Demi Negara! Kisah Kelam Pasukan Kopassus Tahun 1958 yang Binasakan Teman Sendiri Karena Berkhianat
Ternyata bila menelisik di zaman dahulu, TNI bukan hanya telah mengalahkan musuh dari negara lain atau pemberontakan di negara sendiri.
Pasukan lokal yang semula bersembunyi pun keluar dengan menenteng senapan masing-masing dan selanjutnya saling bersalaman.
Ternyata pasukan lokal itu mengira jika pasukan yang baru saja mendarat menggunakan dua C-47 adalah pasukan Permesta yang ingin menduduki Pulau Buru.
Baca: Masuk Secara Senyap, Peleton Pengintai Tempur Milik Kostrad Selalu Buat Perompak dan Musuh Bergidik
Baca: Berani Mati, Pasukan Elite Kostrad Tontaipur Sanggup Menyelam dan Bernapas di Tanah Seharian
Mujur pasukan lokal itu tidak langsung menembak begitu dua C-47 mendarat.
Pengiriman pasukan RPKAD ke Ambon akhirnya berjalan lancar dan dari Ambon pasukan RPKAD kemudian dikirim ke Sulawesi Utara untuk bertempur menggunakan kapal perang.
Pasukan tempur unggul
Pasukan RPKAD sendiri setelah berhasil mendarat di pantai Wori, Sulawesi Utara, langsung menunjukkan ketangguhannya sebagai pasukan tempur yang efektif dan efesien.
Salah satu pertempuran sengit dan memakan korban jiwa adalah ketika mereka bertempur memperebutkan Lapangan Udara Sam Ratulangi, Manado.
Kendati musuh banyak memiliki senjata pertahanan kaliber 12,7 mm, karena kurang terlatih dan berpengalaman tempur, senjata-senjata mematikan bantuan asing itu malah banyak yang ditinggalkan.
Banyak pasukan Permesta yang berlindung di parit pertahanan dan selanjutnya ditawan oleh RPKAD.
Dua personel RPKAD gugur dan sejumlah lainnya terluka.
Untuk pertama kalinya pula dalam pertempuran itu mereka menghadapi mantan pasukan KNIL yang dipersenjatai senapan mesin Browning 30 Cal bantuan dari AS.
Baca: Dilatih di Markas Kopassus, Ini Kisah Sniper Legendaris TNI Tatang Koswara Tembak 49 Kepala Fretilin
Baca: Pejabat Tinggi Militer Amerika Serikat Tak Berkata-kata saat Disuguhkan Kopassus Aksi Mengerikan ini
Hanya saja dalam suatu pertempuran di kawasan Tomohon, Tondano, dan Minahasa pasukan RPKAD harus menghadapi kenyataan pahit karena mereka harus melawan sesama anggota RPKAD yang telah membelot ke Permesta.
Sekitar satu peleton pasukan RPKAD yang sedang cuti dan pulang ke Minahasa akhirnya memutuskan bergabung ke Permesta ketika gerakan Permesta dikumandangkan.

Tidak ada pilihan lain bagi pasukan RPKAD kecuali harus bertempur secara profesional untuk menghadapi para rekannya yang telah bergabung kepada para pemberontak.
Di bawah pimpinan Letnan Satu LB Moerdani pasukan RPKAD kembali menunjukkan jati dirinya sebagai pasukan pemukul sekaligus menjadi bagian pasukan elite yang sukses melumpuhkan Permesta.
Seperti putaran jarum jam, usai bertugas di Sulawesi pasukan RPKAD yang sudah berada di Morotai dijemput menggunakan C-47 dan Convair 240.
Untuk kesekian kalinya para kru pesawat kembali berjuang menempuh penerbangan lebih dari lima jam nonsetop melawan cuaca buruk. Akhirnya semua pasukan berhasil mendarat di Pangkalan Perak ALRI, Surabaya.
Misi akhirnya terlaksana! (**)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: