Yang Ter
Inilah 5 Kelenteng Tertua di Indonesia
Kelenteng- kelenteng cantik berusia ratusan tahun, bukan saja menjadi tempat wisata religi yang memuaskan.
TRIBUNJAMBI.COM - Kelenteng- kelenteng cantik berusia ratusan tahun, bukan saja menjadi tempat wisata religi yang memuaskan. Tetapi juga menyuguhkan keindahan masing-masing kelenteng dan siap untuk diabadikan dengan kamera.
Keindahan dan keunikan khas masing-masing kelenteng namun tetap memiliki nuansa khas Tionghoa. Terlebih lagi pada saat perayaan Imlek, banyak kelenteng yang memberi berbagai macam pertunjukan khas Imlek seperti pertunjukan barongsai dan masih banyak lagi.
Selain itu, keindahan kelenteng akan tampak lebih eksotis dengan hiasan lampion-lampion berbagai ukuran serta penerangan lilin-lilin besar. Berikut ini 5 kelenteng tertua di Indonesia versi Kontan.
Nama : Dewi Welas Asih
Alamat : Jl. Kantor No. 2, Kec Lemah Wungkuk, Cirebon - Jawa Barat
Tahun berdiri : Tahun 1595
Pendiri : Taan Kok Liong, Khang Li, dan Liem Tsiok Tiong
Nilai Histori : - Kelenteng seluas 1.600 m2 yang menghadap ke selatan ini, berdiri di lahan seluas 1.857 m2. Bagian depan halaman pertama dibatasi pagar dan gapura berbentuk bentar, sedangkan pagar sebelah barat dan timur dari tembok.
Halaman kedua dimana terdapat bangunan Pat Kwa Ceng (tempat peristirahatan), tempat peribadatan agama Buddha yang disebut Cetya Dharma Rakhita terdapat dua tempat pembakaran kertas dan dua singa di halaman depan.
- Kelenteng Dewi Welas Asih menurut cerita, adalah tempat untuk orang-orang belajar ilmu. Disebutkan juga bahwa Khang Li,Maharaja Tiong Hwa yang memerintah di wilayah Tiongkok pada masa Lodewijk XIV adalah salah satu donatur pembangunan vihara ini. Prasasti tersebut juga menyebutkan tahun pemugaran dibagian ruang utama yaitu tahun 1791, 1829 dan 1889, tetapi tanpa merubah bentuk aslinya. Sekarang kelenteng ini dikelola oleh Yayasan Tunas Dharma.
- Bangunan utama terdiri atas serambi dan ruang utama. Ruang utama mempunyai ruang bagian depan, tengah dan ruang suci utama. Dinding sebelah kiri dan kanan pada ruang utama berlantai keramik warna merah bata ini dihiasi gambar yang menceritakan bakti seorang anak kepada orang tua, pengadilan, dan penyiksaan terhadap orang-orang berdosa. Tiang pendukung atap terdiri atas empat buah, berbentuk segi empat, berwarna merah dan ditempel papan bertuliskan huruf Cina.
Plafon terbuat dari kayu, sedangkan atapnya dari genteng berbentuk pelana, dihiasi dengan bunga, burung dan daun-daunan. Pada ruang utama bagian depan terdapat altar Dewi Tie Kong, tempat abu, tempat lilin dan tergantung dua lonceng dan satu bedug.
Sumber foto : disbudparprovjabar.go.id