Lewat Buku ini, Presiden Rusia Menguak Rahasia dan Kesukaan Soekarno, Satu Diantaranya. .

Banyak yang masih menjadi misteri dari Presiden Pertama Indonesia, ir Soekarno. Tahun 1960, kepala pemerintahan Sovyet

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Istimewa
Alex Mendur, Frans Mendur, dan Soekarno 

"Mengapa Anda menginginkan stadion?" saya bertanya. "Sebagai tempat untuk mengumpulkan massa," katanya.

Kami memberinya teknisi dan bantuan kredit seperti yang ia minta. Ketika saya tiba di Indonesia, Soekarno mengundang saya untuk menyaksikan sendiri bagaimana pembangunan dilaksanakan.

Baca: AHM Luncurkan Motor Retro Klasik Honda Super Cup 125, Tebak Harganya?

Ia mengajak saya untuk berpotret bersama dengan memegang sebuah martil balon. Soekarno memang mempunyai kemampuan sebagai pemain teater, tapi justru itulah yang tidak berkenan di mata saya.

Sudah tentu Nehru juga senang pidato dan muncul di hadapan umum, tapi Nehru tidak pernah punya niat untuk membangun sebuah stadion yang memerlukan biaya besar, kalau hanya digunakan untuk mengumpulkan massa dalam jumlah besar.

Setelah kami tiba di Jakarta, ia mengusulkan, "Bagaimana seandainya kalau Anda berkunjung untuk melihat-lihat kehidupan petani kami? Kami akan menyelenggarakan sebuah perayaan di desa dan mempertunjukkan sebuah kesenian rakyat untuk Anda."

Saya setuju. Beberapa saat kemudian waktunya untuk berangkat sudah tiba, tapi Soekarno belum tampak untuk menjemput saya.

Saya menunggu dan menunggu. Akhirnya Soekarno mendatangi saya dan kami berkeliling kota. Kemudian saya menyadari apa yang menyebabkan keterlambatan.

Baca: Meski Finish di Urutan 10 pada MotoGP Ceko 2018, Valentino Rossi Tetap Bisa Cetak Rekor Baru

Rupanya sebelumnya diatur agar sepanjang jalan dari Jakarta sampai di desa dipenuhi petani yang menyambut dan melambai-lambaikan tangan ketika kami lewat. Saya sama sekali tidak menyukainya.

Saya mengakui bahwa dulu pun kami sering melakukan penyambutan semacam itu.

Tapi kadang-kadang rakyat yang mengambil bagian, sebenarnya tidak menyukainya.

Selama perjalanan, ia tidak memberikan kesempatan pada saya untuk keluar dari mobil, sampai kami tiba di sebuah desa kecil.

Saya dikejutkan oleh keadaan rumah dan orang desa. Rakyat tinggal di dalam gubuk bambu dan tidur di balai-balai.

Lalu kami pergi lebih jauh lagi. Ada sebuah pertunjukan akan disuguhkan kepada kami, yaitu semacam upacara yang menggambarkan kehidupan manusia.

Pertama-tama muncul segerombolan bayi yang baru dilahirkan, kemudian pesta pernikahan dan akhirnya pemakaman.

Baca: Shakira Aurum Derita Leukimia, Hal Ini yang Bisa Bikin Sang Ayah Sejenak Lupa Kesedihannya

Pertunjukan ini mengingatkan saya pada buku yang diterbitkan oleh Sytin berjudul Life from Birth to Death.

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved