Toko Ini Hanya Ramai Pas Imlek. Sehabis Itu Hanya Nunggu Kalau Ada Orang Meninggal
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI- Sejumlah toko yang menjual pernak-pernik Imlek dan peralatan sembahyang di Kota
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI- Sejumlah toko yang menjual pernak-pernik Imlek dan peralatan sembahyang di Kota Jambi masih sepi. Hal ini terlihat di sejumlah toko menjual gaharu di Kota Jambi.
Pemilik Toko gaharu di kawasan pasar Talang Banjar, Asen mengaku pembeli belum ramai. "Biasanya ramai satu minggu menjelang Imlek. Itu udah paling rame, habis itu udah, ilang lagi," ujarnya kepada Tribun Minggu (4/2). "Kalau hari-hari biasa jarang, nunggu orang mati baru rame. Karena bisnis ini musiman," tambah Asen.
Dia menjelaskan bisnis musiman ini dilirik oleh kaum Tionghoa pada musim Imlek adalah gaharu, dan lilin. Untuk gaharu itu bervariasi ada yang berharga Rp 20 ribu, Rp 30 ribu dan paling mahal Rp 40 ribu. Untuk lilin rata-rata belinya satu batang. "Dulu gaharu yang paling mahal Rp 20 ribu. Sekarang garu paling murah Rp 20 ribu. Susah sekarang pak, apalagi karet samo sawit lagi turun turun. Boro-boro orang mau beli kertas sembahyang," ucapnya.
Kata Asen semua barang yang dia jual berasal dari luar kota yakni Medan dan Jakarta. "Tapi mereka mendapatkan semua impor dari China, dalam bentuk gelondongan. Sampe Medan dipotong-potong," tuturnya.
Menurut Asen keuntungan dalam satu tahun ada tiga kali. Yaitu Imlek, sembahyang leluhur (Cengbeng) terus bulan tujuh itu sembahyang orang mati. Tiga kali itu dapat keuntungan. Selebihnya ya itu nungguin orang mati," ujarnya tersenyum.
Belakangan ini omsetnya turun sampe 56 persen karena harga barang naik Dia mengharapkan ke depannya semua ekonomi baik apalagi di Jambi cuman jual karet sama sawit. Karet sama sawit turun harga siapa yang mau beli kertas sembahyang. (cwa)
