Lewat Buku ini, Presiden Rusia Menguak Rahasia dan Kesukaan Soekarno, Satu Diantaranya. .
Banyak yang masih menjadi misteri dari Presiden Pertama Indonesia, ir Soekarno. Tahun 1960, kepala pemerintahan Sovyet
Kami, anggota Presidium, mengikuti kegiatannya melalui informasi yang disampaikan oleh TASS, yang menghimpun potongan artikel surat kabar dari seluruh dunia.
TASS mengumpulkan begitu banyak bahan, sampai-sampai kami tidak dapat memahaminya. Kami memilih bagian-bagian yang penting untuk menjadi bahan perhatian.
Dengan cara demikian kami dapat mempelajari kelebihan Soekarno, yaitu kebijaksanaan netralnya. Kami membaca bahwa ia telah membina persahabatan yang baik dengan Yugoslavia.
Baca: 10 Artis dengan Bayaran Tertinggi di Instagram 2018 versi Hopper HQ, Sekali Posting Rp 10 Miliar
Tetapi setelah beberapa tahun berlalu, Indonesia bersikap lebih dekat dengan Rusia. Kami membina hubungan perekonomian dan membantu Indonesia dalam mengolah sumber daya alamnya. Kami mulai mengenal Soekarno lebih dekat.
Ia memberikan kesan tersendiri sebagai seorang pemimpin yang baik, terpelajar dan cerdas. Kecerdasan dan pengetahuan tidak selalu timbul bersamaan.
Saya telah banyak mengenal orang-orang yang sangat terpelajar tapi tidak mempunyai otak dan saya juga mengenal orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan formal dengan cukup, tapi punya kemampuan intilegensia yang tinggi. Soekarno terpelajar dan punya otak.
Sudah tentu ia punya juga kelemahan. Kami tidak selalu sependapat dengan cara-cara yang digunakannya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dan ada beberapa tindakannya yang tidak mudah untuk dipahami.
Saya ingin menceritakan secara terperinci mengenai perjumpaan saya dengan Soekarno dan Indonesia.
Kami sangat berharap mendapatkan undangan untuk mengunjungi Indonesia. Saya ditunjuk untuk memimpin delegasi kami.
Seperti yang sudah digariskan, kamerad Gromyko harus menyertai saya ke setiap negara yang saya kunjungi.
Baca: 15 Orang Asing Terdata, Tim Pengawasan Dibentuk Hingga ke Desa
Kami terbang ke Indonesia menggunakan pesawat II-18s. Sempat mendarat sebentar di India dan Birma dalam perjalanan dan kemudian mendarat di Sumatra.
Kami disambut kerumunan massa yang banyak sekali jumlahnya dan penyambutan sangat megah.
Presiden Soekarno menyambut kedatangan kami. Tampaknya ia menyukai upacara besar-besaran. Ia mempunyai kemampuan sebagai aktor.
Ini termasuk di antara beberapa kelemahannya. Sebagai contoh, ketika pemerintah Indonesia minta bantuan ekonomi, Soekarno sangat mengharapkan kami untuk membantunya dalam pembuatan sebuah stadion raksasa.
Saya agak terkejut. Sebuah stadion yang megah hanyalah bentuk penghamburan uang bagi Indonesia.