Kerap Dicemooh, Polisi Ini Tak Gentar Terus Nyambi Jadi Tukang Angkut Sampah

Pengelolaan sampah telah lama menjadi masalah bagi masyarakat Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung.

Editor: Nani Rachmaini
Surya/David Yohanes
Aiptu Trisih dengan mobil pikapnya yang biasa dipakai untuk mengangkut sampah 

TRIBUNJAMBI.COM, TULUNGAGUNG - Pengelolaan sampah telah lama menjadi masalah bagi masyarakat Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung.

Karena tidak ada tempat pembuangan sampah sementara, warga membuang sampah sembarangan.

Dampak yang paling kelihatan ada di Kalitelu, perbatasan Kecamatan Gondang dengan wilayah Kabupaten Trenggalek.

Di titik ini berubah menjadi tempat pembuangan sampah liar. Setiap hari warga yang tidak bertanggung jawab membuang sampah seenaknya.

Berangkat dari keprihatinan itu, Aiptu Trisih Setyono (55), anggota Polsek Gondang ini berinisiatif mengadakan mobil pembuangan sampah.

Usul ini pernah disampaikan di rapat Desa Ngrendeng, Kecamatan Gondang tempatnya tinggal, namun usul ini ditolak.

“Sebenarnya pemerintah desa tidak menolak, tapi ada sejumlah warga yang menolak usul itu,” ucap Trisih.

Meski mendapat penolakan, Trisih bertekat mewujudkan cita-citanya untuk mengadakan mobil pembuangan sampah mandiri.

Dibantu dua orang temannya, Trisih membeli sebuah mobil pikap untuk mengangkut sampah rumah tangga pada awal 2016 silam.

“Waktu itu modal awalnya Rp 15 juta untuk beli pikap jelek. Pokoknya bagaimana bisa membuang sampah agar tidak berceceran,” tutur Trisih.

Awalnya Trisih dan seorang temannya, Kukuh hanya mengambil sampah di Desa Ngrendeng. Ternyata dari mulut ke mulut banyak warga yang memesan jasanya.

Setiap dua hari sekali Trisih dan Kukuh mengangkut sampah yang sudah dikumpulkan warga, dan langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Segawe, Kecamatan Pagerwojo.

Lambat laun permintaan jasa pembuangan sampah ini datang dari desa-desa sekitar, seperti Wonokromo, Patoman, Bendungan hingga ke Desa Karanganom Kecamatan Kauman dan Desa Baruharjo Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek.

Mobil pikap yang dijadikan armada pengangkut sampah mulai kewalahan melayani warga.

“Awal tahun 2017 kami menjual pikap, terus kami kredit mobil truk engkel. Harganya waktu itu Rp 60 juta,” ungkap Trisih.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved