Dengan ROV, Jasad dan Bangkai KM Sinar Bangun Terekam Utuh di Kedalaman 450 Meter di Danau Toba
Titik terang buat pencarian KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba.
"Besok kita cari lagi. Baru kita pikirkan bagaimana kemungkinan mengangkat korban tersebut," kata Syaugi kemarin.
KM Sinar Bangun tenggelam dalam perjalanan dari Pelabuhan Simanindo, Samosir, ke Tigaras pada Senin (18/6/2018) sekitar pukul 17.30 WIB.
Baca: Kisah Romantis Bintang Piala Dunia - Menikahi Teman Masa Kecil Hingga Penyapu Jalanan Jatuh Cinta
Baca: Diduga Stres Karena Sakit, Ini Kronologi Pria Bunuh Diri di Rantau Api dengan Tali Kawat
Kapal tersebut berlayar tanpa dokumen manifes penumpang dan diketahui dalam kondisi tidak memenuhi standar keselamatan, seperti ketersediaan life jacket.
Terkait tenggelamnya KM Sinar Bangun, nakhoda berinisial SS ditetapkan sebagai tersangka.
Polisi juga menetapkan tiga orang tersangka lainnya dari Dinas Perhubungan Sumut.
Ketiganya adalah Kepala Bidang Angkutan Sungai dan Danau Rihard Sitanggang, Kapos Pelabuhan Simanindo Golpa F Putra, dan pegawai honorer Dishub Samosir Karnilan Sitanggang.
Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi mengaku kementerian yang dipimpinnya akan menjalankan aturan secara baik dari pemerintah, terkait proses pencarian jenazah dan KM Sinar Bangun yang karam di Danau Toba.
Ia mengatakan, hal pertama yang difokuskan saat ini adalah pencarian jenazah para penumpang yang diperkirakan masih terjebak dalam badan kapal.
"Jika kapal itu diangkat, yang kita tunggu adalah temukan jenazah," ujar Budi Karya.
Namun tidak hanya jenazah yang harus ditemukan, bangkai kapal itu pun harus diangkat.
Baca: VIDEO: 10 Jasad Korban Tenggelamnya KM Sinar Bangun Terekam Robot ROV
Baca: Kisah Romantis Bintang Piala Dunia - Menikahi Teman Masa Kecil Hingga Penyapu Jalanan Jatuh Cinta
Hal itu karena menurutnya, KNKT membutuhkan bangkai KM Sinar Bangun untuk keperluan evaluasi.
Agar bisa diketahui dari segi teknis, terkait kelayakan bentuk rancangan kapal hingga surat perizinan yang berlaku.
"Tapi dari segi teknis, KNKT kita dapat mengevaluasi apa jenis bentuk rancang bangun, kestabilan yang ada pada kapal, penuh syarat atau tidak, apa proses perizinan berlaku atau mengeluarkan surat," kata Budi Karya.
Oleh karena itu, mantan Presiden Direktur PT Angkasa Pura II itu menekankan bahwa mendapatkan bangkai kapal itu merupakan hal penting kedua, selain mengangkat seluruh jenazah korban yang masih berada di Danau Toba.
"Mendapatkan kapal sangat penting, selain kita melakukan upaya yang semestinya," tegas Budi Karya. (Tribun Network/fit/rin/wly)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: