Kapolsek Sungai Manau Iptu Nixon Bakara.

Nixon menjelaskan pihaknya sudah berupaya untuk memenuhi kebutuhan pasokan makanan dan air bersih. Namun itu tidak bisa dilakukan secara terus menerus. Kata dia, terbatasnya sarana transportasi untuk menuju ke lokasi menjadi kendala.

Menurut Nixon, jika tim tidak difasilitasi ketersediaan ketek (perahu bermesin) oleh kepala desa, ia tidak bisa memastikan apakah tim akan bisa ke lokasi atau tidak.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved