Pilpres 2019
Tak Sebut Nama Capres Prabowo Subianto, Isi Pidato Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Tuai Kontroversi
Namun, AHY tak sekalipun menyebut nama Prabowo Subianto dalam pidato politik tersebut. Padahal Partai Demokrat merupakan partai pengusung pasangan cal
Penulis: andika arnoldy | Editor: andika arnoldy
TRIBUNJAMBI.COM- Pidato Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu bahkan sempat menuai kontroversi karena disebut-sebut memberikan masukan pada presiden yang akan datang yakni Jokowi-Ma'ruf bukan Prabowo Subianto -Sandiaga
Dalam pidato politiknya, AHY yang menjabat sebagai Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat banyak membahas rekomendasi partainya di Pilpres 2019.
Namun, AHY tak sekalipun menyebut nama Prabowo Subianto dalam pidato politik tersebut. Padahal Partai Demokrat merupakan partai pengusung pasangan calon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.
Baca: Tiba-Tiba Pidato Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Disambut Sorakan, Singgung Soal Ini.
Baca: Pengakuan Ferdinan Hutahaean Banyak Kader Demokrat Main Dua Kaki, Pasca Pidato AHY Tuai Kontroversi
Baca: Harta Karun Emas Soekarno di Sungai Batanghari, Ternyata Ini Asal Emas yang Terlarut di Aliran Air
Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan pidato politik bertajuk 'Rekomendasi Partai Demokrat Kepada Presiden Indonesia Mendatang' di ballroom Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2019) malam.
Pidato politik ini digelar setelah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginstruksikan AHY memimpin kampanye pemenangan Pemilu 2019.
Dalam pidatonya tersebut, Agus menyoroti beberapa hal.

1. Ketergantungan impor pangan
Mengawali pidatonya, Agus mengungkapkan sejumlah tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam lima tahun ke depan.
Salah satunya, impor di sektor pangan.
Ia menilai, bangsa Indonesia ke depan harus mengurangi ketergantungan impor pangan.
"Di bidang pangan, kita harus mengurangi ketergantungan impor pangan," ujar Agus, dilansir Kompas.com.
Agus menuturkan, saat ini diperlukan solusi untuk mengantisipasi berbagai persoalan di sektor pertanian untuk mengurangi ketergantungan atas impor pangan.
Misalnya, penurunan lahan pertanian dan berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian.
Selain itu, lanjut Agus, diperlukan juga pengembangan teknologi dan tata kelola pertanian agar produksi semakin meningkat, tanpa merusak lingkungan.
Agus juga menyoroti tantangan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi di atas enam persen.