Bagaimana Eksistensi Radio di Era Digital? Begini Komentar Para Penyiar
Suara merdu dari sang penyiar mampu menarik telinga para pendengarnya untuk tetap setia.
Penulis: Nurlailis | Editor: Teguh Suprayitno
Laporan Wartawan Tribun Jambi Nurlailis
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Radio memiliki basis pendengar dengan karakteristik yang lebih spesifik. Suara merdu dari sang penyiar mampu menarik telinga para pendengarnya untuk tetap setia.
Di era digital seperti ini, bagaimana eksistensi radio dibandingkan era analog?
Menurut satu diantara penyiar radio Jambi, Artha, radio itu sampai kapanpun tidak akan pernah hilang.
“Radio itu dimanapun, kapanpun, sedang melakukan apapun, kita bisa mendenarkannya. Terlebih sekarang untuk mendengar radio tidak perlu radio dalam bentuk fisik seperti dulu. Sekarang sudah ada di aplikasi hp, website dan sebagainya,” ungkapnya.
Ia menceritakan pengalaman jadi penyiar dari dulu hingga sekarang. Menurutnya lebih enak zaman sekarang karena dulu untuk musik masih menggunakan kaset sehingga harus menggulung kaset. Berbeda dengan sekarang yang tinggal klik saja.
“Terlebih sekarang sudah ada beragam sosial media yang juga membuat lebih dekat dengan pendengar,” ujarnya.
Mengenai arti pendengar menurutnya, pendengar adalah sahabat. Karena kalau sahabat pasti selalu mendengarkan kita. Sampai sekarangpun masih ada yang namanya penggemar rahasia yang suka mengirim makanan ke radio.
Sejak 2004 sudah banyak program yang ia bawakan. Ia mengaku senang bisa terus siaran walau zaman telah berganti.
“Kadang memang suka jenuh tapi kalau lagi liburan malah rindu siaran,” ucapnya.
Ia pun berpesan kepada generasi milenial saat ini yang memiliki keinginan untuk jadi penyiar radio.
“Tetap berpegang pada ilmu padi yang makin berisi makin merunduk. Karakter orang mengajari itu beda-beda, tetap terima kritikan dan jadikan motivasi untuk maju. Jangan berhenti belajar dan jangan menganggap diri lebih baik. Juga jangan jadikan pendengar itu pendengar tapi jadikan mereka sahabat,” tuturnya.
Sedangkan menurut Gita Savana, penyiar radio yang tergolong baru menurutnya alasan kenapa menjadi penyiar karena itu profesi yang keren.
Meski tergolong baru ia merasa terkesan jika dicari oleh pendengar. “Pendengar programku, kalau aku ga siaran dia nanyain, Gita-nya ke mana. Jadi merasa spesial aja gitu,” ucapnya.
Mengenai suka duka ia menyebutkan pasti segala hal ada suka dukanya. “Kalau lagi ga mood sebagai penyiar harus bisa menyembunyikan. Harus akting kalau kita baik-baik saja,” ungkapnya.
