Bukan Karena Peluru dan Penjajah, Jenderal Soedirman Panglima Pertama Indonesia Wafat Karena Kuman

Pada tanggal 29 Januari 1950 ia meninggal dunia di Rumah Peristirahatan Tentara Badakan, Magelang.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Jenderal Soedirman 

Setelah fajar menyingsing, Letnan Heru Keser, pengawal yang masih tinggal di rumah penginapan, disuruh Kapten Soepardjo agar mengenakan iket wulung dan mantel yang selalu dipakai Panglima.

Sosok tubuhnya sama dengan Pak Dirman.

Kemudian dengan disaksikan orang banyak, "Pak Dirman" yang ini ditandu ke luar rumah menuju Selatan, dan berhenti di sebuah rumah untuk menginap.

Kemudian dengan diam-diam Letnan Heru Keser, sudah berganti pakaian, meninggalkan rumah itu bersama Kapten Soepardjo.

Sorenya, rumah itu diserang habis-habisan oleh tiga pesawat pemburu Belanda yang memuntahkan peluru senapan mesinnya secara bergantian!

Percobaan pembunuhan masih terjadi dua kali lagi. Pertama di Sedayu, sebelah barat G. Wilis.

Baca: Tidak dengan Zaadit Taqwa ke Asmat Papua, BEM UI Beri Apresiasi ke Pemerintah

Pengawalnya bertempur dengan patroli Belanda yang berangkat dari Ponorogo tanggal 17 Januari 1949. Dukuh Sedayu digeledah.

Rumah-rumah penduduk dimasuki untuk dicari Jenderal Soedirmannya. Padahal Pak Dirman bersembunyi di semak-semak dalam hutan rotan.

Empat hari kemudian, hutan itu dikepung.

Namun, malam hari sebelumnya, Pak Dirman sudah meloloskan diri dalam gelapnya malam gulita, dipapah oleh dua orang pengawal.

Tak berhasil dengan sergapan ini, tentara Belanda mencoba sekali lagi, dengan menerjunkan pasukan payung di sekitar Wonogiri.

Tetapi sekali lagi, Pak Dirman lolos, karena sudah berada di Dukuh Sobo, ±80 km timur Wonosari.

Baca: Pasangan Mempelai ini Terkejut, Tidak Menyangka Jokowi Hadir di Acara Pernikahan Mereka

Tanggal 31 Maret 1949, romongan Panglima tiba di rumah Kebayan Karsosemito di Dukuh Sobo.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved