Sejarah Indonesia

Detik-detik Kejatuhan Soeharto, DPR Dikuasai Mahasiswa, 14 Menteri Membangkang Dipanggil Habibie

Dinamika detik-detik jelang kejatuhan Soeharto yang 32 tahun menjadi Presiden diceritakan oleh Habibie.

Editor: bandot
ist
Ketika sakit bahkan hingga jelang tutup usia, Presiden RI ke-2 Soeharto tak mau lagi bertemu BJ Habibie. 

Detik-detik Kejatuhan Soeharto, 14 Menteri Membangkang Dipanggil Habibie, Mereka Kaget Saat Sesneg Umumkan Ini 

TRIBUNJAMBI.COM - Dinamika detik-detik jelang kejatuhan Soeharto yang 32 tahun menjadi Presiden diceritakan oleh Habibie.

BJ Habibie waktu itu menjabat sebagai Wakil Presiden yang kemudian dilantik menggantikan Soeharto menjadi Presiden.

Presiden Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya pada 21 Mei 1998, yang juga menjadi penanda berakhirnya kekuasaan Orde Baru.

Mundurnya Soeharto memang dilakukan setelah desakan masyarakat yang semakin besar, terutama setelah Tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998.

Kerusuhan besar pada 13-14 Mei 1998 juga menjadikan situasi politik Tanah Air semakin tidak stabil.

Setelah menyatakan mundur, Soeharto menyerahkan jabatan presiden kepada Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie.

Baca: Cahaya Melesat Dari Keraton Mangkunegaran Sebelum Bu Tien Wafat, Aura Kekuasaan Soeharto Lalu Redup

Baca: 32 Tahun Jadi Presiden Berapa Harta Kekayaan Soeharto? Ajudan Buka-bukaan Soal Gaya Hidup Pak Harto

Transisi kekuasaan itu ternyata berjalan dinamis, bahkan tanpa sepengetahuan Habibie hingga beberapa jam sebelumnya.

Dinamika pada Rabu malam, 20 Mei 1998, itu diceritakan Habibie dalam buku Detik-detik yang Menegangkan. Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006).

Habibie menilai krisis ekonomi menjadi faktor utama berakhirnya kekuasaan Soeharto.

Momen terakhir BJ Habibie bersama Soeharto adalah ketika Soeharto lengser jadi Presiden RI setelah 32 tahun menjabat.
Momen terakhir BJ Habibie bersama Soeharto adalah ketika Soeharto lengser jadi Presiden RI setelah 32 tahun menjabat. ((REUTERS))

Krisis itu mulai terasa sejak Agustus 1997, dan berkembang menjadi krisis multidimensional, termasuk di bidang politik.

Semakin besarnya aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa juga menjadikan krisis kepemimpinan semakin terlihat.

Saat itu, mahasiswa sudah menduduki Gedung DPR/MPR sejak 18 Mei 1998.

Tidak hanya itu, krisis politik semakin berkembang saat Ketua DPR/MPR Harmoko yang disertai pimpinan DPR/MPR meminta Presiden Soeharto untuk mundur pada 18 Mei 1998.

Kegelisahan di internal kabinet

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved