Bupati Merangin Ingin Status Temenggung SAD Disamakan dengan Ketua RT

Bupati Merangin merencanakan status Temenggung Suku Anak Dalam bisa disamakan dengan Ketua RT, sehingga mempunyai hak yang sama untuk dapat insentif.

Penulis: Muzakkir | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI/MUZAKKIR
Bupati Merangin Al Haris. 

Bupati Merangin Ingin Status Temenggung SAD Disamakan dengan Ketua RT

TRIBUNJAMBI.COM, BANGKO -- Bupati Merangin merencanakan status Temenggung Suku Anak Dalam (SAD) bisa disamakan dengan Ketua RT, sehingga mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan insentif.

Bupati Merangin H Al Haris pada Workshop Forum Kemitraan Pembangunan Sosial Komunitas Adat Terpencil Suku Anak Dalam se-Provinsi Jambi, yang digelar Minggu malam (16/6) di Hotel Golden Harvest Jambi menyebut, hak temenggung sangat terbatas, makanya dia ingin statusnya seperti ketua RT.

‘’Untuk pelayanan kesehatan Temenggung ini, kita sudah memberikan Kartu Sehat, agar mereka bisa berobat gratis di Merangin. Kita juga punya sal khusus untuk SAD di RSD Kol Abundjani Bangko,’’ kata Haris.

Selain itu, Haris juga menyebut jika pendidikan juga sudah diperhatikan. Katanya, pemerintah telah mengangkat guru khusus, untuk anak-anak SAD yang sudah banyak sekolah di SD umum. Hebatnya anak-anak SAD di Merangin, sudah ada yang mulai menghafal Alquran.

‘’Tujuan dari Forum ini untuk bersatu bersama dalam membangun SAD di Provinsi Jambi yang tersebar di sejumlah kabupaten. Tidak hanya Pemerintah yang harus memperhatikan kehidupan SAD, tapi juga pihak perusahaan,’’ imbuhnya.

Baca: Atasi Masalah Moral Remaja, Sekda Tanjab Timur Dukung Program Bebas Buta Aksara Alquran

Baca: Tak Hanya Membunuh, Edi Juga Kuras Barang Milik Mantan Istri

Baca: CPNS 2019, Bupati Sarolangun Perjuangkan Honorer Jadi PNS, Ajukan 1000 Formasi ke Kementerian

Baca: Ternyata Teh Bercampur Susu Membahayakan Kesehatan, Seperti Kecemasan Ekstrem dan Keguguran!

Menariknya pada workshop tersebut, seluruh Temenggung SAD yang hadir dari sejumlah kabupaten, hanya Temenggung SAD dari Kabupaten Merangin yang mengenakan baju seragam dinas.

‘’Kita harus memanusiakan manusia, karena selama ini mereka hadir tetapi kita tidak pernah merasakan mereka di tengah-tengah kita. Di Merangin berbagai pelatihan dan pembinaan SAD telah dilakukan,’’ imbuhnya.

Namun diakui bupati, berbagai kendala dihadapi karena SAD tidak bisa langsung menyatu dengan masyarakat umum. Dibangun rumah permanen untuk SAD, tetapi jika terjadi kemalangan mereka pergi melangun terlebih dahulu.

‘’Target kita ke depan agar anak-anak SAD yang masih muda untuk dididik memahami pendidikan ilmu agama. Saya membiaya sebanyak 10 anak SAD, untuk menghafal Alqur'an, mereka saya jadikan anak angkat saya,’’jelas Bupati.

Pada workshop yang dibuka Direktur Konservasi Alam Kementrian LHK Ny Diah Murtiningsih itu, tampak hadir Asisten II Setda Sarolangun, Presiden Direktur PT SAL 1 M Hadi Sugeng, Direktur Sinar Mas Grup Muhammad Zukri Sa'ad.

Ny Diah Murtiningsih mengatakan, workshop yang digelar bertujuan untuk membangun kesepaham forum antar lintas untuk SAD serta pengelolaan hutan, yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat umum dan SAD itu sendiri.

‘’Kawasan Bukit 12 mempunyai mandat menjadi ruang hidup atau rumah bagi SAD, sehingga SAD mempunyai wilayah kehidupannya yang tidak bisa diganggu untuk keberlangsungan hidupnya,’’ ujar Ny Diah Murtiningsih.

Direktur Sinar Mas menegaskan, perlunya skenario yang sistemik dalam pengembangan SAD. ‘’Kita perlu mendapatkan mandat, agar kegiatan ini merupakan kegiatan bersama,’’ terangnya.

Baca: Tak Terbukti Sebagai Pengedar Narkoba, Begini Nasib Steve Emmanuel Selanjutnya!

Baca: PENELITIAN BARU- Sering Menatap Ponsel Sambil Membungkuk Akan Mengubah Kerangka Tengkorak Manusia

Baca: FAKTA Limbad Bergelar Professor & DR HC, Kuasai 3 Bahasa Meski Jarang Bicara, Ini Buktinya

Baca: Profesor Australia Protes ke Kubu Prabowo-Sandi di MK yang Kutip Artikelnya Jokowi Neo Orde Baru

Temenggung Aprizal dari Pematang Kabau menegaskan, keinginan SAD sekarang ini adalah ingin maju, seperti orang biasanya dan anak SAD juga ingin pintar. Zaman sekarang SAD sudah keluar hutan, sehingga memiliki kebutuhan yang sama dengan masyarakat lainnya.

‘’Zaman dulu kami masih di dalam hutan, jadi kebutuhan kami beda dari zaman sekarang. Kami juga butuh lahan kehidupan, kesehatan dan perumahan yang layak,’’ tegas Temenggung Aprizal.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved