Kerbau Milik Kiai Slamet Diarak 1 Muharram, Dianggap Sakti Hingga Kutunya Dicari Orang
Salah satu bintang pada Malam 1 Suro di Kasunanan Surakarta adalah kerbau bule Kiai Slamet.
TRIBUNJAMBI.COM - Salah satu bintang pada Malam 1 Suro di Kasunanan Surakarta adalah kerbau bule Kiai Slamet.
Banyak kalangan yang menganggap bahwa Kiai Slamet bukan kerbau bule biasa, tapi kerbau sakti yang bisa mendatangkan berkah.
Soal bagaimana kerbau ini begitu dikeramatkan, Intisari pernah mengulasnya secara lebih mendalam.
Ada berita duka dari Solo. Selasa 3 Januari 1989 yang lalu, tepat pukul 12.00 tengah hari, telah mati Nyai Slamet.
la memang tak usah disebut wafat atau meninggal. Nyai Slamet cuma seekor kerbau.
Baca: Keberanian Benny Moerdani Menegur Soeharto, Diabaikan Hingga Akhirnya Lengser, Menyesal Kemudian
Baca: Bahas RAPBN 2019, Anggota DPR dari Fraksi Partai Oposisi Persoalkan Pelemahan Rupiah pada Menkeu
Kalau saja ia bukan kerbau klangenan keraton, tentu kematiannya tak akan jadi berita, setidaknya bagi koran-koran lokal.
Menurut Suara Merdeka, harian terbitan Semarang yang ikut membuat peristiwa ini jadi berita, kematian kerbau bule itu disebabkan karena ia terserang masuk angin dan demam.
Sukirman, abdi dalem keraton penjaga kerbau, menyebutkan ia jelas mati karena masuk angin. Tubuhnya kaku dan ada kotoran yang menyumpal di pantat.
Menurut pengalamannya, bila demikian keadaan seekor kerbau pada waktu mati, berarti perutnya penuh angin, yang membuatnya susah berak, kentut atau menguap.
Beberapa jam setelah kematiannya, Nyai Slamet dikuburkan di tepi alun-alun selatan keraton, tak jauh dari kandangnya.
PENJAGA PUSAKA
Nyai Slamet hanya salah seekor dari tujuh kerbau yang termasuk pusaka Keraton Kasunanan Surakarta. Ketujuh kerbau albino ini keturunan sepasang kerbau bernama Kiai Slamet dan Nyai Slamet, yang hidup pada zaman Kerajaan Kartasura yang diperintah Sri Sunan Paku Buwono I, awal abad 16.
Baca: Bahas RAPBN 2019, Anggota DPR dari Fraksi Partai Oposisi Persoalkan Pelemahan Rupiah pada Menkeu
Menurut cerita, pasangan kerbau ini hadiah dari seorang sesepuh sebuah keraton di Jawa Timur. Oleh PB I mereka lalu dijadikan emban, dayang pengasuh dan penjaga, bagi tombak pusaka Kiai Slamet, warisan Kerajaan Majapahit, andalan Keraton Kartasura.
Konon, sebelumnya PB I mendapat wangsit yang mengatakan tombak Kiai Slamet harus didampingi emban berupa sepasang kerbau bule.
Waktu sedang berpikir bagaimana memenuhi perintah wangsit ini, tiba-tiba datanglah hadiah tersebut, sepasang kerbau bule, persis seperti yang diperlukan. Merasa permohonan dalam semedinya terkabul, PB I lalu memberi nama pasangan kerbau tersebut Kiai dan Nyai Slamet.
Baca: Keberanian Benny Moerdani Menegur Soeharto, Diabaikan Hingga Akhirnya Lengser, Menyesal Kemudian