6 WNI Jadi Sandera Saksikan Pertempuran Milisi Penguasa Benghazi Vs ISIS, Ada Bom Nyasar
"Sampai Desember 2017, kami masih melihat dengan jelas pertempuran antara kelompok milisi yang menguasai Benghazi dengan milisi ISIS"
Baca: Taruhan Rp 2 Miliar Hotman Paris Untuk Kasus Syahrini, Ada yang Berani Tantang?
Namun demikian, baru pada akhir Desember 2017, KBRI Tripoli memperoleh akses komunikasi langsung kepada kelompok bersenjata di Benghazi.
Dari komunikasi itulah, KBRI Tripoli berhasil mendapatkan persetujuan dari kelompok penyandera untuk memberikan akses komunikasi bagi enam WNI.
"Akses komunikasi tersebut memudahkan Pemerintah Indonesia untuk mendapatkan proof of life dan memonitor kondisi para WNI," ungkap Kemenlu.
Kronologi pembebasan
Dalam sambutan pengantarnya, Menlu Retno menyampaikan proses pembebasan bukan perkara mudah.
Selain karena situasi keamanan di Benghazi, Libya, yang masih sangat rawan, situasi politiknya juga sangat kompleks, katanya.
Benghazi saat ini dikuasai oleh kelompok bersenjata anti pemerintah pusat Libya di ibu kotanya, Tripoli.
Sebagian besar negara anggota PBB, termasuk Indonesia, hanya mengakui pemerintahan di Tripoli.
"Ini bukti bahwa meskipun penuh resiko dan memakan waktu relatif lama, namun pemerintah akan selalu melakukan upaya terbaik untuk melindungi WNI dimanapun mereka berada", tegas Menlu Retno kepada keluarga enam WNI yang berhasil dibebaskan.
Menlu Retno mengungkapkan, setelah melalui perencanaan matang, dengan didahului komunikasi intensif dengan pihak-pihak di Benghazi, pada 23 Maret tim gabungan KBRI Tripoli, Kemlu dan Badan Intelijen Negara (BIN) menuju Benghazi dengan jalur udara melalui Tunisia.
Setelah beberapa kali tertunda, akhirnya tim mencapai kesepakatan dengan pihak-pihak di Benghazi tentang mekanisme dan lokasi penyerahan sandera, yaitu di pelabuhan Benghazi, 27 Maret 2018, pukul 12.30 waktu setempat.
"Saya mengapresiasi rekan-rekan kami di KBRI Tripoli yang sudah bekerja keras dan mengambil resiko untuk pembebasan ini," kata Menlu Retno. Dia juga mengapresiasi semua anggota tim yang langsung terlibat dalam pembebasan sandera.
Saat ini, Kementerian luar negeri Indonesia masih terus berkoordinasi dengan pemilik kapal di Malta guna memastikan pemenuhan hak-hak enam ABK yang belum dipenuhi oleh pemilik kapal. (*)
Artikel ini tayang di BBC: Kisah enam WNI yang disandera kelompok bersenjata di Libya: 'Kami bertahan hidup dengan menjual ikan teri'
Baca: 2 Anak SD di Tebo Diduga Jadi Korban Pencabulan Guru Agama, Kapolsek: Belum Terima Laporan
Baca: Nagita Slavina dan Ayu Ting Ting Tak Baik-baik Saja, Raffi Ahmad Salah Tingkah Soal 2 Istri