Mengenal Pramudya Ananta Toer 'Pram Tidak Pernah Tahu Urusan Dapur Kerjanya Cuma'

Sastrawan kawakan Pramudya Ananta Toer, yang karyanya selama ini menjadi inspirasi orang dalam memaknai sejarah

Editor: rida
net
ILUSTRASI Buku Rahasia Hidup R.A. Titin Sumarni 

Surat menyurat memang sudah menjadi kebiasaan Pram dan keluarganya untuk bertukar kabar selama satu dekade mereka terpisah.

Sayangnya, mereka harus mati-matian bersabar untuk menerima balasan dari sang ayah yang sepulangnya dari Pulau Buru memiliki hobi membakar sampah.

Itu diakui oleh salah satu putri Pram, Astuti Ananta Toer, "Kalau surat, kirim surat dari Jakarta ke Pulau Buru itu satu tahun. Lain halnya kalau ada pejabat yang mau ke Pulau Buru, kita baru titip," kepada BBC Indonesia usai membuka pameran 'Namaku Pram: Catatan dan Arsip' di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Selasa (17/04)

Itu pun butuh waktu berbulan-bulan untuk menanti pejabat yang kebetulan akan berkunjung ke Pulau Buru.

"Pak Pram tuh biar pun dia di Pulau Buru, dia pasti mengirim surat selalu. 'Hormatilah ibumu, sayangilah ibumu, jangan sakiti hati ibumu'. Selalu dia bilang seperti itu di dalam surat," ungkap perempuan yang akrab disapa Titi itu.

Dalam surat-surat balasannya dengan tulisan tangan yang sangat rapi, Titi bercerita banyak hal, termasuk celotehnya soal cedera kepala yang harus dideritanya lantaran kecebur got.

Gaya bertuturnya sangat runtut dan lugas, mirip seperti ayahnya.

Mengenal Pram lebih dekat

Surat-surat Titi kepada sang ayah merupakan salah satu dari surat-surat anak-anak Pram yang kini sedang dipajang dalam pemeran bertajuk Namaku Pram di Dia.Lo. Gue artspace, Kemang.

Pameran arsip dan catatan penulis yang sudah menulis lebih dari 50 judul buku seumur hidupnya ini membuat kita lebih mengenal dia secara lebih dekat.

Pameran ini memperlihatkan bagaimana Pram mengumpulkan cerita, mencari data, menjilid potongan-potongan berita untuk kemudian dirangkai dan diceritakan kembali, melalui tokoh-tokoh yang telah menggerakkan pemuda-pemudi yang tak terhitung jumlahnya.

Selama ini, Titi menjelaskan, orang mengenal Pram dari karyanya, namun tidak pernah tahu bagaimana proses berkarya seorang Pram.

"Jadi Pram itu menulis bukan asal menulis saja, Pram menulis hasil riset. Hasil Pram mempelajari sekian tahun untuk mendapatkan karyanya," papar Titi.

"Untuk membuat seperti Bumi Manusia saja, Pram itu harus berhari-hari di perpustakaan," ungkapnya kemudian.

Di balik buku-buku, tumpukan hasil riset yang dilakukannya bertahun-tahun, catatan-catatan soal ingatan yang dimilikinya dan sikap yang dibentuk oleh ketidakadilan yang dirasakan sekelilingnya, masih banyak tentangnya yang tidak diketahui, tertimbun dalam tumpukan buku dan pelan-pelan jadi tipis tergerus zaman.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved