Tepat Hari ini, Soeharto Mundur dari Kekuasaannya di Tanggal 21 Mei 1998, Berikut Kilas Baliknya
Runtuhnya Orde Baru dan juga diperingatinya sebagai momentum gerakan reformasi yang terjadi pada 20 tahun
Menteri Pertahanan Keamanan yang juga Panglima ABRI Wiranto misalnya, yang menganggap pernyataan Harmoko bersama Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad itu sebagai sikap individu dan bukan lembaga.
Baca: Sandal Beruliskan Huruf Arab, Warganet Geger, Sempat Marah Akhirnya Malu Sendiri
Meski begitu, Soeharto terus mencermati perkembangan politik yang terjadi.
Pada 18 Mei 1998 malam, sekitar pukul 21.30 dia menerima laporan perkembangan dari empat Menteri Koordinator.
Saat itu, ada wacana agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan dan tidak sekadar dirombak.
Ini diperlukan agar orang yang terpilih tidak malu.
Namun, belum sempat wacana itu muncul, Soeharto mengatakan, "Urusan kabinet adalah urusan saya."
Baca: Paling Ditunggu! 2018 Billboard Music Awards Penampilan BTS Bawakan Lagu FAKE LOVE
Para menko itu heran karena Soeharto sudah tahu, hingga tidak ada yang berani membicarakan wacana itu.
Kemudian esok harinya, 19 Mei 1998, Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat di kediamannya, Jalan Cendana, Jakarta Pusat.
Usai pertemuan yang juga dihadiri tokoh seperti Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid itu, Soeharto menyatakan bahwa dia akan melakukan reshuffle kabinet dan membentuk Komite Reformasi.
Menurut Nurcholish, ide itu murni datang dari Soeharto.
Baca: Peringati 20 Tahun Reformasi, SBY : Bisa Ada Reformasi Lagi di Masa Depan
Tidak ada tokoh yang menyampaikannya kepada Bapak Pembangunan tersebut.
Tokoh seperti Nurcholis dan Gus Dur pun menolak terlibat dalam Komite Reformasi.
Di luar Cendana, penolakan juga disuarakan sejumlah tokoh.
Amien Rais misalnya, yang mempermasalahkan kapan pemilu itu akan dilaksanakan.
Menurut Amien, hal terpenting saat itu adalah mundurnya Soeharto.
Baca: Awas, Politik Uang Berkedok Sedekah, Bawaslu Minta Waspada Modus Kandidat