Ledakan Keras di Depan Soekarno, Lumpur Dermaga Muncrat, Soekarno Tepuk Anggota Kopaska

Presiden Soekarno menjadi inspektur upacara di Dermaga Ujung Surabaya. Letnan Laut Joko Suyatno dan Sersan Emil Joseph unjuk kebolehan.

Editor: Duanto AS
Komando Pasukan Katak (Kopaska). (Banjarmasin Post) 

TRIBUNJAMBI.COM - Komando Pasukan Katak (Kopaska) yang merupakan pasukan khusus TNI Angkatan Laut (TNI AL), pernah memiliki cerita menarik dengan Presiden Soekarno.

Peristiwa itu terjadi pada 1960, TNI AL masih bernama Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), saat itu menggelar peringatan Hari Armada.

Kisah tersebut ditulis dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska.

Presiden Soekarno menjadi inspektur upacara dan berdiri di podium Dermaga Ujung Surabaya.

Saat itu, Letnan Laut Joko Suyatno dan Sersan Emil Joseph unjuk kebolehan. Keduanya merupakan personel ALRI yang telah mendapat pelatihan di Underwater Demolition Team di Amerika Serikat.

Letnan Joko dan Sersan Emil keluar dari kapal selam kelas Whiskey RI Tjakra di kedalaman sebelas meter.

Baca: Ayu Ting Ting Sebut Buku Nikah ke Raffi Ahmad, Sindiran Pernikahan

Baca: Kisah Kopaska Dibekali Kondom saat Operasi Trikora 1962, Ternyata Itu Efektif Jadi Senjata Rahasia

Baca: Pangkoopsau Ditodong Senjata Pasukan Interfet, 80 Anggota Paskhas Siap Genggam Granat, 1999

Mereka muncul sejenak dengan peralatan selam lengkap ke permukaan.

Beberapa saat kemudian ledakan dahsyat terdengar. Markas ALRI sampai berguncang saking kerasnya ledakan.

Ledakan itu tak dirancang untuk menghancurkan, sekadar menunjukkan kemampuan pasukan katak.

Walau begitu, lumpur dermaga sampai muncrat tinggi ke angkasa.

Setelah ledakan, muncul Joko dan Emil dari kolong dermaga.

Rupanya mereka berdua adalah pelaku demo peledakan yang menggetarkan itu.

Joko dan Emil yang mengenakan perangkat Scuba dan tubuh penuh lumpur, mendekati Soekarno di podium.

Semua hadirin terkagum-kagum melihat aksi pasukan komando tersebut.

Komandan Pasukan Katak
Komandan Pasukan Katak (Tribunnews)

Bung Karno yang mengenakan pakaian kebesaran putih-putih tak risau disalami dua prajurit yang tangannya masih belepotan lumpur itu.

Soekarno malah tersenyum bangga. Dengan kagum, Soekarno menepuk pundak kedua anggota pasukan katak itu.

"Angkatan Lautku lengkap sudah," mungkin itu yang ada di pikiran Soekarno saat itu.

Aksi itu pula yang membuat Soekarno mantap memerintahkan ALRI membentuk Komando Pasukan Katak.

Dua tahun kemudian, 31 Maret 1962, pasukan elite ini dibentuk.

Baca: Sudah 576 Gempa Susulan Terjadi Sampai Minggu

Saat itu suasana di tanah air sedang tegang. Indonesia terlibat konfrontasi dengan Belanda dalam perebutan Irian Barat.

Kopaska berdiri dengan motto Tan Hana Wighna Tan Sirna. Tak ada rintangan yang tak bisa dilewati.

Perekrutan dan Latihan Dirahasiakan

Untuk merekrut anggota Komando Pasukan Katak, pada Akhir Januari 1962, Markas Besar AL memanggil sejumlah personel korps pendidikan jasmani AL dengan kepangkatan mulai dari tamtama sampai perwira pertama (Pama).

Jika dijumlah, personel yang terkumpul saat itu mencapai 17 orang, dengan pangkat mulai dari kopral sampai kapten.

Mereka kemudian diwajibkan ikut dalam tes Lapsi AL dan kesamaptaan, termasuk di dalamnya tes menyelam selama beberapa menit (decompresion chamber).

Dari hasil seleksi ternyata hanya ada 12 orang yang dinyatakan lulus.

Soekarno dan Kopaska
Soekarno dan Kopaska ()

Awal Februari 1962 mereka mulai melaksanakan latihan fisik sekaligus juga menjalani pendidikan ke-Kopaska-an.

Pelatihan diberikan oleh para senior TNI AL yang pernah mendapat pelatihan khusus di AS, yakni Mayor O.P Koesno, Mayor Urip Santoso, dan Mayor Emil Joseph.

Pelatihan dan pendidikan yang kemudian diberikan meliputi penyelaman ringan dengan alat pemyelam khusus (SCUBA), penggunaan bahan peledak di dalam air, renang jarak jauh siang/malam, latihan peledakan bawah air/darat dalam rangka pembersihan tumpuanpantai pendaratan, teknik sabotase, menembak menggunakan pistol, dan taktik prosedur pelarian.

Pendidikan dan latihan itu khusus itu sebenarnya merupakan bagian dari perjalanan pembentukan Grup Instruktur.

Baca: Peserta Belajar Bersama Maestro Tampilkan Hasil Workshop

Seiringan dengan perjalanan waktu pelaksanaan pelatihan, para personel Grup Instruktur ditempatkan di Hotel Thamrin, Tanah Abang, Jakarta.

Suatu penyediaan fasilitas yang sebenarnya cukup ‘wah’ pada saat itu tapi sebenarnya juga karena memiliki tujuan dan alasan khusus.

Yakni dengan alasan menjaga kerahasiaan, dan identitas mereka saat juga disamarkan.

Oleh karenanya di lingkungan hotel mereka tidak berperilaku seperti tentara.

Sementara untuk pendidikan dan pelatihan bawah air, mereka diarahkan untuk menggunakan kolam renang Gelora Senayan.

Meski waktu itu kolam renang tersebut baru saja rampung dibangun dan masih ada sedikit pekerjaan pembenahan di sana-sini.

Pada 31 Maret 1962, ketika para calon instruktur Kopaska itu sedang asyik latihan. Suatu inspeksi yang dilakukan secara mendadak mengejutkan mereka.

Saat itu Grup Instruktur memang sedang melaksanakan schedule latihan.

Sejumlah pejabat tinggi AL, termasuk di dalamnya Menpangal (Menteri Panglima AL) Laksamana Madya RE Matadinata, tiba-tiba berkunjung ke Kolam Renang Senayan.

Banyak yang mengira kunjungan itu adalah inspeksi biasa.

Tetapi siapa sangka, pada kesempatan itu Laksamana Martadinata ternyata langsung mengadakan upacara sederhana dalam rangka meresmikan berdirinya Komando Pasukan Katak Angkatan Laut.

Meskipun masih belum percaya, semua personel Grup Intruktur yang hanya bercelana pendek dan mengenakan kaus tanpa sepatu segera berbaris rapi untuk menyelenggarakan upacara peresmian berdirinya Kopaska.

Kopaska TNI AL
Kopaska TNI AL ()

Belakangan baru ketahuan alasan peresmian berdirinya Kopaska yang unik itu, karena mereka akan segera ditugaskan dalam misi militer Operasi Trikora demi membebaskan Irian Barat (1962-1964) yang kemudian berhasil secara gemilang.

Komando Pasukan Katak disingkat Kopaska adalah pasukan khusus dari TNI Angkatan Laut. Semboyan dari korps ini adalah "Tan Hana Wighna Tan Sirna" yang berarti "tak ada rintangan yang tak dapat diatasi".

Baca: Tim Petembak Indonesia Keluhkan Fasilitas Pelatnas, Hanya Disediakan Karpet Sebagai Tempat Tidur

Korps ini secara resmi didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Indonesia waktu itu Soekarno untuk membantunya dalam masalah Irian Jaya. Pasukan khusus ini sebenarnya sudah ada sejak 1954.

Bapak dari Kopaska adalah Kapten Pelaut Iskak dari sekolah pasukan katak angkatan laut di pangkalan angkatan laut Surabaya.

Tugas utama dari pasukan ini adalah peledakan/demolisi bawah air termasuk sabotase/penyerangan rahasia kekapal lawan dan sabotase pangkalan musuh, torpedo berjiwa (kamikaze), penghancuran instalasi bawah air, pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih besar serta antiteror di laut/maritime counter terorism . Jika tidak sedang ditugaskan dalam suatu operasi, tim tim Detasemen Paska dapat ditugaskan menjadi pengawal pribadi VIP seperti Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.

Tulisan ini bersumber dari buku: Kopaska Spesialis Pertempuran Laut Khusus TNI AL 2012.

TRIBUN JAMBI DI INSTAGRAM:

Baca: Ketika Kelompok Perompak Abu Sayyaf di Filipina, Harus Berurusan dengan Denjaka dan Kopassus

Baca: Kisah Asmara Kopassus, Saking Sayang ke Istri, Jenderal Benny Tiap Hari Bawa Bekal ke Kantor

Baca: Peristiwa 1958, Kisah Pasukan RPKAD Harus Bertempur Hingga Habis Lawan Teman Sendiri yang Membelot

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved