Dosen Ini Diprotes Mahasiswa karena Memberi Nilai C, Ia Memberi Jawaban 'Menawan' Lewat Status Line
Seberapa pun cerdasnya kita, namun jika tugas sekolah atau kuliah jarang dikerjakan, guru atau dosen tidak akan segan-segan memberi nilai jelek.
Penulis: Efrem Limsan Siregar | Editor: Fifi Suryani
Ketika sy dapet kesempatan melanjutkan studi S2, dua semester berturut-turut nilai sy A semua, otomatis IPK 4. Di akhir masa kuliah ada nilai B tapi cuma satu, puncaknya nama sy disebut sebagai lulusan terbaik di upacara yudisium.
Kalo ada teman atau sodara yg bilang hebat ya nilaimu bagus, sy selalu jawab, profesor sy ngantuk waktu nyatet nilai sy, niatnya ngasih B atau C malah yg kecatet A.
Sy juga ingin protes ke dosen2 sy yg bergelar doktor, Ph.D, dan profesor, kenapa ngasih nilai A semua, cuma satu B-nya.
Sy ingin protes karena merasa nggak layak, sy merasa bodoh, nggak kuat nanggung beban seberat itu.
Pertanyaan yg baik itu bukan berapa nilaimu, tapi apa skillmu?
Nilainya bagus tapi o'on kaya sy, mending nilai biasa2 tapi skillnya luar biasa.
Pendidikan di lingkup perguruan tinggi harus mengutamakan kemampuan, keilmuan, keahlian, bukan cuma membanggakan nilai.
Saat ini lebih marak minuman rasa jeruk dibanding air jeruk beneran, makanan rasa sapi dibanding daging sapi sungguhan.
Jangan sampe kampus-kampus tempat mencetak agent of change malah ikutan industri makanan dan minuman, judulnya aja "sari jeruk" tapi cuma air diwarnai dan ditambah perasa.
Gelarnya aja sarjana, tapi dituntut skill cuma melongo.
Siti Julaihah FD
Semarang, 10 Januari 2018

Baca: Ringankan Biaya Rumah Tangga Melalui Peningkatkan Ekonomi Kawasan Pangan Lestari
Baca: 11 Tahun Menikah, Pasangn Obesitas Ini Akhirnya Bisa Berhubungan Intim. Rasanya. . .
Baca: Lihat ini Wahai Wanita, Tolaklah Pernikahan di Usia Muda Bila Tidak Ingin Seperti ini