Dituntut Hukuman Mati Oleh JPU, Ketua Teroris JAD Aman Abdurrahman Keluarkan Secarik Kertas

Aman Abdurrahman pun melakukan hal dalam persidangan yang sedang berlangsung dalam penentuan vonis dirinya.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Aman Abdurrahman 

Mereka ditangkap di beberapa lokasi di tiga derah, yakni Kota Tanjungbalai, Kabupaten Asahan dan Kota Medan, pada Selasa (15/5). Dari 11 orang itu, dua di antaranay Budi dan Hendra.

Si mantan terpidana teroris mengklaim, Budi cukup lama belajar serta mendapatkan binaannya dan bekerja pada usaha bekam miliknya, sebelum ditangkap Densus-88.

Baca: 7 Negara yang Bersedia Membayar Pria Untuk Menikah dengan Wanita Lokalnya, Cekidot!

Tapi, ketika ia ditangkap, Budi berangkat ke Jakarta sekaligus bergabung ke Abu Jibril di Tangerang, Banten.

Diketahui, Abu Jibril pernah dituding terlibat dalam aktivitas Jamaah Islamiyah serta organisasi Kumpulan Mujahidin Malaysia (KMM) yang disebut-sebut terkait terorisme.

Ia pernah ditahan Pemerintah Malaysia selama tiga tahun.

Selain itu, Abu Jibril pernah dijebloskan 10 bulan penjara lantaran memberikan identitas palsu saat membuat paspor di kantor Imigrasi KBRI Kuala Lumpur, pada November 1999.

Bahkan, Ridwan Abdul Hayyie, putra dari Abu Jibril tewas di Suriah saat bergabung dengan ISIS berperang melawan tentara Suriah.

Ridwan atau dikenal Abu Omar meninggal dunia karena terkena peluru tank milik tentara pemerintah Suriah.

Baca: Heboh Terduga Teroris Ganteng di Tangerang, Ini Sosoknya Tegap dan Tampannya

Selama di Suriah, Abu Omar bergabung dengan pemberontak Jabhat Al Nusra yang merupakan cabang dari kelompok teroris Al-Qaeda.

"Begitu Muhammad Jibril dihukum lima tahun penjara, Budi menjengguk. Dan kami bertemu, berbincang. Pada saat itu, Desember 2010. Saya menduga, Budi dan Hendra terkoneksi dengan kelompok di Surabaya. Kalau Hendara dulunya tukang becak," katanya.

Sejak Desember 2010 tidak pernah lagi bertemu dengan Budi dan Hendra, lantaran ia sudah bertobat.

Namun, ideologi Budi dan Hendra tidak kuat sehingga tidak dianggap begitu membahayakan. Namun, yang pernah diwaspadai adalah Reza.

Beberapa tahun belakangan ini, Reza merupakan mentor Budi dan Hendra dan masih banyak binaan Reza di Tanjungbalai.

Tapi, jaringan di Tanjungbalai terkoneksi dengan Medan, sehingga secara bersamaan beberapa teroris juga ditangkap di Medan.

Menurutnya, sel jaringan teroris di Kota Medan cukup banyak, serta berbeda-beda kelompoknya.

Tapi, seluruhnya terhubung langsung ke jaringan ISIS di Indonesia.

Baca: Bocah 11 Tahun Asal Bogor, Rekrutan ISIS yang Bisa Bongkar Senapan dalam 32 Detik

Namun, ia tidak begitu mengenal jaringan atau kelompok jaringan ekstrem di Medan karena tidak lagi berkomunikasi.

"Saya sudah dianggap pengkhianat, murtad, ada 22 orang mantan terorisme sudah tidak lagi berkomunikasi dengan jaringan yang ada. Jadi, banyak muncul kelompok baru, seperti kelompok Sawaluddin yang menyerang Polda Sumut. Tapi, sel jaringan di Medan umumnya pecahan dari NII," ujarnya.

(tio/cr15)

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Aman Abdurrahman Berikan Surat Ke Pengacara, Isinya Sungguh Tak Terduga, http://bangka.tribunnews.com/2018/05/18/aman-abdurrahman-berikan-surat-ke-pengacara-isinya-sungguh-tak-terduga?page=all.

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved