Sudah Diramalkan Sejak SMP, Pertemuan Pertama Soekarno & Heldy yang Penuh Ketegangan Berakhir Manis
Heldy, gadis bungsu dari sembilan bersaudara anak pasangan H. Djafar yang seorang pemborong terpandang di Tenggarong dan Hj. Hamiah.
Sudah Diramalkan Sejak SMP, Pertemuan Pertama Soekarno dan Heldy yang Penuh Ketegangan
TRIBUNJAMBI.COM - Seorang gadis bernama Heldy, jadi terkenal karena kisahnya cintanya bersama Soekarno.
Heldy, gadis bungsu dari sembilan bersaudara anak pasangan H. Djafar yang seorang pemborong terpandang di Tenggarong dan Hj. Hamiah.
Awalnya nasib Heldy telah lebih dulu diramal dan diprediksi oleh orang pintar.
Cerita dikutip dari Intisari, Hj. Hamiah, ibu Heldy sempat melihat bulan purnama bulat utuh.
Lalu teman ayahnya, seorang pria Tionghoa, mengatakan, “Nanti kalau bayimu lahir, harus dijaga ya, sampai dia beranjak dewasa.”
Baca: VIDEO: Mudah dan Praktis, Cek Nama di DPT Lewat Ponsel Saja, Ikuti Langkah-langkahnya
Baca: Sinopsis Film Horor Terbaru April, The Curse of The Weeping Woman, Hantu Wanita Ini Incar Anakmu!
Saat Heldy duduk di bangku SMP, seorang tante (dalam bahasa Kalimantan adalah “mbok”), Mbok Nong, yang dianggap pandai meramal, mengatakan kepada Ibu Heldy, “Wah, anakmu ini kelak jika dewasa akan mendapatkan orang besar. Jadi tolong dijaga baik-baik ya.”
Si bungsu yang cantik dan berkulit putih itu selalu dilindungi dan dimanjakan.

Tamat sekolah dasar (waktu itu disebut Sekolah Rakyat), Heldy melanjutkan ke SMP Gunung Pedidi di Jln. Rondong, Demang, Tenggarong.
Menjelang naik ke kelas 3, terjadi proses nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda. Ayah Heldy yang bekerja di perusahaan Belanda Oost Borneo Maatschapij (OBM) pun berhenti.
Setelah lulus SMP, Heldy yang sudah tumbuh menjadi remaja putri 16 tahun dan berperawakan mungil itu pun pergi mengikuti jejak kakak-kakaknya ke Jakarta untuk menuntut ilmu.
Cita-citanya menjadi desainer interior. Dari Samarinda naik kapal menyusuri sungai menuju Balikpapan, lalu dari Pelabuhan Semayang, Balikpapan, naik kapal laut Naira yang besar.
Heldy ditemani Milot dan Izhar, iparnya, serta bayi satu bulan anak terkecil Milot, Achmad Rizali Noor.
Berlayar sepanjang malam menuju Surabaya, dan dari sana disambung naik kereta api sehari semalam ke Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, Heldy dipercayai menjadi barisan Bhinneka Tunggal Ika.