Mengenal Pramudya Ananta Toer 'Pram Tidak Pernah Tahu Urusan Dapur Kerjanya Cuma'
Sastrawan kawakan Pramudya Ananta Toer, yang karyanya selama ini menjadi inspirasi orang dalam memaknai sejarah
Berpuluh lembar surat, foto-foto yang sudah memudar dipajang di diorama, termasuk tiruan ruang kerja Pram dan lembar-lembar ensiklopedia yang belum sempat jadi.
Salah satu ensiklopedia yang belum selesai itu adalah Ensiklopedia Citrawi Indonesia, kumpulan sejarah nusantara yang mulai Pram susun sejak 1958.
Sempat terhenti lantaran dia harus ditahan di Nusakambangan dan kemudian di Pulau Buru, Pram kemudian melanjutkan penyusunan ensiklopedia ini pada tahun 1980an, setelah dia dibebaskan dari Pulau Buru.
"Panjangnya bisa sampai 16 meter," cetus Titi.
"Ensiklopedia Citrawi Indonesia, itu sebagian sudah dirampas sama pemerintah. Jadi ini tinggal sebagian, penggalan-penggalan," imbuhnya.
Lalu bagaimana sang putri memandang ayahnya yang tak pernah berhenti menjadi inspirasi banyak orang demi memaknai sejarah perjuangan di tengah berbagai penindasan?
"Oh dia bapak yang baik, bapak yang adil yang bijaksana," ujarnya sambil tersenyum.
Dia lalu menuturkan bahwa selama ayahnya hidup, Pram tidak pernah berhenti bekerja sampai-sampai sang ibu membebas tugaskan ayahnya untuk urusan dapur.
"Pram itu tidak pernah tahu urusan dapur. Jadi ibu bilang 'Papah ini aja, menulis. Urusan dapur, urusan saya.' Jadi Pram seumur hidupnya bekerja, bekerja terus makanya dia menghasilkan banyak karya," tutur Titi.
Siapa sangka, pameran arsip Pram ini bermula dari nazar yang diucapkan Happy Salma, artis yang menjadi sutradara pementasan Bunga Penutup Abad, adaptasi dari karya Pram, Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa dua tahun lalu.
"Apabila pementasan ini menuai kesuksesan, saya ingin sekali membuat sebuah pameran yang berfokus pada Pram. Karya-karya Pram telah memberikan pengaruh besar dalam cara saya memandang dan menjalani hidup," tutur Happy.
Dia lalu mengungkapkan pameran ini merupakan bentuk rasa terima kasihnya untuk Pram yang secara tidak langsung menjadi guru hidupnya.
"Saya ingin lebih banyak lagi orang yang tahu tentang Pram dan membaca karya-karyanya. Bahwa karya sastra mampu menggerakkan hati banyak orang dan membangun karakter seseorang dan pada akhirnya karakter bangsa adalah benar," kata dia.
Gaung bersambut, pemilik Dia.Lo. Gue Artspace yang juga penggemar Pram, Engel Tanzil menyediakan ruang agar arsip dan bibliografi Pram bisa dinikmati khalayak.
"Pelan-pelan kami berproses bersama untuk mencari fokus dari pameran ini. Pameran inipun tidak mungkin terselenggara tanpa kerja sama dari keluarga besar Pramoedya Ananta Toer," ujar Happy.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/20171003_titin-sumarni_1_20171003_112126.jpg)